Semua Bab Sang Pewaris Cincin Penguasa Dunia: Bab 11 - Bab 20
27 Bab
11. Aku Adalah Raymond
"Lancang sekali kau menahanku di sini, Mac?" seru Geino yang saat ini berdiri di samping mobilnya. Dua pengawalnya tak sadarkan diri di lantai. Sementara Mac berdiri menjulang di hadapannya. "Tuanku ingin berbicara dengan Anda, Pak Perdana Menteri. Saya hanya menjalankan perintah!" Suara langkah yang mendekat membuat Geino menoleh ke sana. Tampak Arthur mendorong Cakara mendekati mereka. Arthur menghentikan langkah beberapa meter dari tempat Geino berdiri. Mac lekas berpindah ke sisi Caka. "Tuan Cakara, apa maksudmu menahanku di sini? Bukankah kita sudah cukup berbincang di ruang pertemuan?" tanya Geino yang sebenarnya sedikit gugup. Caka menatapnya tajam, dulu mereka pernah bertemu beberapa kali. Geino termasuk orang yang licik! "Aku hanya ingin menanyakan kembali tentang satu hal!" jawab Caka dengan dingin. "Pertanyaan macam apa? Sehingga kauh harus menghalangi jalanku?""Raymond tak pernah menerima transfer uang dari Cherchstorn, bagaimana mungkin bisa ada bukti transfer it
Baca selengkapnya
12. Akan Tiba Waktumu Menerima Karma
Caka menoleh ke tubuh Geino yang sudah terbujur kaku dengan darah yang menggenang di sekitar kepalanya. "Bereskan dan jangan tinggalkan jejak!" perintah Caka."Tidak ada yang boleh tahu jika Geino Alberthus sudah mati!" imbuh Arthur.Mac menyuruh dua anak buahnya untuk membereskan jasad Geino dan membersihkan jejaknya. Setelah itu mereka langsung ke Mainwell Group."Arthur, apakah kita bisa mencari rekaman cctv semua sudut kantor 7 tahun yang lalu?" tanya Caka."Khususnya pantry, Tuan Muda. Saya yakin ada salah satu OB yang terlibat. Karena hanya OB yang memiliki keleluasaan untuk menaruh sesuatu ke dalam minuman Tuan Besar!"'Kau benar, Arthur. Apakah ada OB yang mengundurkan diri 7 tahun terakhir ini?""Saya akan mengeceknya di bagian HRD!" ujar Arthur mulai melangkah meninggalkan ruangan Caka."Ersano ... akan tiba waktunya untukmu menerima karma. Nikmati saat hari-hari terakhirmu!" senyum iblis tercetak di wajah Caka.Satu persatu mereka akan menerima balasannya. Tapi Caka merasa
Baca selengkapnya
13. Aku Tak Minta Kau Bersujud Padaku
"Dia pasti sudah berada di luar kota, kecuali ... jika sudah menyesali perbuatannya dan hanya tinggal menunggu!" ucap Caka membuat Arthur menolehnya heran. Jika pria itu menyesal harusnya menyerahkan diri ke pihak berwajib!"Tuan Muda, dia tidak mungkin menyesal. Nyatanya masih berkeliaran di luar sana!" tukas Arthur dengan nada amarah. "Tidak ada yang melindunginya, jika dia menyerahkan diri ke kepolisian. Lalu siapa yang akan ia seret? Mereka ... yang berkuasa di atas kursi pemerintahan tidak akan mungkin mau mengaku!"Arthur tercenung. "Pria itu hanya akan menjadi tersangka utama, bahkan jika dalang di balik semua itu juga menguasai kepolisian. Pria itu akan dituduh melakukan pembunuhan karena dendam atau sejenisnya. Sementara dia memiliki keluarga!""Tidak ada yang akan menanggung keluarganya!" sahut Arthur yang mulai mengerti. "Tuan, Anda sangat berpikiran terbuka.""Aku berasal dari orang kecil, Arthur. Aku sudah puas menikmati pahitnya kehidupan, bahkan Caka ... mungkin sejak
Baca selengkapnya
14. Perlu Diberi Kesibukan
Caka kembali ke mobil berjalan kaki, karena kursi rodanya rusak. Ia harus membeli yang baru, tapi untung saja Arthur sudah menyiapkan itulah. Di rumah ada kursi roda lain.Semua anak buahnya yang tewas diurus dengan sangat baik. Sedang para musuh, mereka memang harus membersihkan area itu. Tapi sulit menutupi jika terjadi pertempuran karena banyaknya jejak penembakan. Ketika mendengar mobil sang suami datang, Zava pun tergopoh menyambut di teras depan. Ia menoleh salah satu pengawal yang sudah menunggu dengan kursi roda."Bukankah Tuan membawa kursi roda?" "Terjadi insiden di jalan, Nyonya. Kursi roda Tian rusak."Wanita itu sangat terkejut, ketika pintu mobil terbuka ia hendak berlari ke arah suami untuk membantu. Namun ia ingat pria itu tak ingin dirinya menyentuhnya. Jadi ia pun mengurungkan niatnya. Ia akan membantu mendorong kursi rodanya saja nanti. Mac yang membantu Caka berpindah ke kursi roda, setelah Caka duduk dengan benar, baru Zava mendekat. "Tuan, biar saya saja yan
Baca selengkapnya
15. Mimpi Di Siang Bolong
"Aku memang berharap bisa menjadi murid Master, tapi jika pun beliau tak bersedia menerimaku sebagai murid. Aku hanya ingin tahu kenapa tubuh ini tak bisa berkultivasi!" ungkap Caka. "Taun adalah seseorang yang istimewa, saya yakin Master Wu pasti bersedia menerima Anda!" Caka tersenyum getir. "Tak semudah itu menjadi murid Master Wu, ada ujian yang harus dilalui!" Arthur mengernyit mendengar jawaban tuannya. Ada ujian yang harus dilalui, artinya ... jika tuannya itu sampai diterima sebagai murid Master Wu, artinya sang tuan tak bisa tinggal di kota Allarith sata menjalani ujian. "Tuan, pelantikan Anda ...." "Masa ujicoba ini setahun, dan karena ini hanyalah masa ujicoba ... pasti tidak memerlukan pelantikan resmi. Hanya serah terima jabatan saja!" potong Caka. Arthur pun mengangguk. Sebenarnya ia tak terlalu berambisi untuk menjadi Perdana Menteri, namun karena tuan besar Gradi menginginkan dia untuk meneruskan tahtanya. Ia hanya bisa menerima dan berusaha. Sebenarnya
Baca selengkapnya
16. Apa Kau Sedang Menggodaku?
"Caka jawab Bibi dengan jujur. Sebenarnya dia itu adik Jenderal Cody atau pelayannya?" tanya Vivian dengan nada tinggi. Caka menghela nafas dalam. "Jenderal Cody bilang dia adik terkecilnya!" "Jenderal Cody bilang? Memangnya sebelumnya kalian belum pernah bertemu atau bagaimana?" "Bibi, aku tidak mau membahas ini!" hindar Caka kemudian lanjut makan. "Oya, besok malam adalah pesta perjamuan keluarga. Semua anggota keluarga Madaharsa akan berkumpul di sini, Bibi tidak mau istrimu itu membuat malu kita. Lebih baik jangan biarkan dia ikut bergabung!" saran Vivian. "Tapi, Bi. Berita pernikahanku sepertinya menyebar dengan begitu cepat, tadi pagi ada yang menelpon dan menanyakan hal itu!" Vivian menghela nafas dengan pasrah. "Jika begitu ... dandani dia dengan layak, tapi sepertinya mau berdandan seperti apa pun dia tetap akan tampak seperti pelayan!" Caka hanya mendengus mendengar omelan Vivian. Usai makan siang, Caka berlatih di ruang rahasia bersama Arthur dan Mac. Kali
Baca selengkapnya
17. Tak Berniat Memperhatikannya
"Arghhh!" Zava langsung melempar barang yang ada di tangannya tak tahu arah, menaikan handuk yang ada di kakinya dan bersembunyi di balik pintu lemari. Caka melebarkan mata ketika ada sesuatu melayang dan jatuh tepat ke wajahnya. Ia memejamkan mata sejenak kemudian meraih benda itu dan menatapnya. ltu adalah sebuah panty mini berwarna putih renda, ia meremas benda itu lalu melemparnya ke kasur. Kemudian melirik wanita yang sedang mencoba menyembunyikan dirinya di balik pintu lemari. Wanita itu bodoh atau bagaimana? Dari tempat persembunyiannya jelas Caka masih bisa melihat dirinya. "Kau sengaja ingin menggodaku?" ulang Caka. "Bu-bukan ...." Zava menggigit bibirnya. Caka hanya mendengus. "Kenapa ... Tuan masuk tak bilang dulu?" tanyanya sedikit gugup. "Ini kamarku." Jawaban Caka yang dingin membuat Zava membeku, ia ingin membenturkan kepalanya ke tembok jika bisa. Tentu saja, ini kamar Caka. Ia hanya menumpang. Harusnya ia tetap bersyukur pria itu masih m
Baca selengkapnya
18. Kudeta Besar-besaran
"Cody?" desis Caka menoleh Arthur, Rolland memiliki banyak kontak dengan Cody? Apakah mungkin Cody juga terlibat dalam rencana untuk menyingkirkan Gradi? "Arthur!" "Iya, Tuan Muda." "Bisa kau kumpulkan informasi ... siapa saja yang meninggal atau pun lengser dari jabatannya tujuh tahun yang lalu?" pintanya. "Maksud Anda?" Arthur mengerutkan kening karena tak mengerti. "Entah mengapa aku merasa ... seperti ada kudeta besar-besaran tujuh tahun yang lalu dalam pemerintahan. Temukan saja siapa orang-orang pemerintahan yang lengser tiba-tiba atau pun meninggal. Entah itu dalam kursi parlemen atau pun para prajurit!" Arthur baru mengerti apa yang diinginkan tuannya. Ketika Jenderal Raymond difitnah, tak lama dari itu Tuan Gradi juga meninggal dan memang Dalma kurun waktu satu tahun banyak anggota parlemen yang meninggal mau pun lengser dari jabatannya. "Baiklah, Tuan. Saya akan mengumpulkan informasinya! Tapi mungkin akan membutuhkan waktu." "Tak apa, memang tak boleh terburu-
Baca selengkapnya
19. Kau Tidak Sebanding Denganku
'Sudah waktunya, aku menegurmu!' Caka tersenyum penuh arti. "Caka, di mana istrimu?" tanya Melina yang baru saja sampai di meja makan. Ia menarik kursinya dan duduk. "Kenapa kau tak mengajaknya sarapan?" "Ada beberapa tugas yang harus dia kerjakan!" "Dia tampaknya gadis yang baik!" pujinya. "Itu hanya kedok, Bibi. Wanita itu pasti menjerat Caka dengan berpura-pura polos dan baik, mana mungkin ada wanita yang benar-benar mau menikah dengannya. Wanita itu pasti mengincar harta saja!" celetuk Serkhan. Ia memasukan potongan roti ke mulutnya. Melina menghela nafas. Ia tak ingin memperpanjang masalah. Berdebat dengan Serkhan tidak akan membuahkan hasil. Hanya buang-buang suara. Jujur saja Caka menyukai perangai istri dari pamannya itu. Melina adalah wanita yang baik, selama ini ia juga memperlakukan Caka dengan cukup baik. Agenda Caka hari ini adalah bertemu dengan Master Wu. Tak banyak pengawal yang ikut. Mac hanya membaca 4 orang anak buah, itu atas permintaan Caka. Ia t
Baca selengkapnya
20. Di Sini Peraturanku yang Berlaku
"Ketua!" seru Dito yang melihat tubuh Mac melayang dan mendarat di tanah. Gapura itu memang tak berpintu namun rupanya dibentengi oleh sebuah kekuatan yang tak kasat mata. Arthur mendekat, mengamati pintu masuk yang tak nampak itu. "Tentu saja!" tukas Arthur, "Master Wu tak mungkin membuat jalan masuk dengan begitu mudah!" Sementara Caka mencoba mengartikan kalimat itu. 'Rasa hormat adalah kunci membuka pintu.' "Hanya Ketua yang sudah mampu berkultivasi, jika ketua tak bisa menembus pintu ini maka kita pun tak akan bisa!" ujar Aji. "Pasti ada cara!" timpal Caka. Mereka mulai berfikir, apa yang bisa membuka pintu itu? Caka bertekad harus bisa masuk dan menemui Master Wu. Jadi ia harus bisa menembus pelindung tak kasat mata itu. Mac sudah kembali ke sisinya. "Tuan Muda, biar saya mencobanya lagi. Saya akan mencoba menggunakan kekuatan saya!" "Tidak, Mac. Pintu pelindung ini tak bisa dibuka secara paksa!" larang Caka. "Lalu bagaimana kita bisa masuk, Tuan M
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status