Share

Cinta Terhalang Restu
Cinta Terhalang Restu
Penulis: Sliming

bab 1

Inez  bangun pagi, dia segera bersiap-siap  dengan memakai baju yang biasa di gunakan untuk ke ladang. Akan tetapi hari ini ada yang berbeda, karena sejak tadi dirinya belum melihat sang Ayah. Hingga rasa penasarannya muncul, dia bergegas mencarinya ke belakang. Sampai di sana dia hanya mendapati ibunya yang tengah sibuk menyiapkan bekal untuk mereka.

“Ibu, Ayah ke mana?” ucap Inez  seraya melangkah mendekat ke arah ibunya.

Mendengar pertanyaan putrinya dia segera menoleh seraya berkata. “Ayah sedang di panggil Pak Kades. Jadi tadi pagi sudah berangkat.”

“Pantas saja, aku tidak melihat Ayah,” ujar Inez sambil mendudukkan dirinya.

“Apa kamu tidak lelah?” tanya Nilam sambil menatap anaknya penuh rasa tidak tega. Dirinya sangat berharap Inez bisa melanjutkan pendidikan. Akan tetapi karena terhalang biaya hingga membuatnya harus putus sekolah.

Inez langsung memasang raut  penuh tanya. Dirinya tentu bingung dengan apa yang diucapkan ibunya beberapa saat lalu.

“Maksud Ibu apa?” tanya Inez sambil membalik tubuhnya hingga berhadapan dengan Ibunya.

“Kamu tidak lelah, membantu Ayah dan Ibu setiap hari?” Nilam kembali menanyakan hal yang selalu mengganjal di hatinya itu.

“Tentu saja tidak Bu. Justru aku senang. Karena aku bisa banyak belajar dari kalian” sahut Inez dengan senyum mengembang di wajahnya.

Nilam merasa lega mendapatkan jawaban seperti itu, karena dirinya selalu merasa bersalah terhadap putrinya itu. Andai saja dia memiliki uang sudah pasti dia ingin Inez melanjutkan sekolahnya tanpa harus membantu mereka seperti saat ini.

“Oh, iya Bu. Tumben Pak Kades, memanggil Ayah” ucap Inez yang penasaran karena hal itu.

"Kalau tidak salah, nanti siang ada mahasiswa yang akan ikut KKN di desa kita. Jadi ayah pergi pagi karena harus ikut rapat dengan aparat di sini" Ibunya mulai menjelaskan mengapa Ayahnya di panggil oleh Pak Kades.

Inez mendengar kabar itu cukup kaget, karena selama ini tidak ada yang pernah datang ke desa mereka. Mengingat desanya sangat terpencil sekali jadi saat mendengar membuatnya sedikit merasa aneh tetapi ada juga rasa senang karena ada yang melirik desa mereka yang begitu pelosok dan jauh dari kota.

Hari sudah menjelang siang pembicaraan keduanya tidak di lanjutkan dan mereka  langsung bersiap-siap untuk pergi ke ladang. Inez yang hanya menggunakan pakaian lusuh. Namun, tidak menghilangkan kecantikan yang dia miliki.

Kecantikannya hampir  semua pemuda berusaha mendekatinya, tetapi  dia belum ingin berpacaran hingga tidak pernah menggubris para pemuda itu.

Inez selalu tampak bahagia saat menemani Ibunya, bahkan terkadang selama perjalanan dia berdendang sambil menikmati suasana yang masih sangat asri.

Sesampainya di ladang, dia bersama ibunya mulai mengambil peralatan untuk menanam jagung. Karena musim hujan sudah berlalu dan air sungai mulai mengering terpaksa mereka menanam jagung karena tidak perlu menggunakan air terlalu banyak.

“Neng, ayo kita istirahat dulu!” ajak Nilam, mengingat hari sudah menjelang siang.

“Bentar. Bu, ini tanggung” jawab Inez yang masih sibuk dengan benih yang masih berada di tangannya.

“Sudah tinggalkan dulu.” pinta Nilam.

Karena perutnya juga sudah merasa lapar, akhirnya dia bergegas menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya di salah satu pematang ladang yang belum di tanami apapun.

“Apa Ayah tidak menyusul kita kesini?” tanya Inez kembali.

“Sepertinya tidak, mungkin Ayah masih sibuk di balai Desa” Jawab Nilam sambil memberikan bekal yang tadi mereka bawa.

Sebenarnya Inez merasa sedih karena untuk pertama kali pergi tanpa Ayahnya, seperti ada yang hilang bahkan suasana sepi karena hanya mereka berdua saja di sana.

“Nilam” teriak seseorang dari seberang sana seraya melambaikan tangan.

Inez serta ibunya langsung menoleh ke arah suara itu dan langsung tersenyum, saat melihat salah satu tetangga mereka ternyata ada di sana.

“Bude” panggil Inez seraya tersenyum dan membalas lambaian tangan dari wanita itu.

“Mbak, ada disini?” tanya Nilam dengan sedikit berteriak. Karena jarak diantara mereka cukup jauh.

“Iya, kamu bawa bekal apa?” balas wanita itu.

“Biasa Mbak, cepat sini” ajak Nilam dengan melambaikan tangannya.

“Nanti aku ke sana, ini masih belum selesai” ucapnya dengan sedikit berteriak seraya menunjukkan sesuatu.

Nilam segera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Inez yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan keduanya sambil menyantap bekal.

“Bu, memang bude sedang menanam apa?” tanya Inez.

“Sepertinya sama seperti kita” jawab Nilam sambil menoleh ke arah Inez yang berada di sampingnya.

“Kenapa hampir semua orang di sini, menanamnya sama iya, Bu.” ucap Inez dengan sedikit rasa penasaran mengingat mereka hampir semuanya menanam jagung.

“Karena sudah tidak ada musim hujan, jadi sudah pasti semua menanam jagung. Ada juga yang menanam kacang bahkan umbi-umbian yang tidak memerlukan air banyak” jelas Nilam.

Inez yang mengerti hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, tidak mau membuang waktu mereka lagi. Karena hari sudah semakin siang mereka harus segera kembali melanjutkan pekerjaannya.

Nilam terlebih dahulu menyelesaikan makannya langsung beranjak dari duduknya sedangkan Inez merapikan sisa makanan yang masih ada dan segera menggantungnya di salah satu pohon yang berada di sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status