All Chapters of Kembalinya Sang Pewaris : Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
Bab 11
"Sial ...." Luca mengumpat kesal sambil menendang kerikil di depannya. Dia benar-benar merasa terhina akan perlakuan laki-laki tadi. Orang itu memperlakukannya seperti sampah tidak berarti. "Tunggu saja. Aku tidak akan menyerah begitu saja." Luca berteriak sambil mengepalkan tangannya ke arah laki-laki itu dengan sorot mata penuh kebencian. Luca berjalan menjauh dari rumah itu. Dia tidak mungkin kembali ke Florence hari ini juga. Lagi pula urusannya di sini belum selesai. Dia harus bertemu dengan Benigno Corradeo, kalau memang benar orang itu adalah kakeknya. Setelah memastikan bahwa mereka memang memiliki ikatan darah, dia akan memikirkan langkah selanjutnya. Mungkin kehidupannya akan berubah. Luca bisa menikmati kekayaan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dan ada kemungkinan lain yang tengah menunggunya di sini. "Maafkan aku. Aku tidak bisa kembali sekarang. Urusanku belum selesai," ucap Luca pada pemilik biro wisata. "Kau tidak boleh melakukannya. Ada banya turis yang
Read more
Bab 12
"Kathryn .... Ke ruanganku segera." Dante menutup teleponnya, Suasana hatinya pagi ini sedikit tidak menyenangkan. Sejak semalam dia menerima banyak surel yang dikirim oleh beberapa dewan direksi perusahaannya. Mereka mengirimkan protes atas tindakan gegabahnya yang telah memecat model pilihan mereka. Selain itu ada satu lagi masalah yang tengah menanti. Kepalanya terasa berdenyut-denyut saat memikirkan semua itu. "Apakah ada yang kau butuhkan?" tanya Kathryn polos setelah berdiri di depan Dante. Kathryn berhasil menguasai emosinya, dan terlihat sangat tenang saat berhadapan dengan Dante. Atasannya itu terlihat sangat gusar, tapi Kathryn tidak membiarkan dirinya terpengaruh. "Kau pasti sudah tahu alasanku memanggilmu ke sini," balas Dante ketus. Kathryn menggosok hidungnya yang tidak gatal. "Tentu saja aku tahu kenapa kau memanggilku ke sini. Apa lagi kalau bukan terkait dengan semua surel yang kau terima." Dante tersenyum lebar. Dengan Kathryn dia merasa tidak perlu berbasa-basi.
Read more
Bab 13
Dante melihat wajah Lizzy yang pucat dan bibirnya bergetar. Tangannya terulur, lalu menyentuh pipi Lizzy yang memerah. Dia melihat ada jejak telapak tangan di sana. Pasti salah satu dari preman tadi menampar pipi Lizzy dengan keras. Bisa dibayangkan, Lizzy pasti kesakitan setelahnya. "Kau tahu siapa mereka?" Lizzy mengernyit kesakitan, lalu menjawab, "Aku tidak tahu. Mungkin orang suruhan Ben. Atau mereka dikirim atas perintah salah satu musuh ayahku." Kemudian perhatian mereka terganggu setelah terdengar suara sirine mobil polisi yang semakin mendekat. Dante menarik Lizzy agar berdiri di sampingnya. Wanita itu tampak masih terguncang, dan pastinya tidak siap menerima pertanyaan dari polisi. Mobil polisi berhenti di depan mereka. Salah satu petugasnya turun dari sana, lalu menghampiri mereka. Petugas terlihat masih muda dan berkarisma. "Selamat malam. Kami menerima panggilan untuk datang ke sini. Bisa kalian ceritakan apa yang terjadi?" Dante memutuskan untuk menjawab pertanyaan
Read more
Bab 14
Dante memandang jam yang tergantung di atas pintu ruangannya. Jarumnya berdetak cepat, menyadarkan Dante bahwa dia telah melewatkan waktu satu jam dengan hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Seharusnya dia sudah meninggalkan gedung perusahaannya sejak tadi. Tapi kenyataannya dia belum juga beranjak dari kursinya. Padahal dia mengetahui saat ini Lizzy tengah menunggunya di suatu tempat. Itu pun kalau Lizzy masih berada di sana. Bagaimana kalau Lizzy tidak tahan menunggu dirinya terlalu lama? Lalu wanita itu pergi dari sana karena usahanya untuk meminta bertemu dia telah gagal total."Kau belum mau pulang?"Tahu-tahu kepala Kathryn melongok di depan pintu. Kathryn menatap Dante bingung. Sekarang sudah lewat jam kerja, serta semua pekerjaan telah mereka selesaikan. Lantas kenaapa Dante masih berada di sini?"Sebentar lagi. Kau bisa pulang lebih dulu," sahut Dante malas-malasan.Kathryn mengulas senyum kaku. Sepertinya bosnya itu sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Dia menga
Read more
Bab 15
Di luar kafe dengan udara malam yang dingin, Lizzy menunduk dalam, sambil menggigit bibirnya kuat. Menyadari bahwa tidak seorang pun peduli padanya, membuat dia hatinya serasa disayat-sayat hingga perih. Baik ayahnya, ibunya, Ben, atau siapa pun tidak pernah memikirkan perasaannya.Lizzy menghapus setitik air mata yang menetes di sudut matanya. Dia mengangkat kepalanya, menengadah ke arah langit yang gelap. Air matanya semakin deras mengalir tanpa bisa dia cegah sama sekali."Lizzy .... Siapa yang menyangka diriku bisa bertemu denganmu di sini. Senang rasanya bisa melihat wajahmu lagi setelah sekian lama."Lizzy mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu dia mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Dia tidak pernah berharap bertemu Ben di sini. Sejak pertemuan mereka yang berakhir dengan kejadian buruk beberapa waktu yang lalu. Perlahan Lizzy memaksakan sebuah senyuman, dan memberanikan diri menatap Ben langsung."Sayangnya aku tidak memiliki perasaan yang sama denganmu," ucap Lizzy ke
Read more
Bab 16
"Kantor Signor Corradeo .... tidak. Signor Corradeo sedang berada di luar kantor .... Maaf, gosip yang mana?"Kathryn terdiam , profesionalisme tenangnya terlihat buyar sementara wanita itu mendengarkan orang di seberang telepon. Kathryn mengangkat pandangannya yang terkejut saat bertatapan dengan Dante. Entah sejak kapan bosnya itu ada di dekatnya. Dia tidak terlalu memperhatikan."Tidak .... Aku tidak ada komentaar. Ya, aku akan memberi tahu dia bahwa kau menelepon." Tangan Kathryn gemetaran saat meletakkan telepon yang segera berdering lagi. Dante meletakkan tangannya di atas tangan Kathryn saat ingin mengangkat telepon lagi."Biarkan saja. Jangan terlalu dipedulikan. Yang mereka inginkan hanyalah memancing berita lain untuk membumbui berita sebelumnya.""Mereka hanya ingin memastikan kau memiliki hubungan dengan mantan model itu atau tidak," Kathryn menatap Dante dengan gugup. "Mereka tidak akan berhenti sebelum kau membuat pernyataan sanggahan melalui konferensi pers." Dia melanj
Read more
Bab 17
"Dante ...."Laki-laki yang dulu dekat dengan Benigno, dan sekarang ini menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan, menghentikan langkah Dante saat akan masuk ke ruangannya. Pelan-pelan dia berjalan menghampiri Dante dengan langkah tertatih sambil berpegangan pada tongkat. Bila tidak terpaksa, dia tidak mungkin bersusah payah datang ke sini dengan kondisinya yang seperti ini."Mr. Alberto ... Lama tidak berjumpa dengan Anda," sapa Dante dengan senyum dibuat-buat. Tubuhnya mendorong pintu di belakangnya hingga terbuka lebar, lalu membiarkan laki-laki seumuran kakeknya itu masuk ke ruangannya lebih dulu."Aku tidak ingin berbasa-basi padamu. Kau pasti sudah menduga tujuanku datang ke sini," ucap Mr. Alberto sesaat kemudian. Di memilih duduk di sofa tunggal yang berada di tengah-tengah ruangan, menghadapi Dante yang berada di ujung sofa yang lain."Sayangnya aku tidak mengetahui masalah apa yang ingin Anda bicarakan denganku." Dante pura-pura bodoh. Menghadapi orang tua yang kolot i
Read more
Bab 18
"Siapa yang menyuruhmu memakai pakaian seperti itu?" Lizzy mundur beberapa langkah, menjauhi Dante. Pipinya memanas. Ada sensasi aneh yang mendadak muncul di dalam dirinya. Tapi dia tidak bisa memastikan itu apa. Malam ini penampilan Dante terlihat sangat berbeda. Dia hampir tidak mengenali laki-laki itu. Selama ini Dante tidak pernah memakai setelan rapi seperti sekarang. "Aku hanya mengikuti perintahmu," sahut Dante ketus. Siapa yang menduga Lizzy akan seterkejut ini saat melihatnya tampil beda. "Sebaiknya kita berangkat sekarang." Lizzy mencoba mengalihkan percakapan mereka. "Kau bisa mengendarai mobil, 'kan?" Dia melempar kunci mobilnya pada Dante, lalu berjalan anggun masuk ke dalam mobilnya. Dante berhasil menangkap kunci itu. Dengan langkah cepat, dia ikut masuk ke dalam mobil Lizzy. Tidak menunggu lama, dia segera mengendarai mobil itu keluar dari halaman rumah Lizzy menuju jalanan kota London yang ramai. "Kau harus ikut aku masuk ke dalam," kata Lizzy sambil melepas sab
Read more
Bab 19
"Lizzy ...." Dalam gerakan cepat Dante melepas sabuk pengaman Lizzy, lalu mendorong tubuh wanita itu keluar dari mobil. Usai memastikan kondisi Lizzy yang tergeletak di tanah, Dante ikut melompat turun dari mobil. Dia berlari memutari mobil itu menghampiri Lizzy, dan menggendongnya menjauh dari sana. Satu menit kemudian mobil itu mengeluarkan bunyi ledakan yang keras, dan percikan api menari-nari ke atas langit. Sebuah mobil berhenti tepat di samping Dante. Secara otomatis Dante mundur beberapa langkah seraya memicingkan matanya. Dia menatap curiga pada pengendara mobil. Mungkin pengendara itu termasuk dalam komplotan orang yang menyerang dia dan Lizzy tadi. "Dante .... Cepat masuk." Pintu belakang mobil itu terbuka. Laki-laki itu tidak membiarkan Dante berpikir lebih lama lagi, memintanya masuk ke dalam mobil. Dante menuruti perintahnya. Meskipun mengalami kesulitan saat membawa tubuh Lizzy yang masih pingsan, Dante berhasil membawanya masuk ke dalam mobil itu. "Kita akan ke ruma
Read more
Bab 20
"Apa maksudmu sebenarnya?" Carlos menarik napas panjang, lalu tersenyum masam. "Luca Masimo. Aku yakin nama itu pernah singgah dalam ingatanmu. Tentunya kau belum melupakannya." Dante tertegun dengan tatapan hampa. Luca Masimo. Laki-laki itu pernah berkata bahwa mereka masih memiliki ikatan persaudaraan. Dante sempat mengira bahwa itu hanya omong kosong belaka karena Benigno tidak mengakui Luca sebagai cucunya. "Aku pernah bertanya pada Benigno mengenai Luca Massimo. Saat itu Benigno meyakinkan aku bahwa Luca bukan cucunya. Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa Luca tengah mengancam posisiku saat ini?" "Sebenarnya itu hanya dugaanku. Meskipun kakekmu telah meyakinkan aku bahwa pemuda itu bukan cucunya, aku sedikit meragukannya," jawab Carlos dengan sikap tenang. "Sebelum menikah dengan nenekmu, kakekmu terkenal sebagai si penakhluk wanita. Bisa saja, dari sekian banyak wanita yang pernah menjadi kekasih kakekmu, salah satunya melahirkan darah dagingnya." "Kalau dugaanmu benar, Luca
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status