Share

DC 03

Marsha melihat kartu nama yang diberikan orang asing kepadanya. Dia menimbang kembali putusannya, apakah harus menghubungi nomor itu atau tidak. Mungkinkah orang itu memiliki pekerjaan untuknya, atau hanya sekedar orang iseng yang ingin menjebaknya.

Hari sudah tengah malam, dia tidak bisa tidur karena badannya terasa sakit. Ia memposisikan dirinya dengan berbaring kesamping sembari menatap kartu nama orang asing itu.

"Apa aku coba buat hubungi aja ya? Tapi ini udah tengah malam, tidak sopan kalau menghubungi orang tengah malam begini," Bimbang Marsha pada dirinya.

Ponselnya bergetar , ada pesan masuk dari W******p. Marsha melihat siapa yang mengiriminya pesan di engah malam seperti ini. Nama Arion terpampang jelas disana. Marsha tersenyum dan segera membalas pesan dari Arion.

Arion Firmansyah

Belum tidur?

Me

Belum, gak bisa tidur.

Arion Firmansyah

Lagi ada masalah?

Me

Hehe, biasa Maslah pekerjaan ☺️

Arion Firmansyah

Pabrik kemungkinan bulan depan buka loker lagi, kalau mau aku bisa suruh supervisor nya buat masukin kamu.

Me

Boleh tuh, tapi kayaknya sekarang aku butuh pekerjaan cepet.

Arion Firmansyah

Kalo begitu nanti aku hubungin kamu lagi. Kamu jangan tidur malem- malem, jaga kesehatan ya😊

Me

Iya, terimakasih ya.

Marsha masih tersenyum melihat chatnya dengan Arion. Laki-laki itu adalah teman kerjanya dulu, dia satu tahun lebih tua dari dirinya. Laki-laki tampan keturunan Belanda yang berhasil merebut perhatian Marsha. Tetapi Arion hanya menganggap Marsha tidak lebih dari seorang teman.

Mungkin Arion melakukan itu karena dia sudah memiliki seorang pacar. Gadis yang dia temui saat masih sekolah. Marsha mengetahui itu karena tidak sengaja melihat akun I*******m milik Arion dan ia juga melihat adanya komentar dari seseorang.

Komentar yang terlihat romantis dengan balasan yang romantis juga dari Arion. Tidak bisa dipungkiri Marsha merasa sedih saat tahu bahwa Arion sudah memiliki seorang pacar.

Marsha sendiri tidak pernah berpacaran dari dulu, mungkin jika menyukai seseorang dia pernah. Saat di junior high school dulu , dia pernah menyukai teman sekelasnya tetapi orang itu memiliki mantan dan mantanya itu sangat posesif, masih menganggap bahwa laki-laki itu masih pacarnya. Akhirnya Marsha memilih untuk mundur dan tidak lagi menyukai laki-laki itu.

Padahal jika dilihat Marsha sangat cantik, gadis keturunan Chinese memiliki wajah kecil dan imut. Kulit putih serta tubuh yang langsing dan tinggi. Tetapi dia lebih memilih untuk tidak memiliki pacar karena tidak ada yang menarik untuknya.

Hanya saat bekerja dulu dia bertemu Arion dan berakhir menyukai laki-laki itu. Tetapi Marsha tidak beruntung karena Arion sudah memiliki pacar dan juga menganggapnya sebagai teman.

Marsha menguap menandakan bahwa dirinya memang harus secepatnya tidur. Ia kembali menyimpan kartu nama orang asing itu dan mengunci ponsel miliknya. Dia merebahkan diri dan memejamkan mata, tidak butuh waktu lama, ia akhirnya tertidur.

••••••••••••••

Pagi hari sudah tiba, seperti biasa Marsha akan melakukan kegiatan yang sudah menjadi kesehariannya. Bangun pagi, membersihkan rumah, memasak dan pergi ke pasar untuk beli bahan makanan.

Ibunya sudah pergi bekerja, dirumah hanya ada dirinya dan juga Andreas. Kakak laki-lakinya itu sangat malas, tidak mau bekerja dan hanya bisa mabuk-mabukan dan bermain dengan temannya yang sama dengan dirinya.

Setelah pulang berbelanja, dia segera menata belanjaannya dan memasukkannya kedalam kulkas. Hari ini Marsha berniat untuk menelpon nomor orang itu dan menanyakan perihal pekerjaan.

Setelah membersihkan diri, dia segera mengambil ponsel miliknya dan menekan tombol angka untuk menghubungi nomor orang tersebut.

Layar handphone menunjukkan bahwa nomer itu sedang aktif. Setelah 30 detik berdering akhirnya seseorang mengangkat panggilan tersebut.

"Halo , siapa pagi-pagi begini menelpon," Ujar seseorang dari sebrang telepon.

"Selamat pagi tuan, maaf menganggu anda. Saya orang yang kemarin anda beri kartu nama anda. Saya ingin menanyakan perihal tawaran pekerjaan yang tuan maksudkan," Ujar Marsha pada orang itu.

"Ah kau gadis yang berada didepan pabrik waktu itu. Kalau begitu, datanglah ke hotel Syailendra. Tunggu aku di lobi hotel, aku akan menemuimu dan membicarakan penawaran pekerjaan," Ujar laki-laki itu.

"Baik tuan, saya akan kesana," Ujar Marsha mantap dengan keputusannya.

Panggilan terputus. Marsha dengan segera mengambil setelan yang sopan untuk bertemu dengan seseorang. Dengan cepat dia memakai pakaiannya lalu setelahnya dia segera menggunakan makeup dan menata rambutnya. Untuk hari ini , Marsha berharap orang itu memang baik hati dan mau memberinya pekerjaan.

••••••••••••••

Marsha sudah tiba di lobi hotel yang pria itu maksud. Dia sudah mengirimkan pesan bahwa dirinya sudah sampai pada lobi hotel tersebut. Marsha melihat sekitar, hotelnya tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang termasuk dengan staff yang bekerja.

"Halo nona, kita bertemu kembali," Ujar seseorang dari arah belakang Marsha.

Marsha membalikkan badanya dan tersenyum , "halo tuan, senang bertemu dengan anda kembali," Balas Marsha pada pria itu.

Marsha mengerutkan keningnya sebentar, kegiatannya itu tidak luput dari perhatian kedua laki-laki tersebut. Namun dengan cepat laki-laki yang menyapanya tadi mengenalkan orang yang berada dibelakangnya pada Marsha.

"Ah, kenalkan ini tuan Albert. Beliau adalah atasan saya," Kata Joe mengenalkan Albert pada Marsha.

Marsha menatap Albert yang juga menatapnya dengan intens. Dari tatapan itu, Marsha merasakan keanehan. Tetapi Marsha menepis rasa itu, dia berfikir positif bahwa tidak ada apa-apa dengan laki-laki yang bernama Albert itu.

"Halo tuan, perkenalkan nama saya Marsha," Ujar Marsha pada Albert.

"Ya, saya Albert," Ujar Albert singkat.

"Mari kita pergi ke restoran Padang , kita akan membicarakan perihal pekerjaan disana. Sekalian untuk sarapan," Ajak Joe pada Marsha.

Marsha mengangguk dan mengikuti arah Joe , mereka berjalan karena letak restoran Padang yang berada didepan hotel tersebut. Jadi tidak memerlukan waktu banyak untuk menempuh perjalanan. Hanya berjalan 5 menit lalu sampai.

Setelah sampai, mereka mengambil duduk didekat jendela. Albert dan Joe memesan makanan , Marsha tidak memesan karena dia tidak punya uang untuk makan di restoran Padang ini.

"Kau tidak pesan?"tanya Albert pada Marsha.

"Ti—tidak tuan, saya sudah makan tadi pagi,"ujar Marsha berbohong. Dia belum makan , karena makanan yang dia masak dihabiskan oleh Andreas tadi.

"Pesan lah , kami akan akan membayar makananmu," Ujar Joe pada Marsha.

"Tidah perlu tuan, saya tidak apa-apa," Ujar Marsha menolak.

"Mbak, tolong nasi nya tambah satu lengkap dengan lauknya. Tambahkan ayam bakar juga dan juga Es Teh manis," Ujar Albert pada pelayan restoran.

Sembari menunggu pesanannya datang, Joe memulai untuk membicarakan pekerjaan yang ditawarkannya. Sedangkan Marsha dia merasa tidak nyaman karena Albert terus menatapnya.

"Tuan Albert membutuhkan asisten pribadi yang kedua, sebenarnya sudah ada saya sendiri. Tetapi terkadang saya kuwalahan dengan pekerjaan tuan Albert yang sangat padat. Jadi apakah kamu mau bekerja sebagai asisten pribadi tuan Albert ?" Tanya Joe pada Marsha.

Marsha menimbang penawaran Joe, sebenarnya dia tidak terlalu yakin. Apalagi dia hanya lulusan SMA, dia juga tidak memiliki pengalaman bekerja dalam bidang perkantoran.

"Tetapi saya hanya lulusan SMA tuan, saya juga tidak memiliki pengalaman dalam dunia perkantoran. Apa tuan tidak keberatan dengan itu?" Tanya Marsha balik pada Joe.

"Tidak masalah, kau hanya perlu menghandle pekerjaan yang berada di kantor. Sedangkan Joe akan mengurus bagian lapangan," Ujar Albert pada Marsha.

"Tetapi kau harus merantau, karena kantor pusat berada di Amerika. Dan cabangnya ada dibeberapa negara. Cabang yang di Indonsia hanya ada di Jakarta. Apa kau sanggup?" Tanya Albert lagi pada Marsha.

Marsha tidak suka dengan tatapan Albert , namun sebisa mungkin Marsha bersikap tidak ada apa-apa. "Boleh saya meminta waktu untuk berfikir, karena saya juga harus meminta ijin pada orang tua saya," Pinta Marsha pada Albert.

Albert dan Joe menimbang permintaan Marsha. Albert tersenyum samar melihat Marsha. Joe mulai curiga dengan bosnya itu, karena dia dari tadi melihat bosnya menatap Marsha dengan tatapan liar.

"Oke, sampai besok saya kasih kamu waktu," Ujar Albert pada Marsha.

"Terimakasih tuan," Ujar Marsha tersenyum pada Albert dan Joe.

Setelah percakapan mereka berakhir, makanan yang mereka pesan sudah siap. Mereka memakan makanan itu dengan hikmat. Terkecuali Marsha yang merasa risih karena ditatap Albert sedari tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status