All Chapters of Jangan Membenci Cinta: Chapter 61 - Chapter 70
206 Chapters
Sesuatu Yang Harus Akbi Tanggung
“Aku mau itu sayang,” Anggit menunjuk salah satu tas yang menarik perhatiannya ketika melewati salah satu butik merek ternama dunia.Seperti biasa Akbi mengangguk mengabulkan keinginan sang kekasih.Hubungannya dengan Anggit memang selalu seperti ini sebelum ada Bee di antara mereka.Anggit akan marah hanya dengan hal-hal kecil lalu Akbi akan membujuknya memohon-mohon disertai iming-iming uang agar sang kekasih berhenti merajuk.Tapi saat ini dunia seolah berbalik, setelah acara marah-marahnya karena ia tidak mau melayani hasrat perempuan itu hingga guci yang tidak berdosa menjadi korban beberapa malam lalu, Anggit sendiri yang terlebih dahulu menghubungi Akbi dan mengajak bertemu.Akbi menyanggupi hal tersebut meski dengan berat hati ia menjemput Anggit dari apartemennya menuju mall termewah di Jakarta.Dua paperbag sudah Akbi genggam tapi perempuan itu masih belum puas.Akbi jadi berpikir bila selama ini dirinya adalah seorang budak bukan kekasih bagi Anggit.“You know what?” bisik
Read more
Sandiwara Belaka
Suara ketukan di pintu membuat Bee menoleh. “Papa?” panggil Bee sambil mengkerutkan kening.Bee menegakkan tubuh, menghentikan kegiatan membuat sebuah pakaian yang sedari sore ia tekuni.“Akbi belum pulang Bee?” Beni bertanya sambil mendorong pelan pintu untuk bisa masuk ke dalam ruangan Bee.“Emm ... belum Pa,” jawab Bee kemudian menggigit bibir setelah melihat jam yang tergantung di dinding ruang kerjanya telah menunjukkan hampir tengah malam.“Kamu enggak tau Akbi kemana?” Pria tua yang masih memiliki tubuh tegap itu bertanya kembali.“Enggak Pa, tadi Akbi hanya pamit pergi ... sebentar, Bee telepon Akbi dulu ya,” ucap Bee kemudian beranjak hendak mengambil ponsel yang ia simpan di kamar.“Papa udah telepon tapi enggak diangkat,” terang Beni kemudian duduk bersila di depan Bee.Matanya mengamati apa yang tengah Bee kerjakan, cukup terkesima setelah melihat pakaian yang dibuat Bee padahal baru setengah jadi.“Mungkin sama Zidan dan Raka, Pa ... tapi Bee enggak punya nomor hapenya.”
Read more
Tidak Butuh Penjelasan
“Gue dibius! Gue dijebak!” Akbi berseru sambil menoleh ke arah Bee yang sedari tadi fokus menyetir membawa mereka pulang.Bee tidak banyak mengeluarkan kata kepada Akbi semenjak lelaki itu membuka mata dan mendapatinya berada di apartemen Anggit.Akbi tidak tau dengan pasti apakah Bee marah, kesal atau malah benci kepadanya.Walaupun begitu, lucunya Bee masih mau membantu suaminya mengancingkan kemeja.Bahkan Bee masih sempat pamit kepada Anggit sebelum keluar dari apartemen sambil membawa suaminya yang masih belum sadar betul.Tanpa keberatan juga Bee memapah Akbi hingga mobil.Dengan susah payah dan bobot tubuhnya yang tidak sebanding dengan Akbi, tapi Bee mau melakukan hal itu tanpa mengeluh.Anggit sampai melongo takjub dibuatnya karena ia sendiri tidak akan mau repot-repot melakukan hal itu.Mungkin ia akan marah-marah dan menghajar wanita yang bersama suaminya habis-habisan bila ia ada di posisi Bee saat ini.Semakin tidak percaya ucapan Akbi yang mengatakan bila Bee tidak perdu
Read more
Bunga Tulip Sebagai Permohonan Maaf
Setiap hari senin pagi Bee mengunjungi pusara kedua orang tuanya, bila tidak sempat di pagi hari ia akan berkunjung pada siangnya di sela-sela jeda jam kuliah.Seperti pagi ini sebelum ke kampus, Bee datang dengan bunga di tangan dan untuk kesekian kalinya terkejut setelah melihat gundukan tanah kedua orang tuanya telah penuh dengan bunga.Pada awalnya beberapa bulan lalu ia tidak begitu memikirkan hal ini karena mungkin ada partner sang Bunda atau teman Ayah yang berkunjung dan menaburkan bunga-bunga tersebut tapi setiap minggunya bunga-bunga itu selalu ada membuat Bee semakin tidak yakin dengan pikirannya sendiri.Bee membungkuk menarik kartu nama toko bunga yang tersemat pada satu buket bunga di depan nisan sang Ayah.Terdapat nomor telepon dalam kartu bertuliskan ‘TWS Florist’ , rasa penasaran membawa Bee menghubungi toko bunga yang mengirim dua buket bunga tulip putih.“Selamat Pagi, TWS Florist ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang wanita di sebrang panggilan telepon.“Ha ...
Read more
Good Girl For Bad Boy
Bee sudah memutuskan untuk mengikuti keinginan Beni dan suaminya dalam topeng Iron Man yang meminta agar ia menjadi istri yang baik dan bisa membawa Akbi menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar dapat menjadi penerus Beni dalam memimpin perusahaan.Bagi Bee yang sebatang kara hal itu tidak lah sulit, ia tidak memiliki alasan untuk hidup bila bukan karena rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Esa.Jadi setidaknya ia bisa berguna untuk orang lain semasa hidup dan semoga saja pahalanya bisa membawanya menuju syurga. Itu kenapa Bee selalu mengalah dan menahan atau segera melupakan setiap rasa sakit yang diberikan Akbi.“Lo ngelamun?” Bukan pertanyaan Akbi yang menyentak Bee melainkan sebuah kecupan di pipinya sesaat sebelum Akbi bertanya. “Eh hay, gimana presentasinya?” Bee malah balik bertanya membuat Akbi berdecak sebal karena pertanyaannya tidak di jawab oleh sang istri.“Sini aku pijitin!” Bee yang duduk di sofa ruang perpustakaan memiringkan tubuh agar menghadap sempurna ke arah Akb
Read more
Melupakan Trauma
“Aurystella, mau ikut ke toko buku bareng kita?” Melisa berlari ke arah Bee sambil bertanya demikian.Mendadak Bee menghentikan langkah kemudian menoleh.Beberapa meter dari sana ada Deasy dan Putri berdiri sambil memeluk buku menatap mereka.Ketiga teman sekelasnya itu adalah teman kelompok dalam tugas yang diberikan salah satu dosen mata kuliah.“Em ...,” gumamnya menimbang.Bee tidak langsung menjawab, hari ini adalah hari terakhir ujian dan minggu besok sudah masuk semester pendek.Beruntung Bee mahasiswi yang cerdas sehingga tidak ada satu mata kuliah yang harus ia perbaiki dan selama tiga bulan masa liburan semester pendeknya itu akan ia habiskan magang di salah satu butik.“Ayolah, La ... besok udah libur, enggak ada salahnya kita ngemall dulu sebelum pulang,” ajak Melisa memohon.“Panggil aja Bee, biar enak kedengerannya ...,” pinta Bee bukannya menjawab ajakan Melisa.Karena sejujurnya Bee memang risih mendengar teman-temannya memanggil nama depannya yang memang sulit diucap
Read more
Terpaksa Membantah Suami
“Kenapa sih enggak sama Om Aji?” Akbi bertanya ketika sang istri menceritakan bila ia akan magang di sebuah butik dan memilih butik seorang designer yang terkenal dengan rancangan kebayanya.“Pertama, Om Aji lagi enggak buka lowongan untuk magang ... yang kedua, aku lagi mau belajar bikin kebaya,” Bee menjelaskan.“Tapi gue bisa paksa Om Aji untuk nerima lo.” “Tapi Om Aji spesialisasi gaun, Bi!” “Tapi gue enggak kenal sama designer yang Ibu-Ibu itu, gue enggak bisa nitipin lo sama dia.” Akbi yang mondar-mandir di ruangan Bee berusaha membujuk istrinya agar selama beberapa bulan kedepan magang di butik designer yang dipercaya oleh keluarganya saja karena Akbi merasa nyaman bila mengetahui dengan siapa Bee bekerja.Bee tersenyum kemudian beranjak dari kursi menjait setelah sebelumnya ia memotong benang yang terhubung dari baju dengan mesin.Memasangkannya pada manekin lalu merapihhkannya, sesekali ia menyematkan jarum petul ke baju itu.“Emmm ... apa yang kurang ya?” Bee bergumam sam
Read more
Perang Dingin
Jarum pendek hampir menyentuh angka dua belas ketika Akbi pulang dan tidak menemukan istrinya di dalam kamar.Sudah beberapa hari mereka tidak bertegur sapa semenjak konfrontasi Akbi yang memaksa Bee agar tidak magang di butik lain selain butik langganan keluarganya.Lelaki itu terlalu egois untuk menghentikan perang dingin ini terlebih dahulu sementara Bee terlalu takut menjadi yang pertama memulai pembicaraan dengan Akbi. Apalagi Akbi seakan tidak sudi meminta bantuan Bee menyimpul dasi atau menautkan kancing pada lengan kemeja.Bee lebih memilih menunggu sampai suasana hati Akbi kembali tenang.Selain itu pekerjaan Bee yang kian padat mempersiapkan pagelaran fashion show tunggal dari karya Ibu Aneu membuat mereka semakin sulit mencari waktu untuk bicara.Bee dipercaya Ibu Aneu membuat sketsa yang akan di persembahkan pada fashion show tersebut.Bila karyanya masuk dalam kategori yang diingkan Ibu Aneu maka sketsa tersebut akan Ibu Aneu beli untuk ia wujudkan dalam bentuk nyata dan
Read more
Menegaskan Sesuatu Kepada Anggit
“Hai ... sayang!” Anggit menyapa dengan suara merdu dan manja ketika membuka pintu apartemen, kebetulan hari ini ia tidak memiliki jadwal syuting atau pemotretan sehingga meminta kekasihnya berkunjung.Hanya untuk mengetes apakah lelaki itu masih menganggapnya.Tanpa sedikitpun ia berharap, nyatanya Akbi mau memenuhi undangannya.Setelah pagi tadi menemukan foto-foto yang dibuat-dibuat mesra bersama Anggit di ponsel Bee, tentu saja dengan senang hati Akbi mendatangi perempuan itu karena memang ada yang harus ia tegaskan kepadanya.“Kok ketemu aku, muka kamu cemberut gitu?” basa-basi Anggit bertanya demikian padahal akhir-akhir ini setiap mereka bertemu, bibir lelaki itu selalu melengkung ke bawah.Akbi mengembuskan nafas kasar sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa.“Kalau kamu pikir dengan mengirim foto-foto mesra kita akan membuat Bee sakit hati, kamu salah!” To the point, Akbi mengungkapkan kekesalannya.“Perempuan jalang itu lagi!” Anggit menggeram di dalam hati.Sudah bisa menangk
Read more
Tidak Terpengaruh
“Belum pulang?” “Astaga Gio, aku pikir siapa!” Bee berseru tapi nada suaranya terdengar lembut.Perempuan itu juga memegang dadanya dengan mata melebar sempurna saking terkejutnya.Di rumah produksi ini hanya dirinya yang belum pulang karena harus membuat list bahan dan perlengkapan penunjang lainnya untuk membuat pakaian hasil rancangannya sendiri.Dari sekian banyak sketsa yang dibuat Bee, ada satu yang sangat menarik perhatian Ibu Aneu dan beliau berniat untuk mewujudkannya.Besok adalah hari berbelanja dan Bee diminta untuk membuat daftar yang harus dibeli sebelum pulang.Gio terkekeh melihat ekspresi Bee yang pucat pasi.“Sebentar lagi aku pulang, masih ada yang harus aku kerjakan terlebih dahulu.” Gio menghampiri Bee yang sedang duduk di kursi meja kerja, ia berdiri tepat di samping Bee untuk melihat apa yang sedang perempuan cantik itu kerjakan.Sementara Bee tidak terpengaruh dan melanjutkan pekerjaannya dengan tekun.“Kamu enggak takut berada di sini malam-malam dengan semu
Read more
PREV
1
...
56789
...
21
DMCA.com Protection Status