Semua Bab Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Bab 101 - Bab 105
105 Bab
Zein Galau
"Siapa Nolan dan apa hubungannya denganku?" Zein menaikkan sebelah alis, menatap istrinya cukup kaget. Jujur saja, Zein tak ingin memberitahu Zahra. Dia belum siap! Namun, Zein takut seseorang mencemari pikiran Zahra, sehingga perempuan ini kembali pergi darinya. "Nolan, dia saudara satu ibu denganku." Zein menjawab datar. Mengingat kejahatan Nolan, yang bukan hanya memisahkan dirinya dengan Zahra, tetapi juga melenyapkan ibu mereka sendiri, Zein rasanya marah. Meskipun Nolan telah tiada, kejahatan Nolan selalu berhasil membuat Zein mendidih. "Hubungannya denganku?" tanya Zahra penasaran. Benarkah Nolan selingkuhnya dan Zahra memilih kabur dengan pria itu? "Dia menyukaimu dan berusaha merebutmu dariku. Dia bekerja sama dengan Belle untuk memisahkan kita lalu terakhir kali dia menculikmu." Zahra mendongak, melototkan mata ke arah Zein. Dia menatap seperti tak mempercayai ucapan Zein tersebut. 'Hah! Nolan menculikku? Jangan-jangan kecelakaan yang menimpaku adalah ulah dia.' Zahra
Baca selengkapnya
Mimpi Mengerikan Zahra
"Ini adalah dokumen yang Pak suami harus tanda tangani," ucap Zahra sembari menyerahkan sebuah dokumen pada Zein. "Hum." Zein berdehem singkat, meraih dokumen tersebut lalu segera menandatanganinya. "Kau sedang hamil, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Zein tiba-tiba. Zahra mengerjap beberapa kali, pria ini menunjukkan perhatian padanya. Entah kenapa itu membuat jantung Zahra berdebar kencang. "Tidak, Pak." Zahra menggelengkan kepala. Sebenarnya dia menginginkan sesuatu, bukan karena kehamilannya. Karena keinginan Zahra tak ada sangkut pautnya dengan kondisinya yang hamil. Namun, mereka sedang di kantor, Zahra tak enak meminta. Zein menarik Zahra, menyentak tangan perempuan itu sehingga Zahra berakhir jatuh di pangkuannya. Zahra buru-buru beranjak, akan tetapi Zein lebih dulu melilitkan tangan di pinggang Zahra–membuat Zahra tak bisa kemana-mana, berakhir pasrah duduk dipangkuan Zein. "Aku tahu kau menginginkan sesuatu. Katakan saja," bisik Zein tepat di daun telinga Zahra, me
Baca selengkapnya
Jangan Menolak!
"Kau tidak apa-apa?" tanya Zein, mengusap pucuk kepala Zahra secara lembut dan penuh kasih sayang. Zein juga mengecup hangat pucuk kepala istrinya, berupaya menenangkan Zahra yang terlihat ketakutan. "Tidak apa-apa." Zahra melepas pelukannya pada Zein, memalingkan wajah juga–merasa malu dengan tindakannya yang tiba-tiba memeluk Zein. Zahra menghela napas lalu melirik Zein sejenak. "Pak Suami kenapa ada di sini?" tanya Zahra kemudian, sebelah dia merasa dirinya lebih tenang. Zein menaikkan sebelah alis, memperhatikan Zahra secara lekat. Perempuan ini tadi memeluknya dengan erat, sekarang terlihat cuek dan terkesan menghindar."Terserah ku, ini perusahaanku," jawab Zein santai, meraih pergelangan Zahra lalu menarik perempuan tersebut. "Entah kenapa kau terlihat sangat seksi hari ini, Wife," ucap Zein serak, mengalungkan tangan di pinggang Zahra. Dia mendekatkan wajah lalu berniat mengecup bibir sang istri, akan tetapi Zahra dengan cepat memalingkan wajah. "Pak, ini di kantor. Tolon
Baca selengkapnya
Cara Efektif Menumbuhkan Semangat
"Syutttt … jangan menangis, Sweetheart." "Aku menginginkanmu, aku sangat menginginkanmu," ucap Zein hangat. Dia mengganti posisi, duduk di kursi Zahra sedangkan istrinya ia dudukkan di atas pangkuannya. "Menginginkan Zahra Aurelia." Zahra meralat. "Berdamai." Zein berkata serak, menatap dalam pada istrinya. Dengan penuh kasih sayang, Zein mengusap air mata sang istri. Zahra mengerutkan kening, tak padam dengan ucapan suaminya. "Hah?""Zahra Aurelia adalah kau sendiri. Berdamai dengan dirimu, terima semua yang telah terjadi," ucap Zein, beralih mengusap pucuk kepala Zahra. Sebisa mungkin Zein melakukan sentuhan-sentuhan hangat untuk menenangkan istrinya yang sedang berperang dengan diri sendiri. Zein tak menyangka hal ini akan terjadi, amnesia yang istrinya alami membuat Zahra bertengkar dengan diri sendiri. "Tapi …-" Mata Zahra kembali memanas, bulir kristal telah berkumpul di pelupuk, "tapi … kalian tidak menerima ku yang seperti ini. Kalian terus menekanku supaya seperti Zahra
Baca selengkapnya
Selalu Mengagumkan
"Jika kamu tidak percaya yah sudah." Deana berkata santai, berjalan ke arah sofa lalu duduk dengan santai di sana. "Kamu sangat tidak sopan." Zahra mengkritik, menatap tak suka pada Deana. Perempuan ini seorang tamu, dia belum dipersilahkan duduk tetapi sudah duduk. Masalahnya, dia bahkan bersikap angkuh pada tuan rumah. "Kenapa?" Deana menatap sini pada Zahra, dia duduk melipat kaki lalu bersedekap di dada–menunjukkan keangkuhan secara terang-terangan pada Zahra. "Kamu merasa telah menjadi pemilik rumah ini? Ahahaha …." Deana tertawa dengan anggun di akhir kalimat. "Setelah aku menikah dengan Kak Zein, aku lah yang akan menjadi nyonya di rumah ini. Kalau kamu tetap bersikeras menjadi istri Kak Zein, kamu bisa tinggal di lantai khusus maid. Bawa putramu yang bisu itu juga untuk tinggal bersamamu dan pelayan. Satu lagi, mulai sekarang bersikap baik padaku, karena setelah aku menjadi istri dari Zein Melviano, bisa saja aku mengusirmu dari sini." Syurrr'Tiba-tiba saja Zein muncul, l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status