Semua Bab Pelayan Sang Tuan: Bab 51 - Bab 60
62 Bab
50. Kesepakatan Bersama
Wajah Davina berubah dingin. Begitu pun suaranya. “Apa yang kau lakukan di sini?” Cla mendesah pendek sembari mengangkat kedua tangannya. “Aku sudah ada di sini sejak …” Ia mengangkat pergelangan tangannya. “Lima menit yang lalu.” Kening Davina berkerut sementara tangannya bergerak menyeka air mata yang masih membasahi pipi. “Akulah yang seharusnya bertanya padamu. Kenapa kau bisa ada di sini sendirian, Anak Bandel? Ke mana suamimu?” “Dia bukan suamiku,” sangkal Davina yang membuat Clay terkekeh geli. “Kau tak pernah menyangkal sebelumnya. Kenapa kalian berdua terlihat seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar?” Davina seketika terdiam. Kembali beralih pada sang paman. “Kenapa paman masih berhubungan dengannya? Dia pasti memiliki niat buruk pada paman.” “Seperti melakukan percobaan pembunuhan pada pamanmu?” celetuk Clay. Brian hanya tersenyum tipis akan kekhawatiran Davina. Menggenggam kedua tangan gadis itu dengan lembut. “Tenanglah. Tak ada yang perlu kau khawatir
Baca selengkapnya
51. Luapan Emosi
Davina menatap pintu keluar rumah sakit untuk yang kesekian kalinya dan Dirga masih belum muncul juga. Entah apa yang dibicarakan oleh Dirga dengan pamannya dan Clay. Begitu keluar dari ruang perawatan sang paman, ada seorang pengawal yang mengarahkannya ke lantai bawah dan langsung menuju tempat parkir, kemudian menunggu di samping gedung. Dengan posisi yang akan langsung dilihat dari pintu keluar.Rasanya begitu lama menunggu. Hingga akhirnya pria itu muncul dan tak menunggu lama untuk duduk di samping Davina."Adakah yang ingin kau jelaskan dengan kelancanganmu tadi?" Dirga jelas tak butuh basa basi untuk pembelaan Davina. Ia masih kesal atas sikap gadis itu di ruang dokter, sekaligus tak berani bersikap lebih keras mengingat apa yang sedang mencoba mengintai mereka.“Semuanya baik-baik saja, kan. Jadi tidak ada alasan kau harus membunuhnya.”“Kau terdengar seperti peduli padaku.”“Sikapmu terlihat seperti peduli padaku.”Kata-kata Davina berhasil menampar Dirga dengan keras. Wajah
Baca selengkapnya
52. Membaik
Satu jam kemudian, keduanya berbaring telanjang di tengah tempat tidur. Dengan berbantal lengan Dirga, Davina mulai mengantuk dalam dekapan pria itu. Ya, bagaimana tidak. Setelah percintaan panas mereka, tenaganya benar-benar dikuras habis. Dan jika ia tidak memperingatkan Dirga tentang kehamilannya, bisa dipastikan mereka pasti masih bergulat di tempat tidur. Senyum tersamar di ujung bibir Davina. Masih ada sedikit kepedulian Dirga yang masih tersisa untuk anak dalam kandungannya. Dirga sedikit menundukkan wajahnya, mengamati wajah lelah Davina yang mulai bernapas denga teratur dan tubuh yang mulai ileks dalam pelukannya. Satu tangannya terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi pandangannya mencermati wajah mungil gadis itu. Meski mata Davina terpejam, tetap saja ia bisa melihat kebeningan kedua mata madu tersebut dalam pandangannya. Bulu mata yang panjang dan lentik, alis yang melengkung halus, hidungnya yang mancung, mungil dan lancip dan disempurnakan dengan bibir
Baca selengkapnya
53. Jatuh Cintakah?
Part 53 Jatuh Cintakah? Davina baru saja melepaskan kaosnya ketika pintu tiba-tiba dibuka dan ia memekik pelan melihat Dirga yang melangkah masuk. “Aku belum selesai, Dirga,” sergahnya. “Paman sialanmu.” Dirga mengulurkan ponselnya. Melihat kedua tangan Davina yang berusaha menutupi ketelanjangan dengan kaos yang sudah dilepas. Sekaligus kesulitan untuk mengulurkan tangan. Dirga pun maju, menangkap pinggang Davina dan memutar tubuh gadis itu hingga punggung menempel di dada. Sementara tangannya yang lain menempelkan ponsel di telinga kiri. “Bicaralah,” bisik Dirga di telinga kanan, mendaratkan kecupan di pundak. Davina terpaku, jantungnya berdegup kencang dengan kontak fisik tersebut. Wajahnya mulai memanas, tetapi segara menyadarkan diri ketika suara dari seberang memanggilnya. “Davina? Kau di sana?” “Y-ya, Paman.” Davina berhasil menghilangkan getaran dalam suaranya. “Kau baik-baik saja?” “Ya, tentu saja. Paman?” “Sama. David ingin bertemu denganmu.” Davina melirik ke samp
Baca selengkapnya
54. Menikmati Kesenangan
Tidak mungkin, bukan? Semua perasaan yang bergejolak di dadanya karena ia terbawa emosi karena kesensitifan atas kehamilan ini. Anak ini adalah anak Dirga. Tentu saja anak ini memiliki ikatan batin yang cukup kuat dengan sang ayah. Sementara janin ini bertahan hidup di tubuhnya. Sehingga semua reaksi aneh itu bermunculan di dadanya. Ya. Semua ini hanyalah salag satu dampak dari kehamilannya. Ia tak mungkin jatuh cinta dengan Dirga meski semua kecemburuan itu telah ia akui. Semua kecemburuan itu karena …. kepala Davina kembali pusing ketika menelaah lebih dalam perasaan macam apa yang sebenarnya tumbuh di dalam hatinya ini. Ia hanya merasa sangat senang. Dadanya begitu sesak oleh sesuatu yang menyenangkan tersebut. "Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan Dirga membangunkan lamunan Davina. Davina tersentak pelan dan menggeleng dengan cepat. Kerutan membentuk di kening Dirga akan respon Davina yang menggemaskan tersebut. Ujung bibirnya tersenyum tipis. Tangannya terulur mengusap ccokla
Baca selengkapnya
55. Siasat Jimi
Kata sambutan Dirga membuat Davina terdiam. Tak yakin apakah itu pertanyaan atau pernyataan. Pandangannya berputar ke arah teras rumah sakit, yang memang terlihat jelas dari tempat mobil Dirga diparkir. Apakah pria itu mengamatinya sejak tadi. Ia menjawab dengan anggukan polosnya. “Dan kau tak menyangkal?” Salah satu alis Dirga terangkat. Kesal. Tentu saja. Cemburu. Ia tak akan menyangkalnya. Dengan jarak yang sejauh ini saja ia sudah bisa melihat dengan jelas gelagat Ega Carson terhadap Davina. Cara pandang pria itu jelas lebih dari yang dilihat oleh istrinya. Ya, istrinya. Davina Dirgantara. Istrinya. Tentu saja ia tak akan membiarkan pria mana pun melihat istrinya dengan tatapan rakus seperti itu. Menginginkan istrinya, miliknya lebih dari yang seharusnya. Seujung kuku pun. “Apakah aku harus menyangkalnya?” Davina tanya dengan kedua matanya yang membulat dengan cara yang polos. “B-bukankah kau bilang aku harus menjadi orang yang kau percaya?” Dirga menatap lekat kedua mata Davi
Baca selengkapnya
56. Anak Kita 1
Air liur Davina seperti sudah memenuhi mulutnya dengan aroma daging tumis yang dibalur bumbu yang begitu harum Entah karena rasa lapar atau memang selera makannya yang meningkat akhir-akhir ini, semua makanan yang terhampar di meja membuat air liurnya menetes. Atau mungkin keduanya. Dirga memang tahu bagaimana memenuhi perutnya. Suapan itu sudah ada di depan mulutnya yang terbuka ketika tiba-tiba tangannya ditampar dan sendok di tangannya jatuh ke karpet. Mulutnya menganga menatap nasi dan potongan daging tersebut berhamburan di karpet. “Ada apa?” tanya Davina tak mengerti ketika tangannya tiba-tiba ditarik dan dibawa ke arah meja kerja. Mendudukkannya di kursi lalu berjalan tiga langkah menjauh. “Siapa?” Bibir Dirga menipis keras, kemarahan bergolak di dadanya. Dan begitu mendengarkan siapa pelakunya, wajahnya mengeras dengan kepalan di tangan kirinya. “Dapatkan dia,” perintahnya mengakhiri panggilan dan menurunkan ponselnya. Kemudian mendekati meja kerjanya dan menangkap wajah
Baca selengkapnya
57. Anak Kita 2
“Kau masih perlu membahasnya?” “Tidak. Tapi aku akan terus memastikan keadaan baik-baik saja. Di setiap menitnya. Jangan sampai kita kehilangan kontak lagi. Aku akan mengirim pesan padamu di setiap jam, jika kau terlambat membalas pesanku, aku tahu ada yang tak beres denganmu.” “Kau berlebihan, David.” “Tidak ada yang berlebihan jika itu berhubungan denganmu.” Davina menghela napas panjang. Tak akan berdebat dengan ultimatum kakaknya yang satu ini, dengan niat tak akan menanggapi hal tersebut lebih serius. Pun ia sangat menghargai kekhawatiran sang kakak yang begitu besar. Senyum tipisnya membeku ketika pintu mobil tiba-tiba terbuka dan Dirga yang matanya menyipit tajam menatapnya lurus. “David, sepertinya aku harus pergi. Aku menyayangimu, sampai jumpa,” pungkasnya mengakhiri panggilan tersebut dan menurunkan ponsel dari telinga. “Seingatku, aku tak pernah mengatakan mengijinkanmu memegang ponsel. Apalagi secara diam-diam di belakangku. Darimana kau mendapatkannya?” “I-ini
Baca selengkapnya
Part 58
Davina kembali menengok keluar di sekitar mobil. Menatap pintu utama gedung tinggi dan Dirga masih juga tidak muncul dari sana. Entah sudah berapa lama ketika Dirga memarkirkan mobil di depan halaman gedung dan meninggalkannya bersama beberapa pengawal yang sudah menunggu sejak mereka datang. Ada dua masing-masing di depan dan belakang mobil dengan sikap siaga. Davina mengedarkan pandangannya, sejak tadi yang ia ketahui dari bangunan tinggi ini adalah sebuah gedung apartemen di kawasan elit. Glory Apartment. Urusan apa dan berapa lama lagi ia harus menunggu, Dirga sama sekali tak memberitahunya. Pria itu hanya menyuruhnya menunggu dan menghabiskan makanan yang tadi dibeli di restoran dalam perjalanan ke tempat ini. Tapi sekarang perutnya sudah kenyang dan kandung kemihnya sudah penuh. Ia buruh ke toilet. Melihat tak ada tanda-tanda kemunculan Dirga dalam waktu dekat, Davina pun melangkah turun. “Nyonya?” Salah satu pengawal bergerak mendekat. “Anda tidak boleh …” “Aku ingin ke
Baca selengkapnya
Part 59
Dirga melangkah turun lebih dulu dan menangkap tangan Davina, memastikan setiap langkah gadis itu dengan hati-hati, terutama ketika menaiki undakan. Ya, semakin besar kandungan Davina, ia pikir mual dan muntah yang gadis itu dapatkan sudah cukup menyiksa sehingga cukup untuk membayar dendamnya terhadap Jimi. Namun, ia tak menyangka dengan perut Davina yang semakin besar, rupanya memberikan siksaan yang lebih besar untuk gadis itu. Dan Davina tetap menerima semua derita dan siksaan tersebut dengan ketulusan. Entah sok tulus atau memang hanya kepasrahan yang gadis itu miliki, Dirga tak akan mempedulikannya. Ia hanya membutuhkan gadis itu di sisinya, juga kepercayaan Davina. Tak peduli apa alasan Davina tetap bertahan dalam pernikahan mereka. Di dalam rumah, langkah Reyna yang baru saja menuruni anak tangga terhenti melihat Dirga yang merangkul pinggang Davina dengan begitu posesif. Kecemburuan merebak memenuhi dadanya. Dirga sudah memutuskan untuk mempertahankan gadis sialan itu dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status