"Aku tidak menerima hasil perundingan ini!" Amira Zahra, wanita cantik dan mandiri yang merupakan kekasih dari Keenandra El Pasha terkejut mendengar perjodohan paksa antara kekasihnya dan adik angkatnya yang bernama Aletta. Keenandra dengan lantang berdiri menentang keras perjodohan itu. Ia pun menarik Amira dan mengajaknya pergi dari rumah ayah angkatnya. Mereka berdua sepakat melakukan perjanjian satu sama lain demi mempertahankan kisah cinta yang telah terjalin selama tujuh tahun. "Apa yang kamu inginkan setelah melakukan semua ini padaku?" lirih Amira. "Karena aku takut kehilanganmu. Dengan cara ini, aku masih bisa mengikatmu." "Aku tidak mau! Lepaskan aku!" teriak Amira meraung-raung. Demi terus bersama mereka berdua nekat melakukan hal terlarang hingga membuat salah satu dari mereka menjadi posesif. Sebenarnya, apa isi perjanjian itu? Dan apakah Amira akan menuruti keinginan Keenandra?
View MorePesta terus berlanjut hingga menjelang malam. Saat tamu undangan telah pulang sebagiannya, Aletta yang belum beranjak dari tempat duduk tiba-tiba saja berdiri dan melangkah ke panggung pelaminan. Sam dan Andrew juga Andrinov ikut berjaga-jaga. Mereka takut Aletta berbuat macam-macam di atas sana.Dan benar saja, Aletta berdiri dengan tangan berada di pinggang lalu berteriak cukup keras. Tamu undangan yang belum pulang menoleh ke arahnya.“Oh, ini yang kemarin sudah merebut suami orang? Selamat ya, atas pernikahannya. Pasti senang karena sudah berhasil menjadikan Keenan sebagai suami kamu.” mata Aletta tertuju pada Amira, bibirnya menyeringai. “Senang kan?”Andrinov dan Sam berlari ke atas panggung, memegang tangan Aletta dan membawanya turun tapi wanita itu memberontak dengan suara yang cukup keras. Ia tak mau dipaksa turun.“Lepas! Kalian sama saja dengan Amira yang telah merusak rumah tangga aku dan Keenan!” teriaknya
Jantung Amira berdebar kencang, rasanya seperti akan jatuh ke perut. Lima menit lagi acara dimulai dan dia masih terdiam di dalam ruangan menunggu prosesi ikrar selesai dibacakan. Citra ikut terlihat resah, ia dengan setia menemani Amira memegangi tangannya yang dingin dan basah. Amira sangat gugup.“Jangan takut, Mbak. Mas Keenan adalah yang terbaik,” hibur Citra dengan senyumannya yang manis. Amira tersenyum lega.“Keenan sudah selesai. Kamu bisa keluar.” Andrew berdiri di depan pintu menyambut adiknya yang masih duduk diam di atas ranjang. “Sangat gugup?” Amira mengangguk.Andrew menggandeng tangan sang adik dan membawanya keluar ruangan dengan langkah tegapnya. Semua undangan yang hadir menyambut bahagia pasangan Keenandra yang baru itu. Amira duduk di samping Keenandra yang kini resmi menjadi suaminya. Keduanya tersenyum saling bicara lewat mata dan sentuhan tangan. Citra hampir saja berteriak heboh melihat interaksi mereka berdua.Pesta pernikahan digelar cukup meriah. Ini adala
Menghabiskan waktu bersama seseorang yang disayangi, sangatlah menyenangkan. Terlebih lagi, orang itu adalah orang yang pernah membawa kita kepada kebahagiaan setelah melewati berbagai kesedihan. Satu kenangan manis yang terukir, mampu membuat segalanya begitu indah. Amira dan Keenandra menghabiskan minggu terakhir mereka sebelum resmi menjadi sepasang suami istri. Tak ada tamu, tak ada telpon, tak ada orang yang akan mengganggu mereka hari ini. Pintu luar dikunci rapat. Hanya ada suara berisik televisi dan dapur. Amira sedang membuat kue kesukaan Keenandra hari ini. "Terlalu manis," ujar Amira mencicipi satu potong brownies yang ia buat tadi pagi. Keenandra mengunyahnya tanpa kata tapi satu jari tangannya menyukainya. "Enak kok. Enggak masalah walau terlalu manis." Keenandra menyukai manis, pantas saja ia bilang rasanya tak masalah. "Nonton film horror dong." Keenandra menggelengkan kepalanya. "Seru tahu, siang begini nonton horor." "Kamu lagi hamil. Kalau mau, nonton film dram
Lepas pukul tujuh malam, Keenandra dan Amira tiba di depan rumah yang selama ini ditempati Amira dan Citra. Mereka masih berada di dalam mobil tanpa ada niat untuk turun. Amira rupanya masih betah berada dekat dengan calon suaminya. Walau keheningan melanda tanpa ada percakapan sama sekali. "Aletta telah bertindak nekat. Aku jadi bingung, kenapa dia bisa berbuat seperti itu?" tiba-tiba suara Keenandra memecah keheningan. Amira menoleh membiarkan calon suaminya mengoceh tanpa henti. "Secinta itukah dia sama aku?" "Dia sama seperti kamu," ucap Amira. Kini giliran Keenandra yang menoleh dengan raut wajah bingung menatap wanita yang dicintainya itu. "Sama seperti kamu yang menggenggam karena masa lalu." "Maksud kamu?" "Dia pasti tak pernah bercerita tapi aku tahu semua kisah cintanya saat masih remaja." Amira menghela napasnya sejenak. "Dia, pernah ditinggalkan oleh seseorang yang ia anggap adalah cinta sejatinya. Entah apa alasannya hingga membua
Hampir menunggu satu jam lebih, akhirnya Marina berhasil bertemu dengan Amira di ruangannya setelah makan siang. Marina juga membawakan makanan kesukaannya sebagai tanda permintaan maaf. Entah mengapa sejak kedatangan Aletta ke rumah tadi pagi, rasanya ia ingin menemui calon menantunya itu. Amira pun masuk ke dalam ruangan sambil terkekeh karena celetukan Keenandra. Namun begitu kakinya melangkah masuk, sosok yang tengah duduk manis di atas sofa membuatnya berhenti tertawa. Keduanya mematung di depan pintu masuk. "Ada apa mama datang kemari?" tegur Keenandra yang mendapat delikan protes dari Amira. "Mama ingin bicara dengan Amira sebagai calon menantu. Boleh kan?" Keenandra tak menjawab pertanyaan ibunya. Hanya saja, ia menjadi waspada dengan gerak-geriknya. Amira ikut duduk di sofa, Keenandra pun sama berada di sebelahnya. Duduk dengan satu tangan melingkar di perut Amira. Ibunya melirik sinis melihat cara posesif yang ditunjukan ol
Amira tak bisa menghilangkan keterkejutannya akan kedatangan Keenandra yang secara tiba-tiba di depan wajahnya. Calon suaminya itu hanya tersenyum seperti orang tak bersalah saat masuk ke dalam ruangan Amira dengan satu buket bunga di tangannya. "Kamu! Kagetin aku." Amira mendengus kesal. Buket bunga itu diterimanya dengan senyum merekah di bibirnya. "Bagaimana kabar anak aku? Tidak rewel kan?" Amira menggelengkan kepalanya. "Kali ini kamu ingin dibawakan apa? Maaf kemarin belum bisa menemui kamu dan baby." Keenandra mendekat lalu mengusap perut datar Amira dengan lembut. "Dari kemarin ingin ketemu papanya. Tapi papanya sibuk." bibir Amira merengut lucu, membuat Keenandra gemas. Pria itu terkekeh melihat tingkah kekanakan Amira. "Maaf. Papa minta aku tangani projek besar. Andrinof yang jaga kantor." "Iya, aku mengerti. Sebentar lagi makan siang. Kamu tunggu di sana dulu ya." Amira mengusir Keenandra dengan halus. Untung saj
Dua minggu menjelang pernikahan, Keenandra dan Amira sangatlah sibuk. Mereka sulit sekali bertemu. Bahkan untuk sekedar makan siang saja mereka tak bisa meluangkan waktu. Keenandra sedang sibuk dengan pemindahan bisnisnya yang terus mengalami penurunan, sedangkan Amira tengah sibuk meneliti dan memastikan pengelolaan bisnisnya. "Hah ..." Keenandra menghela napas kesal. Pena yang tengah ia genggam dibuangnya. Sudah hampir lima hari dirinya tak bisa melanjutkan pembangunan untuk proyek barunya karena terhalang izin. "Seharusnya itu bukan kamu yang pegang. Kenapa dilimpahkan ke kamu sih?" Andrinof masuk tanpa memberi salam pada sepupunya yang juga bos besarnya. "Itu kan milik om Burhan. Dia paham betul pasarannya. Kenapa tidak kasih ke dia saja?" "Kamu tahu kan betapa sulitnya menolak keinginan seorang Bara El Pasha?" "Yah. Bahkan kamu sampai harus melakukan tindakan ekstrim untuk membuatnya tak berkutik." Andrinof duduk dengan tenang di depan Ke
Pukul delapan malam ketiganya tiba di kediaman keluarga Bara El Pasha yang terkenal megah. Rumah bak istana itu membuat Amira membelalakkan matanya, ia takjub. Ia menghela napasnya, menoleh sejenak ke samping untuk mengalihkan pandangannya. Sementara itu Sam yang berada di mobil belakang ikut resah. Pasalnya, hampir lima belas menit mobil di depannya tak ada tanda-tanda akan keluar. Sam takut terjadi sesuatu dengan Amira, untuk itu ia memilih keluar dari dalam mobil miliknya lalu mengetuk kaca jendela mobil Keenandra. "Ada apa?" tanyanya menyelidik. Sam mengintip ke dalam mobil memastikan semuanya aman. Keenandra menggelengkan kepalanya lalu membuka pintu mobil disusul oleh Amira. "Sudah malam. Lebih cepat kita ketemu lebih cepat pulangnya." "Kamu sudah siap?" Amira mengangguk. Keduanya membuat pintu mobil dan melangkah bersama menuju pintu besar rumah itu. Amira mengeratkan genggaman tangannya pada Keenandra. Wajahnya terlihat pucat tapi ia berusaha me
“Andrinof!” suara besar dan lantang terdengar. Andrinof yang baru saja menyelesaikan kegiatan olahraga paginya menoleh sambil menghela napas. Rasanya malas ia menanggapi gerutuan wanita aneh itu. Pantas saja Keenandra menceraikannya. “Kau berjanji untuk membuat Amira dan Keenan berpisah!” “Aku tak pernah menjanjikan apa-apa. Dari mana kamu tahu aku ada di sini?” tanya Andrinof dengan dahi berkerut. “Pergilah! Aku tak mau berurusan denganmu lagi.” “Kau pernah berjanji, Andrinof!” Andrinof berdiri menghampiri Aletta lalu berkata di depan wajahnya. “Itu dulu sebelum aku dijodohkan. Lebih baik kamu pergi, karena kamu bukan lagi bagian dari keluarga El Pasha.” Mata Aletta berkaca-kaca mendengar suara Andrinof yang mengatakan dia bukanlah keluarga El Pasha lagi. Hatinya masih sakit bila mengingat bagaimana Keenandra telah mencampakkan dirinya. Lalu tiba-tiba hatinya berubah gemuruh bagaikan deruan ombak. Ia marah. Ini semua karena Amira, bisikn
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.