Share

Peristiwa

"Tuan, apa tidak sebaiknya kekuatan shinigami yang tuan berikan ke manusia itu, tuan tarik kembali?" Dalam ruangan hampa yang gelap Cassius dan Lyl membicarakan kekuatan yang Rue gunakan.

Dengan tenang Lyl menghembuskan asap rokok mendengarkan perkataan Cassius di balik singgasananya.

"Tuan, saya khawatir manusia ini akan menimbulkan banyak masalah pada Treseiront" Cassius tampak serius.

Treseiront adalah dunia para dewa dimana Aerch tertidur di dalamnya. Treseiront mencakup keseluruhan alam semesta dimana manusia masih belum mengetahui ujungnya dan lebih mempercayai alam semesta tak berujung dan tak berdasar.

Sedangkan Aerch adalah esensi yang di percaya keberadaanya oleh para dewa, bisa dikatakan Aerch adalah yang tertinggi dari yang paling tinggi tingkatannya di alam dewa dan alam semesta.

"Hahahahahahahahahahahahahaha...." Lyl tertawa mendengar kekhawatiran Cassius. "...jangan terlalu kaku Cassius, bersenang-senanglah"

"Tuan! Jika para dewa dan bahkan jika sampai Treseiront bergejolak, Lucifer akan memanfaatkannya untuk kembali menyerang Treseiront"

"Lucifer?" Tanya Lyl.

"Iya tuan, mahluk abadi yang pernah memporak-porandakan Terrania dan hampir melenyapkan sebagian dari para dewa yang menjaga Terrania, sebelum akhirnya di kalahkan oleh Atreon ketika mencoba menyerang Treseiront dengan milyaran pasukannya."

Terrania adalah padang luas tempat dimana para dewa tinggal, jika di dunia manusia mungkin seperti istana negara. Namun Terrania juga semacam batas seperti gerbang utama menuju Treseiront atau mungkin juga disebut surga oleh para manusia. Terrania tidak dapat digambarkan dengan dunia manusia, luas Terrania berkali-kali lipat dunia manusia.

"Aku tau Cassius" Lyl memandang Kabut gelap di depannya. "...mahluk berparas cantik yang menyetubuhi Niks (Malam) dan melebur Niks ke dalam dirinya itu"

Tentu saja Cassius tau, Shinigami sekelas Lyl yang sudah hidup lebih lama darinya pasti tau kejadian dimana Treseiront di serang. Namun tak ada salahnya Cassius mengingatkan mahluk yang di panggilnya 'Tuan' itu.

Selama ini para Shinigami memang tidak berpihak pada para dewa atau iblis. Kaum mereka hidup dalam jalannya masing-masing, dan hampir tidak pernah peduli dengan kekuasaan atau tahta.

"Sudah lama sekali, hampir beribu-ribu tahun aku tidak mendengar lagi tentang mahluk bertanduk itu" Lyl menyesap rokoknya dalam-dalam.

"Tuan, bagaimana dengan yang saya katakan tadi?" Cassius kembali mengingatkan tentang Rue "..bagaiman dengan manusia yang tuan berikan kekuatan itu?"

"Apanya yang bagaimana?" Tanya Lyl balik.

"Kemarin manusia itu melepas nafsu membunuhnya tuan, sebelum saya membuatnya tertidur dia sedang membunuh manusia-manusia lain"

"Hahahahahahahahahaha... aku tau" Lyl hanya tertawa.

Cassius masih tak tau apa yang di pikirkan tuannya itu.

"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"

*************************************************************

"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"

Teriakan Rue terdengar sampai ke ruang hampa dimana Lyl dan Cassius berada. Sejak Lyl memberikan kekuatan Shinigami portal tak kasat mata tercipta antara dunia manusia dan ruang hampa. Portal yang hanya dapat terhubung antara Lyl dan Rue.

"Manusia lancang itu!" Cassius yang ikut mendengarnya geram.

"Santai saja Cassius, manusia yang satu ini memang sangat menarik, sama sekali tidak punya rasa takut, meskipun lemah, keberaniannya menghadapi kematian melebihi para dewa"

"Dia hanya mahluk yang putus asa tuan, banyak manusia putus asa seperti itu" Cassius menekankan.

"Meskipun demikian aura gelapnya membuatku penasaran..." Lyl lenyap dari singgasananya.

Entah dimana portal dunia manusia dan ruang hampa, Lyl sudah berdiri di depan pintu kamar Rue sebelum sempat membukanya Rue sudah menghambur keluar dari kamarnya.

"Sialan! Bagaimana bisa semua yang kulakukan kemarin malam itu benar-benar terjadi?" Rue bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Maksudmu tadi pagi?" Lyl menimpali dengan tenang.

"Apa maksudmu?"

"Sekarang sudah malam, nak" Jawab Lyl "...kau membunuh mereka pagi tadi"

"Lalu? Apa kau yang muncul dengan asap kotormu itu dan membawaku pulang?" tanya Rue.

"Oh, itu Cassius yang membawamu"

"Sebenarnya Cassius itu siapa? Dia Shinigami sama sepertimu? Aku tidak pernah melihat wujudnya"

"Asap yang kemarin membawamu itulah Cassius.." Jawab Lyl.

"Asap?" Rue belum terbiasa dengan hal-hal aneh dari mahluk lain dunia itu. "Lupakan tentang teman konyolmu itu...gara-gara kekuatan bodohmu aku harus berurusan dengan polisi"

"Apa?" Dengan nada mengejek Lyl menunjukan wajah pura-pura kaget. "Huahahahahahahahahhahahahahahah..."

"Shinigami sialan, percuma bicara dengan mahluk bodoh sepertimu" Rue kesal.

Eeegh...!

Dalam sekejap tanpa tanda-tanda kemunculan sebuah kabut gelap mencengkeram leher Rue. "Manusia hati-hati dengan perkataanmu!"

Asap itu berbicara? Pikir Rue tanpa dapat berkata ketika lehernya hampir patah oleh cengkeraman asap tebal.

"Hentikan Cassius, jangan terlalu emosional..." Lyl menegur perbuatan Cassius.

Perlahan asap itu memudar. "Manusia ini tak paham posisinya tuan" Suara di balik kabut itu, yang tak lain adalah Cassius.

"Ugh..uhuk..." Rue terbatuk setelah cengkeraman Cassius terlepas. "Asap brengsek!"

"Polisi tidak mungkin mengetahui perbuatanmu, bocah..." Kata Lyl memandang Rue yang masih mengusap-usap lehernya.

Rue hanya diam memandang Lyl, banyak yang mau dia tanyakan tapi tidak tau apa yang harus di tanyakannya, kejadian-kejadian aneh beberapa hari ini masih belum dapat dia pahami.

"Jika polisi dapat menangkap shinigami yang mencabut nyawa manusia, bukankah lucu sekali? Huahahahahahahahahahahahahahahahahaha..." Lyl melepas tawa seperti biasanya.

"Aku Shinigami?" Kata Rue lirih.

"Kau bukan Shinigami, tapi kau memiliki kekuatan Shinigami dariku" Lyl membisik di telinga Rue.

"Brengsek! jangan seenaknya mendekatkan napas baumu dengan tiba-tiba." Rue menghindar dengan perbuatan Lyl yang selalu membuatnya kaget.

"Tidak bisakah kau buat aku lebih kuat lagi? Agar asap itu tidak menggangguku dengan tiba-tiba seperti tadi?" tanya Rue.

"Hahahahahahahahahhahahahahahahaha... kau manusia yang serakah" kata Lyl. "Hey bocah, kau bisa menggunakan kekuatan yang kau miliki tanpa batasan, itu semua tergantung bagaimana caramu mengembangkannya, aku hanya menanamkan weaps, untuk mengembangkannya itu urusanmu"

"Weaps?" Rue masih asing dengan kata itu, tapi dia dapat menangkap bahwa weaps mungkin semacam bibit kekuatan pikirnya.

"Kau bahkan dapat melampaui Cassius atau melampauiku, itupun jika kau mampu..." Kata Lyl. "Sayangnya dalam sejarah manusia tidak ada yang mampu melampaui dewa meskipun mereka juga di tanam weaps oleh dewa yang menyukainya, dan tidak sedikit yang lenyap karena tak mampu menguasai weaps yang mereka peroleh" Lanjut Lyl menjelaskan.

"Aku tidak cukup bodoh untuk lenyap dengan sia-sia seperti para sampah yang kau katakan" Kata Rue dengan sombongnya.

"Manusia yang menarik, kesombonganmu mengingatkanku pada mahluk itu.."

*************************************************************

'Aku tak sabar ingin secepatnya bertemu denganmu, sayang'

'Benarkah?'

'Tentu, saja...'

'Aku juga ingin sekali menemuimu sayang'

'Kapan kau ada waktu?'

'Kau serius sayang? Tapi kau tau aku sudah menikah, sedangkan kau masih muda dan tampan, aku takut mempermalukanmu menjalin hubungan denganku...'

'Bukankah asal tidak ada yang tau semuanya akan baik-baik saja?'

'Kau anak nakal... Tapi aku mencintaimu'

'Datanglah besok, aku menunggumu di tempat pertama kita bertemu'

'Coffe Station dekat Stasiun?'

'Yups'

"Manusia bodoh" Jennian melempar ponselnya setelah selesai membalas chat dari seorang perempuan yang terpikat olehnya.

Dia berjalan keluar dari kamarnya yang besar itu mencari mahluk yang selama ini setia mengikutinya. "Bellim..." panggilnya.

"Ya Tuan..." Dalam sekejap Bellim sudah berada di depan tuannya.

"Astaga Bellim, meskipun aku sudah bertahun-tahun hidup denganmu, aku masih belum terbiasa dengan bulu-bulu di tubuhmu, biasakanlah dengan wujud manusiamu" Suruh Jennian.

Seketika Bellim berubah ke wujud manusia.

"Kau sudah makan?" Tanya Jenn.

"Saya hanya makan setelah tuanku..." Jawab Bellim.

"Jangan bersikap seolah rumah ini adalah kerajaan, dan tidak perlu bersikap seperti kau ini budak, jika kau lapar, carilah makanan sesuai dengan seleramu..."

Sudah lama sejak mereka meninggalkan bangsanya masing-masing, Jennian memberikan kebebasan kepada Bellim, namun Bellim bersi-keras setia mengikuti Jennian sebagai Tuannya.

"Baik, Tuan.." Jawab Bellim.

"Tapi ingat, pilih sasaran yang tepat" Jenn menyarankan.

"Baik, Tuan.."

"Untuk sementara kau bisa tahan dulu rasa laparmu, besok makanan kita datang..." Jenn tersenyum sinis di balik taring tajamnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status