Share

Sebuah Rasa

"Jennian Ludrick..."

Jenn berhenti saat melewati Lyl yang di kerumuni anak-anak perempuan di meja depan. "Anak baru kau memanggil namaku?" Sahut Jenn.

"Ah, ya... Hai" Kata Lyl

"Hmm..." Jenn berjalan ke bangkunya.

"Senang sekelas denganmu..." Lyl tersenyum. Jenn merasa ada sesuatu dibalik senyuman itu yang membuatnya tidak nyaman.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Lyl kau manis sekali..."

"...selain tampan kau juga ramah"

"Hey, bukankah bagus kalau Lyl dan Jenn akrab? Dua cowok ganteng di kelas kita"

"Lyl lebih manis..."

"Jenn juga sangat mempesona"

Kyaaaaaaaaaaaaa

Anak-anak perempuan yang mengerumuni Lyl histeris dengan khayalannya. Kehadiran Lyl seolah melenyapkan pembicaraan tentang peristiwa pembunuhan di sekolah itu.

"Sebentar lagi Mr. Claire datang aku kembali ke bangkuku dulu ya..." Lyl beranjak dari tempat dia di kerumuni.

"Padahal kami masih ingin berlama - lama ngobrol denganmu"

"...Eh, Siapa Mr. Claire?"

"Wali kelas kita kan?" Jawab Lyl.

"Oh maksudmu, Pak Clarey..." Kata seorang gadis yang sedari tadi setia dalam kerumunan di depan Lyl.

"Kuharap Mr. Claire tak datang hari ini" Sahut gadis lain.

"Mr. Claire ya? Lumayan juga panggilan Lyl ke wali kelas kita..." Gadis lain menimpali.

Obrolan para murid perempuan masih berlanjut sampai wali kelas masuk.

*************************************************************

Di sebuah lorong antara bangunan-bangunan tinggi yang menjulang ke langit, nampak sosok hitam tengah terduduk di atas tumpukan sampah. Bukan! bukan sampah melainkan manusia dengan pakaian compang-camping.

"Berterima kasihlah, ku akhiri penderitaanmu di dunia ini, manusia tidak berguna." Ucap sosok hitam itu, yang tak lain adalah Rue.

Sejak dia merasakan kenikmatan membunuh korban pertamanya, seolah rasa lapar menggerogoti dirinya. Dalam beberapa jam sudah lebih dari sepuluh orang menjadi korbannya.

Sesaat setelah membunuh korban terakhirnya, perlahan kabut hitam memenuhi lorong itu.

Rue, beranjak dari atas tubuh korbannya, berdiri melihat sekelilingnya. Kabut itu semakin pekat dan tebal.

Kabut pekat itu seakan menyelimuti tubuh Rue, benar saja kabut itu memang tergulung di tubuh Rue.

Masih tak paham apa yang terjadi, Rue mencoba melepas lilitan kabut yang mulai menebal itu.

"Sialan mahluk apa ini?" Rue tampak kebingungan. "Asap sialan, kenapa bisa sekuat ini?"

Semakin lama kabut itu semakin kuat, tubuh Rue seakan tergenggam oleh tangan besar yang sangat kuat.

Rue mencoba melawan dengan kekuatan yang dimilikinya, namun sekuat apapun Rue mencoba, kabut itu lebih kuat menggenggam tubuhnya.

Hingga akhirnya Rue lemas dan tergulung oleh kabut itu.

Sosok hitam Rue dan kabut itu lenyap begitu saja.

*************************************************************

"Yo...anak muda" Sapa Lyl dengan sosok aslinya.

Rue terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi keningnya. "Aku bermimpi...buruk sekali..." katanya.

"Mimpi?" Lyl menatap manusia berdarah dingin di depannya itu.

"Ya, aku membunuh beberapa orang dalam mimpiku, dan rasanya..." Rue ragu melanjutkan kata-katanya.

"Menyenangkan?" Tanya Lyl dalam wujudnya yang hitam besar dengan wajah pucat dan mata merahnya itu.

Rue menghela napas, seakan mengiyakan perkataan Lyl.

"Itulah sebenarnya dirimu, di dunia manusia di sebut psycho kan?" kata Lyl.

"Kau!" Rue mengepalkan tinjunya "...ini semua pasti karena kekuatan bodoh yang kau tanam di tubuhku shinigami sialan!" Dia tak mau mengakui dirinya psycho.

"Ini semua tak ada hubungannya dengan kekuatan yang ku berikan padamu, sudahlah akui saja semua ini memang keinginanmu sendiri." kata Lyl "...coba kau ingat berapa lama kau muak dengan manusia-manusia lain di sekitarmu? Sebelum kekuatan yang kau miliki itu, kau sudah berpikir semua manusia hanya seonggok sampah di matamu."

Rue terdiam, dia sadar bahwa sebenarnya dia tidak pernah menyukai orang-orang di sekitarnya bahkan hampir membenci semua orang. Sebelum memiliki kekuatan dari shinigami, dia hanyalah bocah yang lemah dan pesimis. Hanya saja saat Lyl mengatakan dia Psycho, sifat manusianya masih belum menerima disebut psycho.

"Aku bukan psycho, sialan!" Teriaknya.

"Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha...." Tawa Lyl menggelegar memenuhi kamar Rue. "Kau naif sekali...meskipun memiliki aura gelap pekat perasaan manusiamu benar-benar masih ada"

"Apa maksudmu, bicara yang jelas!" Bentak Rue.

"Rue Caist de Grimpson, Psycho atau apapun itu... itu hanya sebuah kata, hanya sebutan. Bagi kami yang hidup jauh di atas kalian para manusia perasaan atau sifat kalian itu tak ada artinya sama sekali. Pada akhirnya kalian hanya makanan bagi kami, sama seperti babi, ayam, ikan dan binatang-binatang yang kalian makan. Manusia hanya ternak."

"Jadi kau anggap kami para manusia hanya hewan ternak bagi kalian?" Rue agak kesal.

"Tak perlu sekesal itu bocah. Kalian para manusia juga melakukan hal yang sama pada mahluk di bawah kalian. Manusia selalu menganggap merekalah mahluk tertinggi di alam semesta tanpa pernah menyadari takdir yang sesungguhnya. Seperti ribuan ikan dalam kolam besar yang memangsa sesama spesiesnya untuk bertahan hidup dan menjadi yang terkuat diantaranya, tanpa pernah berpikir, sekuat apapun dia pada akhirnya akan berakhir di penggorengan dan di hidangkan. Seperti itulah manusia."

Rue hanya diam dan nampak menerima takdirnya sebagai manusia, manusia yang hanya hewan ternak, hanya makanan bagi para dewa.

"Hey...nak, tak perlu terlalu di pikirkan." Lyl merubah wujudnya seperti manusia dan menepuk pundak Rue.

"Seperti yang kau katakan, pada akhirnya aku hanya makanan bagi kalian." Rue menunduk lemah. "Kenapa tidak kau makan saja aku sekarang?"

"Kau benar-benar manusia naif Rue, tidak semua manusia mempunyai kristal jiwa yang kami butuhkan. Kami tidak seperti manusia yang hanya makan daging ternaknya, tidak semudah itu, lebih rumit..." Lyl terdiam sejenak. "...dan kurasa tak perlu kujelaskan pada manusia sepertimu."

"Aku tak paham sama sekali" Rue menatap Lyl. "Jadi sebenarnya apa tujuanmu memberikanku kekuatan shinigami? Agar aku menjadi target makananmu yang kau inginkan?"

"Hahahahahahahahahahahahaha..." Lyl kembali tertawa. "Aku tidak ada niat menjadikanmu makanan bocah." Dia menjilat leher Rue. "...lebih tepatnya, belum... Haahahahahahahaha"

"Shinigami sialan!"

"Beruntunglah kau memiliki aura gelap pekat, belum pernah ada satupun manusia yang memilikinya sebelum ini" Lyl kembali duduk di kursi depan Rue.

"Apa sebenarnya tujuanmu dengan aura yang kumiliki?" Rue masih penasaran tujuan sebenarnya dari shinigami memberikan kekuatan padanya.

"Aku hanya ingin bersenang-senang untuk saat ini..." Lyl berjalan keluar kamar. "...sampai kau akan tau tujuanku yang sebenarnya nanti." Lyl melanjutkan kata-katanya dengan pelan, sebelum dia menutup pintu kamar, namun Rue masih mendengarnya cukup jelas.

Rue tak mau ambil pusing dengan apa yang baru saja Lyl katakan, dia kembali merebahkan dirinya, mengambil remote TV di sebelah bantalnya dan menekan tombol on.

'...kematian beberapa gelandangan yang di temukan di beberapa lorong berbeda, masih belum dapat diketahui penyebabnya. Polisi belum dapat memastikan apakah kematian tersebut adalah pembunuhan atau karena suatu virus, kematian-kematian yang aneh itu membuat pihak penyidik kebingungan. Hingga kini kejadian kematian beberapa gelandangan yang memiliki ciri kematian yang sama masih dalam penyelidikan pihak yang berwajib.'

"Shinigamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii....!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status