Mengandung Benih Majikanku

Mengandung Benih Majikanku

By:  Pena_Receh01  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
21Chapters
2.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Jangan, Tuan! Stop, jangan lakuin itu, saya mohon," pekik Kania. Wanita itu terus menjerit kala lelaki yang menjadi majikannya kini menarik pakaian dengan sekali sentakan. Membuat baju itu robek, memperlihatkan miliknya yang ditutup bra. Merontah meminta dilepaskan, tetapi sang empu seperti menganggap angin lalu. "Kamu milikku!"

View More
Mengandung Benih Majikanku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
21 Chapters
BAB 1
"Jangan, Tuan! Stop, jangan lakuin itu, saya mohon," pekik Kania. Wanita itu terus menjerit kala lelaki yang menjadi majikannya kini menarik pakaian dengan sekali sentakan. Membuat baju itu robek, memperlihatkan miliknya yang ditutup bra. Merontah meminta dilepaskan, tetapi sang empu seperti menganggap angin lalu. "Kamu milikku!" Setelah berkata demikian, Devano segera melakukan hal yang sama sekali belum pernah ia lakukan. Karena saat bersentuhan dengan wanita, ia akan merasa mual dan mengeluarkan cairan putih. Bahkan yang tidak sengaja bertabrakan dengannya, akan dimarahi bahkan sampai dipecat. "Aku kotor ...." Kania memejamkan mata, ia terus meringkuk di kamarnya. Setelah bangun dan mengingat kejadian itu, wanita tersebut bergegas pergi dari kediaman Devano. Bahkan berusaha melawan rasa sakit yang terasa di area kewanitaan. "He anak sialan! kamu kenapa, cepat buka pintunya! bukannya kerja malah balik ke rumah," omel sang Ibu. Wanita yang melahirkannya itu menggedor-gedor pin
Read more
BAB 2
Devano menggeram kesal karena ia tidak bisa melakukan pekerjaan dengan serius. Lelaki itu langsung menggebrak meja, sekarang memang hari minggu. Pria tersebut kini tengah berada di ruangan kerja, pikiran ceo ini tidak bisa terkendali. Selalu memikirkan kejadian semalam yang terbayang. "Kenapa dia lama banget cari informasi! Dasar." "Sialan! Ini semua gara-gara cewek itu, awas aja kalau udah di hadapanku," sentak pria tersebut. Sedangkan kepala pelayan itu segera meminta semua bawahnya untuk pergi. Berpencar mencari keberadaan Kania, riak ketakutan sangat nampak. Ada juga yang menggerutu dan menyalakan atas kelakukan anak Erna ini. "Sebenernya apa yang dilakukan Kania, kenapa Tuan seperti marah banget sama dia." Wanita itu berbicara sendiri sambil terus melajukan kendaraan roda dua menuju kediaman temannya mengobrol kala di rumah Devano. Di tempat Alex, lelaki ini telah menemukan semua data informasi tentang Kania, dia segera pergi ke tempat sang majikan berada. Bahkan dia langsun
Read more
BAB 3
Mereka sangat terkejut atas ucapan Devano, sedangkan Kania menundukan kepala dan tubuhnya gemetar. Sella yang memang takut karena tidak menjalankan perintah sang majikan dengan benar. "Kamu kenapa, Nia? Kenapa kamu tiba-tiba mengigil gini pas ada Tuan Devano," seru Sella. Suara wanita itu terdengar oleh Devano, membuat pria tersebut menoleh lalu menyeringai. Kania mengepalkann tangan dengan keadaan terikat ke belakang."Gadis satunya ya Tuan? Em ... silakan ambil aja Tuan, lagian saya cuma mau bawa yang satunya, soalnya pengganti lunasin hutang Ibunya," sahut pria paruh baya itu. Usia lelaki itu memang sekitar enam puluhan, tetapi dia sangat takut dengan pria yang lebih muda di depannya ini. Kekuasaan Devano sangat menyeramkan, jika saja berbuat salah bisa gawat. "Saya pengen mereka berdua, satu pembantu saya dan satunya milik saya. Paham! Apa anda mau mengambil mereka dari saya," sinis Devano. Lawan bicara Devano langsung menggeleng dengan cepat, ia melangkah mendekati pria ter
Read more
BAB 4
Lelaki itu kembali melakukan perbuatannya kembali, tetapi kini dalam keadaan sadar. Devano segera memakai pakaian dan meninggalkan Kania di kamar, pintu ia kunci. Sedangkan wanita yang dia gauli terbaring di kasur dengan mata terpejam, karena pingsan setelah beberapa ronde pria tersebut melakukannya."Bener-bener gak ada reaksi apapun," gumam lelaki itu."Harus membuktikan sama yang lain, mungkin udah sembuh," lanjutnya.Devano segera menyuruh Alex menyiapkan wanita di klub malam miliknya. Mendengar perintah majikan, lelaki itu sangat terkejut tetapi segera menuruti. Pria ini segera melajukan kendaraan menuju tempat tersebut. "Rasanya nikmat," ucap Devano. Dia melepaskan keperjakaan pada Kania, bahkan dalam keadaan mabuk. Membuat Devano sangat tak percaya dan melakukan lagi tadi untuk membuktikan.Sedangkan di tempat lain, Alex sangat kebingungan. Harus wanita manakah yang akan menemani majikannya, karena pusing akhirnya lelaki itu memilih beberapa perempuan untuk menunggu di kamar
Read more
BAB 5
"Lelet banget sih! Mau cosplay jadi keong," sinis Devano. Lelaki itu memandang dengan tatapan tajam ke arah temannya, sedangkan pria yang menyandang dokter pribadi keluarga Devano ini hanya menghela napas. "Dia yang harus diperiksa?" tanya dokter itu. Devano hanya menggerakan kepala ke atas dan ke bawah membuat lelaki yang berstatus dokter itu segera mendekati Kania. Pria ini lekas memeriksa wanita terbaring di ranjang, lalu menganggukan kepala. "Dia belum makan, maghnya kambuh. Nanti kukasih resep obatnya," lontar sang dokter. Mendengar hal tersebut, lelaki yang berkuasa di sini memandang Kania lalu dokter ini. Ia memiringkan kepala lalu segera menyelimuti Kania kembali, membuat orang yang baru memeriksa wanita itu mengerutkan kening."Gak mual pas bersentuhan kulit sama dia?" Lelaki itu langsung mendongak menatap temannya, wajah Devano sangat datar membuat orang sulit menebak apa yang dipikirkan pria tersebut. "Ya! Dan cuma dia yang bisa disentuh." Azka semakin mengerutkan
Read more
BAB 6
Mendengar ucapan Erna, Rentenir itu langsung mengomeli wanita tersebut. "Sialan! Kenapa gak bilang kalau dia punya Tuan Devano, ha! Mau ngebunuh saya, kamu!" sentak lelaki itu. Erna mengeryitkan kening mendengar omelan lelaki tua itu. Begitupun Dania, wanita yang usia tidak jauh dari Kania dia menatap sang Ibu. "Maksud Tuan, gimana? Saya gak paham. Tuan Devano? Siapa. Kania punya dia? Maksudnya gimana sih," lontar Erna. Mendapati ucapan Erna, lelaki lawan bicara wanita itu mendengkus. "Gak perlu banyak omong! Kamu tanyakan aja sama anakmu itu, dia dibawa Tuan Devano sekarang. Dan hutangmu udah dilunasi sama dia," sungut pria tua itu. Dia langsung mematikan sambungan telepon, membuat Erna yang memanggil berdecak. Ia memilih mendaratkan bokong di kursi, diikuti Dania ikut duduk si samping wanita ini."Sini, Bu! Aku dengerin perkataan pria tua itu," pinta Dania. Wanita itu langsung menyerahkan benda pipih tersebut. Memang ia saat menelepon segera merekam pembicaraan, untuk bukti a
Read more
BAB 7
Kania langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki yang terus fokus mengerjakan sesuatu di laptop. Sedangkan Devano dengan cepat memutar badan dan memandang wanita yang bisa ia sentuh. "Terima nasib aja, kamu gak akan aku biarin pergi dari sini!" lontar lelaki itu. "Fokus aja ke pemulihan badanmu itu, udah punya penyakit ke gitu makan gak teratur," cibirnya.Wanita itu mengerutkan kening mendengar penuturan Devano. "Makan mie doang tiap hari, emang gaji yang kukasih kurang! Lihat badanmu kurus banget, gak ada dagingnya kayanya. Tulang doang!" Mulut Kania terbuka saat mendengar ucapan lelaki itu yang sangat tepat. "Apa! Kok Tuan, tau. Jangan-jangan Tuan ngincer saya ya dari dulu," tuduh Kania.Devano memutarkan bola mata mendengar asal tebakan wanita tersebut. Dia bersidekap dan memandang sinis Kania. "Siapa kamu? Sampe aku mantau. Jangan kegeeran dan besar kepala, aku pengen dapetin kamu karena cuma kamu yang bisa kusentuh."Wanita ini mengerutkan kening sampai alis menyatu, meli
Read more
BAB 8
Semua langsung menoleh menatap asal suara, mereka semua melotot akibat terkejut. Melihat hal ini Devano melangkah mendekati, saat Kania hendak pergi dia dipegangi tangannya oleh orang yang berada di dekatnya. "Tuan, dia mau kabur. Hukum aja, beraninya kabur dari Tuan, udah bagus Tuan memilih dia," cerocos seorang perempuan.Devano melemparkan pandangan sekilas pada perempuan tersebut, lalu ia kembali menatap Kania. Senyuman sinis terulas di bibir lelaki tersebut, dia bersidekap. "Kalian pintar juga, memang benar. Kalau Dia! Berhasil kabur, kalian yang bakal kena dampaknya. Jadi ... kalau kamu masih berusaha kabur silakan, siap-siap aja mereka bakal ku pecat atau bahkan lebih," ucap Devano dingin.Mata Kania membulat sempurna mendengar ucapan Devano. ia melepaskan cengkraman tangan kepala pelayan yang memeganginya, lalu segera berjalan mendekati Devano dan menunjuk wajah pria tersebut dengan lengan gemetar. Semua yang berada di ruangan tersebut terkejut, wajah mereka memucat, melihat
Read more
BAB 9
Waktu terus bergerak tanpa jeda, seolah berlomba dengan detak jantung manusia. Hanya saja ia tak ikut berhenti kala para makhluk meninggal. Devano tengah berdiri di ambang pintu, menatap rintik hujan yang mengguyur bumi dan atap kediaman seluruh wilayah yang dikuasai. Pandangan mata begitu dingin sekaligus tajam, seperti dari tatapannya keluar sebuah benda tajam yang siap menghunus lawan.Lelaki ini sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, menatap benda kecil yang terus berputar menandakan waktu terus berjalan. Hawa dingin menusuk kulit tidak membuat lelaki ini mengubah riak wajah. Helaan napas kasar terdengar saat melihat bawaan yang baru sampai."Maaf, Tuan. Saya terlambat, saya bingung memilih pakaian buat Kania, karena tak tau ukuran badannya. Pas mau nanya, Tuan sudah mematikan sambungan telepon." Devano memiringkan kepala menatap bawaannya, apalagi mendengar suara pria itu yang terdengar gemetar membuat lelaki ini hanya memandang sinis."Kauu menyalahkanku! Ce
Read more
BAB 10
Wanita paruh baya itu mulai menceritakan semua yang di dengar. Ekspresi kesal muncul di riak wajah Kania kalah mendengar, tangannya terkepal merasakan amarah merambat. Lalu saat diri dikuasai emosi, dia tersadar kala merasakan sentuhan yang memegang tangannya. "Kenapa Ibu gak bilang pas aku dateng, dia bener-bener keterlaluan! Cuma gara-gara luka kecil di bibir ini. Dia sampe mecat Sella," geram Kania. Suara Kania sampai gemetar karena kemarahan, sedangkan wanita paruh baya tersebut segera meremas lembut tangan Kania. Seolah mencoba memadamkan api yang berkobar di hati perempuan tawanan sang majikan. Namun, belum sempat mengeluarkan suara, pintu terbuka dan muncul kepala pelayan menatap mereka. "Aku paham kamu peduli sama dia," seru sang kepala pelayan. Dia berkata demikian seraya menunjuk Kania. "Tapi jangan kasih tau semuanya, cukup seperlunya aja. Kalau Tuan Devano tau, bisa membahayakan kita semua, tau!" Dia memperingati dengan nada tegas, membuat Kania yang mendengar hal t
Read more
DMCA.com Protection Status