Semua Bab Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Bab 71 - Bab 80
102 Bab
Menikahlah Denganku Kak Zein
Lima tahun kemudian. "Uhuk uhuk uhuk." Seorang perempuan terbatuk-batuk saat memasuki ruangan Zein, asap rokok mengepul dan aromanya cukup menyengat. Zein melirik tak suka pada perempuan tersebut kemudian meletakkan rokok di asbak. "Kak Zein, kenapa kamu masih merokok? Kamu tahu kan merokok itu sangat berbahaya dan … kamu punya Nail loh di rumah ini. Jika dia menghirup asap rokok darimu, kesehatannya akan terganggu, Kak." Deana berkata lembut tetapi nadanya mengomel. Dia adalah sepupu Zein yang baru dua tahun yang lalu kembali dari luar negeri–setelah menyelesaikan pendidikannya. Selama dua tahun ini, Deana sering ke rumah Zein untuk menemani Nail. Selain itu, Deana juga menyimpan rasa pada kakak sepupunya tersebut. Siapa yang tak jatuh cinta pada Zein yang tanpa dan punya segalanya? Deana hanyalah wanita normal, mudah terbius oleh ketampanan sang kakak. Terlebih saat ini Zein menyandang status duda, di mana Zein semakin hot dan mempesona. Deana berusia dua puluh lima tahun, seda
Baca selengkapnya
Mencari Mama Supaya Papa Tidak Sedih
"Kamu harus membujuk Papa kamu supaya menikahiku. Jika tidak--" Deana merampas foto yang Nail peluk, "Aku akan membakar foto mama kamu!" gertaknya dengan membentak di akhir kalimat. Anak tersebut tak merespon apa-apa, hanya menunjukkan raut muka datar tetapi dengan manik mata berkaca-kaca. "Lagian ngapain sih kamu kemana-mana membawa foto Mamamu. Hei!" Deana mendorong kepala Nail cukup kasar, "Mama kamu itu sudah mati. Dia tidak akan kembali meskipun dua puluh empat jam kamu memohon pada Tuhan. Mama mati, Bisu!" sarkasnya, menjewer kuat lengan Nail kemudian segera pulang. Sebelumnya, dia melempar foto Zahra ke lantai secara kasar. Sedangkan Nail, dia buru-buru mengambil foto mamanya yang telah pecah–menangis tanpa suara saat melihat foto mamanya rusak. Nail tidak bisu, tetapi dia pernah berbicara lagi karena keluarga papanya sering mengolok-oloknya. Sepupunya yang seumuran bahkan jauh lebih tua darinya, sering menyebutnya tak punya ibu dan anak dari seorang monster pembunuh. Nail t
Baca selengkapnya
Diantara Pulang Mama
"Mama …." Nail berucap antusias, berlari ke arah mamanya lalu langsung berhambur memeluk kaki sang mama. Bug' Zahra kaget ketika seseorang memeluk kakinya. Dia menunduk, menatap anak kecil yang dengan erat memeluknya. Saat anak itu mendongak ke arahnya–mata mereka beradu, kemudian anak itu tersenyum, Zahra merasakan sesuatu yang aneh. Deg'Jantung Zahra tiba-tiba berdebar kencang, hatinya menghangat. Ada perasaan nyaman serta perasaan rindu menelusup di hatinya. Bahkan Zahra rasanya ingin menangis setelah melihat wajah anak tersebut. Karena perasaan aneh tersebut Zahra memalingkan wajah, menghela napas panjang beberapa kali untuk mengusir perasaan aneh yang melandanya. Setelah itu, dengan pelan Zahra melepas pelukan anak tersebut dari kakinya. "Kamu siapa? Dan … di mana orangtuamu?" tanya Zahra, Alean mendekat lalu menggenggam tangan Zahra–waspada jika anak tersebut berniat melukai kakaknya. Nail menatap sejenak pada Alean, cemburu dan tak suka ketika melihat anak lain menggengg
Baca selengkapnya
Bertemu Lagi
"Nail." Zein memasuki rumah, langsung memanggil putranya yang terlihat mengintip di tembok–menatap diam-diam ke arah ruang tamu. Entah apa yang putranya lakukan. Ketika dipanggil, putranya terlihat tersentak kaget. Nail menoleh padanya, melebarkan mata karena terkejut akan tetapi secepat mungkin raut mukanya berubah senang. Nail tersenyum lebar lalu berlari secepat mungkin ke arah Zein. Sedangkan Zein, dengan senang hati membawa putranya dalam pelukannya. "Sepertinya putraku sedang senang." Nail mengagumkan kepala, semakin melebarkan senyuman pada papanya. "Papa," panggilnya. Zein menaikkan sebelah alis. Sepertinya putranya memang benar-benar senang sehingga Nail mau mengeluarkan suara. Putranya tidak bisu! Namun, karena faktor lingkungan yang buruk, Nail trauma bersuara. Putranya akan berbicara padanya jika sedang sedih atau senang. Zein tentunya bisa membedakan. Jika cara Nail menyebut papa terkesan lesu, artinya putranya sedang sedih. Jika Nail antusias seperti sekarang berar
Baca selengkapnya
Kau Memang Istriku
Mata Zahra langsung bertemu dengan manik elang pria yang luar biasa tampan tersebut–tengah menggendong si anak nakal itu. Zahra tersenyum kikuk, jantung berdebar kencang dan mendadak panas dingin. 'Ya Tuhan, ta-tampan sesekali pria ini. Dia seperti pria dalam negeri dongeng, sangat-sangat mendekati kata sempurna.' batin Zahra, mengerjap beberapa kali, tanpa sadar mulut menganga karena terpesona oleh ketampanan pria tersebut. 'Tapi … kenapa rasanya aku seperti pernah berjumpa dengannya?' Zein sendiri, seketika menurunkan putranya dari gendongan–menatap terkejut dan tak percaya dengan apa yang dia lihat. Perempuan dihadapannya ini-- Zahra-nya, istrinya! Zein mendekati Zahra, lalu tanpa mengatakan apa-apa reflek menarik Zahra dalam pelukannya. Dengan erat dia memeluk Zahra, menelusup pada ceruk leher Zahra kemudian menghirup rakus aroma tubuh yang sangat ia rindukan tersebut. Masih sama! Manis dan menenangkan. Setelah itu, Zein mendaratkan bibirnya di kulit leher Zahra, mengecupnya
Baca selengkapnya
Zahra Kabur Lagi
"Setelah menghilang lama, tidak kusangka kau datang sendiri padaku, Wife." Zein menindih Zahra, tersenyum tipis sembari membelai lembut pipi istrinya. Dia sangat merindukan Zahra, dan ingin rasanya sepanjang hari dia memeluk perempuan ini. Lima tahun pergi, akhirnya Zahra kembali. Untuk saat ini, Zein tak akan bertanya apa yang terjadi lima tahun yang lalu pada istrinya. Yang dia inginkan adalah kebahagian. Biarkan Zein bahagia dengan pertemuannya bersama Zahra. "A--aku bukan istri anda." Zahra berusaha mendorong Zein dari atas tubuh. "Aku tidak pernah menikah dan aku tidak mengenalmu!" pekik Zahra, berteriak kencang. Dia berharap seseorang mendengarnya lalu menolongnya dari pria mesum ini. Zahra sejujurnya cukup tertegun saat pria ini menyebutnya istri. Dia hampir tergoda dan terayu, mengingat jika neneknya pernah berkata kalau Zahra memiliki cincin nikah yang ia jual. Jauh sebelum meninggal, neneknya telah menyampaikan jika Zahra di luaran sana punya suami. Namun, jika suaminya
Baca selengkapnya
Kembali Bersama Zein
"A-apa? Kami tidak bisa tinggal di sini lagi?" Zahra melototkan mata secara horor, tak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan adiknya. Setelah kabur dari rumah mewah seorang Zein Melviano, Zahra memilih kembali pulang ke tempat ia dan adiknya mengontrak. Akan tetapi, baru duduk di sofa rumah, pemilik kontrakan menghampiri Zahra lalu meminta maaf karena ingin mengusir Zahra dari kontrakan. "Maafkan saya, Nak. Namun, jika saya tetap membiarkan Nona tinggal di sini, Tuan Melviano, yang berkuasa di kota ini, bisa menggusur semua kontrakanku. Saya tidak berani melawan beliau, Nona." "O-oh." Zahra ber oh ria, mengerjap beberapa kali kemudian menghela napas. Pantas saja ibu pemilik kontrakan mengusirnya, ternyata Zein adalah dalang semuanya. "Baik kalau begitu, Bu. Aku dan adikku akan segera pergi."Tak punya pilihan, Zahra dan adiknya memilih pergi dari kontrakan tersebut. Zahra menghitung sisa uang yang dia punya lalu berinisiatif untuk menginap di hotel, untuk malam ini saja. Namu
Baca selengkapnya
Zahra Percaya Zein
Zahra terbangun dan mendapati dirinya di sebuah kamar yang luas. Dia menoleh ke arah perut saat merasa jika sebuah benda berat terasa menimpa perutnya. Mendapati tangan kokoh yang berada di sana, Zahra seketika menoleh ke arah samping. Zein tidur di sebelahnya. Sejenak Zahra tertegun, terpana oleh tampang tampan pria tersebut. Jika Zein tertidur begini, pria ini terlihat lebih manusiawi dan bersahabat. Namun, saat mata elang Zein menghunus, rasanya pria ini sama seperti serigala buas. 'Aku tidak boleh terpesona pada Tuan Zein. Dia pria jahat. Untuk apa tampan kalau hatinya busuk?!' batin Zahra, secara pelan menyingkirkan tangan Zein dari atas perutnya. Setelah itu dengan hati-hati Zahra turun dari ranjang, berniat untuk kabur. Akan tetapi langkah Zahra berhenti, reflek menoleh ke atas nakas saat melihat foto dirinya di sana. 'Bukan. Ini pasti bukan aku. Perempuan ini memang mirip denganku, tetapi dia … lebih cantik. Dia memakai pakaian rapi, kulitnya terawat dan rambutnya …-' Zahr
Baca selengkapnya
Kau Pura-pura Lupa Ingatan Zahra?
Zein menaikkan sebelah alis, menatap istrinya geli lalu mengagumkan kepala. "Oke," jawabnya santai, mengulurkan tangan untuk mengacak pucuk kepala Zahra. Zahra yang tampak takut, reflek mundur. Namun, saat kepalanya disentuh oleh Zein, perasaan aneh tiba-tiba muncul di benak Zahra. Sebuah kehangatan dan perasaan rindu. 'A-ada apa denganku?' batin Zahra, terdiam dengan memperhatikan Zein secara lekat. Zein melepas tangan dari atas kepala Zahra, menarik istrinya lalu membawanya ke dalam walk in closet. "Dulu, kau sangat suka mengenakan dress biru sebab kau tahu itu warna kesukaanku," ucap Zein, meraih sebuah dress biru lalu memberikannya pada Zahra. "Pakailah ini setelah mandi."Zahra mengerjap beberapa kali, menatap dress tersebut dengan syok lalu buru-buru mengembalikannya pada Zein. "Memangnya Tuan Zein ingin membawaku kemana? Kenapa aku harus memakai dress?" Bagi Zahra dress mewah seperti ini hanya digunakan saat acara penting atau pesta saja. Untuk sehari-hari dia memakai baju
Baca selengkapnya
Mama Sedang Sakit Nail
Zahra reflek menggelengkan kepala secara kuat, menampilkan air muka gugup karena cukup panik. "Nenek yang memberitahuku jika aku melompat dari mobil lalu berakhir jatuh ke jurang," jelas Zahra, takut Zein marah karena salah paham padanya. "Aku tidak ingat apapun. Na-namaku saja dikasih oleh Nenek karena kalung yang dia temukan dileherku." Zein menoleh ke leher Zahra, tak melihat apapun di sana. "Di mana kalungmu?" "Nenek menjualnya karena butuh biaya berobatku saat itu." Zein meraih tangan istrinya kemudian mengusap jari manis istrinya yang tak lagi mengenakan cincin pernikahan. "Cincin pernikahan juga dijual?" Zahra menganggukkan kepala, menatap Zein lekat lalu meneguk saliva secara kasar. Sepertinya Zein memang suaminya, pria ini bahkan tahu soal cincin pernikahan di jari manis Zahra. "Humm." Zein hanya berdehem singkat. *** 'Aku benar-benar lupa ingatan dan Tuan Zein memang suamiku. Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menikah dengan sosok monster ini? Ke-kenapa dari banyaknya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status