Meski pernikahannya didasari perjodohan, Giselle Adeline berusaha yang terbaik. Sayangnya, sang suami justru menolaknya mentah-mentah, hingga nyaris melakukan KDRT! Untungnya, Noah, sang bodyguard, menyelamatkan Giselle. Pria itu bahkan tidak ragu membahayakan nyawanya sendiri. Tanpa terasa, benih cinta pun muncul di antara keduanya. Hanya saja, Noah mempunyai rahasia yang begitu besar..... Apakah Giselle akan melanjutkan hubungan terlarang mereka kala tahu identitas asli Noah?
View More“Kacau, kacau..” Helena mondar mandir di dalam kamar yang sama dengan Irene. Irene mengernyit. “Kau kenapa?” “Irene aku harus kembali.” Helena menatap Irene. “Tapi aku akan memastikan kau aman di sini. Ada hal yang harus aku urus.” Helena meyakinkan Irene. Irene mengangguk. “Pergilah. Aku tidak masalah di sini sendiri.” Helena tidak mengira ayah Irene akan bertindak sejauh itu. tiba-tiba saja butiknya berantakan dan seperti sedang dirampok. Namun anehnya tidak ada barang yang hilang tapi semua barang berantakan dan hancur. Gaun-gaun yang bernilai jutaan rusak. Untuk itu Helena akan pulang dan melihatnya sendiri. “Irene kau hanya perlu bertahan 1 hari saja di sini. Aku yakin kau bisa,” ucap Helena sebelum pergi. Helena memasuki sebuah mobil. Saat mobil berjalan—ia tidak bisa menghubungi pegawainya yang memberitahunya. Karena tidak mendapat jawaban, Helena semakin cemas dan menghubungi semua pegawai. “Bagaimana keadaan butik?” tanyanya pada anak buahnya yang lain. “Semua baik-ba
Irene segera keluar. Menghampiri seorang pelayan yang membawakannya sebuah jus. “Terima kasih.” Irene menutup pintu dengan rapat. Kemudian kembali ke kamar mandi. Di sana, Helena sudah berhasil membuka jendela. Kini bagaimana caranya mereka melewati jendela itu tanpa terluka. “Aku akan pergi dulu.” Menurunkan sebuah kain panjang sampai ke bawah. “Dahulu aku selalu membloso kelas pramuka karenamu. Jika kita mengikuti kelas pramuka, kita bisa melakukan hal seperti ini lebih baik Irene.” Irene mengangguk. “Cepatlah pergi.” Helena berdecak. Ia menuruni jendela itu sangat pelan-pelan. hanya berpegang dengan kain yang tidak seberapa kuat itu akhirnya Helena sampai di bawah. Helena memberikan kode pada Irene untuk segera turun. Irene memejamkan mata sebentar sebelum turun. Di bawah sana, Helena sudah bersiap merentangkan tangan untuk menangkap Irene jika terjatuh. “Jangan jatuh Irene. Tubuhmu pasti berat,” lirih Helena. “Akhirnya..” Helena menghembuskan nafas lega. Setelah itu kabur
Irene hanya tahu Arlond akan membawanya ke sebuah acara perusahaan. lagi-lagi Irene harus terpaksa mengikuti kemauan Arlond padahal ia lebih suka di rumah. Lagipula kata dokter ia disarankan lebih banyak beristirahat. “Sudah sampai?” tanya Irene manatap parkiran yang penuh dengan mobil. Ia melihat sebuah vila yang begitu megah. Di sanalah sedang berlangsung sebuah pesta pernikahan. Irene menggandeng lengan Arlond pelan. Mereka berjalan memasuki Villa yang begitu megah. Sampai di belakang ternyata langsung terhubung dengan pantai. Pandangan Irene langsung mengarah pada seorang pria yang sedang bercengkrama. Devian, ya pria itu terlihat asik mengobrol dengan beberapa wanita. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak berbuhungan. Irene tersenyum saat Arlond merangkul pinggangnya. Karena Arlond yang begitu asik berbincang dengan rekan bisnis, akhirnya ia menyingkir. “Aku merindukannya..” lirih Irene mengambil minumannya. Rasanya asam karena memang hanya sebuah jus jeruk. Irene segera m
“Arlond stop.” Irene mendorong dada Arlond saat pria itu mulai menuntut. Irene tidak akan membiaran hal lebih terjadi pada mereka. “Oke-oke. Aku akan menunggu.” Arlond tersenyum. namun raut kekecewaannya tidak bisa ditutupi. Ia mengusap puncak kepala Irene pelan. “Aku pergi.” ~~“Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda.” “Jika tidak membuat janji dan tidak jelas siapa, usir saja.” Devian kembali berkutat dengan dokumen yang berada di atas mejanya. Namun, baru beberapa detik setelah percakapannya dengan sekretarisnya, suara pintu terdengar begitu kencang. Dibuka secara paksa sampai menimbulkan bunyi yang begitu keras. “DEVIAN PRADANA! SINI KAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!” teriak seorang wanita yang beracak pinggang. “Sial,” lirih Devian tahu siapa wanita itu. bulu kuduknya merinding. Kenapa harus bertemu dengan perempuan itu lagi setelah sekian lama. Devian berdiri dan mundur beberapa langkah. “Tetap di sana!” teriak Devian. Helena menggeleng. raut garangnya mampu membuat seorang Devi
“Tunggu.” Helena berkacak pinggang. “Ayo duduk dulu.” Mendudukkan Irene di atas sofa. “Ini minum dulu.” Helena yang cerewet dan tidak bisa diam. sedari dulu memang seperti itu—namun dulu Irene mirip sepertinya. Tapi ia menjadi terdiam saat melihat Irene yang begitu kalem dan begitu pendiam. “Aku tidak tahu harus mulai dari mana.” Helana mengambil ponselnya. mencari sebuah foto. “Untuk meyakinkanmu jika aku adalah temanmu. Ini foto kita saat kita di SMA. Sampai teman-teman lain menjuluki kita dua racun karena galak dan cerewet.” menunjukkan foto-foto mereka pada Irene. Irene mengangguk. Semua yang ada pada Helena memanglah tidak asing. “Tadi itu siapa? calon suamimu? Dia juga yang membuatmu menangis?”Semua jawaban dari pertanyaan Helana dijawab Irne dengan sekali anggukan. “Kalian bertengkar?” Irene mengangguk. “Aku tidak mau menikah dengannya. Aku dan dia dijodohkan karena bisnis.” Helana meremas tangannya dengan gelisah. “Tapi kalian sudah—” tanyanya dengan ragu. Memberikan ko
Alrond semakin mendekat dan beralih mencengkram pinggang Irene. “Kau seharusnya bersyukur bisa menikah denganku. Banyak wanita di luar sana yang memujaku.” Arlond mengusap pipi Irene. “Tapi kau malah bersedih seperti ini, seolah aku—” Arlond beralih mencengkram dagu Irene. “Kau membuatku seolah sampah.” Irene menunduk. Memejamkan mata dan akhirnya kembali menangis. “Irene..” geram Arlond. “Berhenti menangis atau aku hancurkan gaun ini?” Arlond mencengkram belakang gaun yang digunakan oleh Irene. Irene terpaksa berhenti menangis. menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak keluar. Ia terpaksa mendongak akibat tarikan Arlond. Pria itu mendekat dan mencium bibirnya dengan kasar. Mendorong tubuh Irene sampai membentur tembok. bunyi yang ditimbulkan akibat perbuatan Arlond cukup keras. Namun siapapu yang berada di sana, tidak akan bisa menolong Irene yang saat ini sedang disiksa oleh pria itu. “Arlond—” Irene mencoba mendorong Arlond yang masih melumat bibirnya dengan kasar. Menggig
“I miss you.” Arlond meraih tangan Irene dan menggenggamnya. Dihadapan orang tua Irene, Arlond memang tidak pernah merasa malu. “Makan dulu.” Irene mengalihkan topik. “Dad rasa pernikahan kalian harus dipercepat. Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama. Kalian sudah sama-sama cukup umur. Dad sudah tua, Dad ingin segera melihat cucu Dad.” Duke tersenyum seolah-olah tidak pernah terjadi apapun. “Dad.” Irene mengernyit. Arlond memandang Irene dari samping. “Babe benar kata uncle. Kita memang harus segera menikah. apa yang kamu kawatirkan?” arlond mengambil tangan Irene kemudian menggenggamnya. “Aku akan selalu menjaga kamu.” “Arlond jujur saja aku—” “IRENE!” Duke memotong ucapan Irene. “Segera bawa orang tua kamu untuk pertemuan keluarga,” ucap Duke pada Arlond. Ucapannya memang mutlak dan harus terjadi. “Kita bisa membicarakan pernikahan kalian lebih lanjut.” Irene mengepalkan kedua tangannya di bawah sana. ayahnya itu memang tidak pernah memikirkannya sejak dulu. Ayahnya yan
“Ada kemungkinan Duke membunuh istrinya sendiri.” kevin mengetukkan jemarinya di meja. “Sebelum menjadi pengusaha tambang, dia pernah bekerja sebagai bawahan seorang mafia di Italia. Kemungkinan besar juga, perusahaan tambangnya dialiri dana dari mafia italia.” Devian membaca dengan teliti dokumen dari Kevin. “Ada laporan keuangan yang mencurigakan.” Devian mengusap rambutnya. “Ternyata lebih kompleks dari yang aku bayangkan.” “Dad sudah memperingatimu untuk tidak berurusan dengannya. Tapi kau memang anakku, sulit untuk diberitahu.” Devian tersenyum. Ia berdiri dan mengambil duduk di hadapan ayahnya. Mengambil rokok dan menyulutnya perlahan. “Dad tahu sendiri aku seperti apa. Jika menjadi polisi khusus seperti Dad, aku pasti sudah terjun langsung menyelidiki Duke itu. Sayang sekali, aku menjadi pria kantoran.” Devian mengembuskan asap rokok itu ke atas. “Sempat ada penyelidikan tentang Iresh. Bagaimana bocah itu di sekolah. Teman-temannya tidak ada yang mengira jika Iresh memilik
“Aku pergi,” ucap Irene memegang pintu mobil. “Kau melupakan sesuatu.” Devian menarik tengkuk Irene dan menciumnya kembali. Tidak seharusnya Devian tidak membiarkan wanitan ini pulang. karena setelah kepergian Irene, dirinya akan merasa sangat kehilangan. “Devian..” lirih Irene sambil mendorong dada Devian. “Ayo kabur bersamaku.” Devian mengusap helaian rambut Irene. “Ayo bersamaku saja dan tinggalkan semuanya.” Irene terdiam. terdengar menggiurkan. Namun, hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya. Jadi ia harus memikirkannya matang-matang. Devian mengusap dagu Irene pelan. “Pikirkan baik-baik. Datanglah padaku dan aku akan memberikanmu segalanya.” Irene menatap Devian. Tidak ada kebohongan di mata pria itu. Devian begitu serius saat mengatakannya. “Sudah sana pergi.” Devian menepuk pelan puncak kepala Irene. “Sebelum aku berubah pikiran dan menculikmu, sana pergi.” Irene tersenyum tipis kemudian membuka pintu mobil. Sebelum ia berjalan—ia sempat menoleh ke belakang. Kemudian b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.