Di kantor Romi tengah sibuk membaca laporan keuangan perusahaannya dalam 2 tahun terakhir. Saat sedang asik tiba-tiba ia teringat dengan Khanza.
“Dia melihat uang yang tadi malam gak ya? Tapi apapun itu sebenarnya bodo amat sih.
Sejak kapan aku peduli sama Wanita, nggak guna banget. Dia lihat syukur nggak dia lihat sukurin." Gumamnya, lalu kembali fokus dengan berkas di tangannya.
Tok! Tok! Tok "Masuk,” sahut Romi dari dalam ruangan. Tidak lama kemudian muncullah perempuan sambil membawa buku di tangannya.
“Pak maaf, setengah jam lagi bapak ada jadwal ketemu dengan Pak Hendra. Tapi karena berhubung beliau lagi sakit maka digantikan oleh anaknya,” terang sekretarisnya tersebut membuat Romi mangut-mangut.
“Ketemu dimana?” tanya Romi membuat sekretaris tersebut kembali membuka catatannya.
“Kalo nggak salah tadi kata anaknya Pak Hendra, dia lagi ada urusan sebentar di kampus.
Setelahnya dia menunggu di kafe depan universitasnya, nggak jauh kok Pak. Sekitar lima menitan, ini ada sharelocknya,” terang sekretarisnya tersebut.
“Ya sudah sebentar lagi saya berangkat,” lanjut Romi.
“Baik Pak, kalau begitu saya permisi,” pamit perempuan itu yang dibalas anggukan oleh Romi.
Hampir 20 menit Salman sendirian di kafe, akhirnya ia berinisiatif untuk menghubungi Khanza.
[Halo assalamualaikum] jawab Khanza di seberang sana.
[walaikumsalam, kamu dimana Za?] tanya Salman.
[Ini lagi bank dekat kampus bayar uang kuliah] jawab Khanza sambil celingak-celinguk.
[Oke, habis dari sana kamu ke kafe depan ya aku traktir. Gabut banget nih nunggu teman papa lamanya pake banget] suruh Salman membuat Khanza tersenyum.
[Oke berangkat, kalo di traktir mah oke aja sekalian anter pulang ya] lanjut Khanza membuat Salman langsung memutar mata malas.
[Ribet ya, sini buru ... Di kasih hati minta usus lagi] omel Romi membuat Khanza terkekeh.
[Oke-oke bos] jawab Khanza sekarang posisinya diseberang kafe .
Setelah memutuskan sambungan, Salman geleng-geleng kepala dengan tingkah khanza yang tidak ada malunya.
“Permisi, anaknya Pak Hendra?” tanya seseorang membuat salman menoleh lalu berdiri.
“Iya Pak, saya Salman anaknya Pak Hendra." jawab Salman lalu mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Romi.
“Romi, tidak perlu panggil Bapak saya masih 25 tahun panggil abang aja,” sahut Romi.
“Iya Bang silahkan duduk,” lanjut Salman, lalu mereka mulai berbincang-bincang.
Di seberang jalan Khanza tengah kesal karena kendaraan tak kunjung sepi. Alhasil Khanza takut untuk menyebrang, hingga akhirnya satpam membawanya untuk menyebrang.
“Huh … akhirnya nyebrang aja ribet,” gumamnya, lalu ia mulai masuk ke dalam kafe.
Dari kejauhan ia melihat Salman sedang berbincang dengan seseorang. Tanpa membuang waktu ia langsung mendekati Salman. Khanza tidak dapat melihat Romi karena ia dari belakang Romi.
“Salman,” panggil Khanza dengan suara nyaringnya sambil melambaikan tangannya.
Salman yang mendengar itu langsung tersenyum lalu mengisyaratkan agar Khanza medekat.
“Sorry ya lama ta-“ ucapan Khanza terhenti saat ia melihat siapa orang yang sedang duduk berseberangan dengan Salman.
Matanya membola tidak percaya sama halnya dengan Romi. Ia juga kaget melihat Khanza, namun ia pura-pura acuh.
“Hey … kok malah bengong sih, sini duduk,” suruh Salman.
Khanza langsung tersadar dan duduk di samping Salman. Sekarang ia tengah memainkan jarinya, karena tidak menyangka dengan situasi ini.
“Nih Khanza kenalin teman Papa yang aku tunggu dari tadi, namanya Bang Romi." ucap Salman membuat Khanza langsung menoleh lalu tersenyum sekilas.
“Khanza,” jawab Khanza singkat sambil menangkupkan kedua tangannya.
“Mau pesan apa? Tadi katanya pengen makan banyak, pesanlah." lanjut Salman membuat Khanza semakin serba salah. Ia tahu pasti Romi berfikir jika dirinya cewek matre.
“Em … kamu aja yang pesan, apa aja deh.” jawab Khanza pelan membuat Romi langsung memicingkan matanya melihat keluguan gadis itu.
“Oke kalo git, aku tinggal bentar ya,” lanjut Salman membuat Khanza kaget.
“Hah? Aku ikut,” sahut Khanza membuat salman bingung.
“Mau pesan makanan aja, bentar doang kok." terang Salman membuat Romi menahan tawa melihat ekspresi Khanza. Setelah Salman pergi Romi langsung melipat tangannya di atas meja.
“Pacar?” tebak Romi yang dihadiahi tatapan tajam oleh Khanza.
“Bukan urusanmu!” ketus Khanza membuat Romi langsung menaikkan alisnya sebelah.
“Pacar yang dijadikan tempat meminta uang dan bayaran gratis.” ledek Romi, Khanza langsung menyunggingkan senyum melihat laki-laki dihadapannya itu.
“Kalo ia emang kenapa? Nggak ada masalah 'kan yang penting bukan kamu yang aku mintai uang.
Aku lebih berani ngutang kesana-kemari, daripada harus minta uang pada orang pelit kayak kamu.
Walaupun kamu notabenya adalah suami, ya suami sih ... suami yang perhitungan dan takut kekayaannya berkurang,” lanjut Khanza tidak mau kalah.
“Romi …,” pekik seorang perempuan membuat Khanza dan Romi langsung menoleh.
“Sopi,” ucap Romi tidak percaya melihat mantan pacarnya itu.
“Kamu kemana aja sih sayang? Kita udah lama banget nggak ketemu." rengek Sopi membuat Khanza langsung jijik melihat ekspresi Wanita itu.
“Stop memanggilku dengan panggilan sayang, sudah berapa kali kubilang kita nggak ada hubungan apa-apa. Jadi silahkan pergi,” usir Romi ia benar-benar muak dengan tingkah Sopi.
Sopi yang tidak terima di usir langsung menatap tajam kearah Khanza, membuat Khanza langsung bingung.
“Siapa dia? Apa pacar barumu,” cecar Sopi membuat Khanza kaget.
Sedangkan Romi langsung melirik Khanza yang terlihat bingung.
“Bukan urusanmu, mau benar atau nggak kamu nggak ada hak untuk tau.” lanjut Romi, lalu ia berdiri meninggalkan Sopi begitu saja. Saat Sopi hendak memaki Khanza tiba-tiba terdengar suara Salman.
“Ini pesanannya tuan putri,” ucap Salman tiba-tiba dari samping membuat Khanza kaget. Sedangkan Sopi langsung mendengus kesal lalu memilih keluar mengejar Romi.
“Loh, Bang Romi mana Za?” tanya Salman bingung, Khanza langsung menggedikkan bahunya.
“Mana aku tau, aku kan bukan ibunya,” jawab Khanza santai sambil menyeruput minumannya.
“Ada urusan penting kali ya, eh tapi Za keliatannya kamu suka deh sama Bang Romi,” tebak Salman membuat Khanza langsung menyemburkan minuman.
Byur! Khanza menyemburkan minuman dari mulutnya karena kaget dengan ucapan Salman barusan.
Ia langsung menatap tajam Salman yang sekarang tengah tertawa melihat dirinya belepotan dan juga jilbabnya yang basah.
“Bisa gak kalo ngomong itu kata-katanya di saring jangan asal ngebacot aja.
Ya kali aku suka sama om-om yang bener aja dong, gini-gini aku punya kriteria." kesal Khanza, lalu ia mengambil tisu untuk melap jilbabnya yang kotor karena minumannya.
“Om-om dari mana sih, orang Bang Romi masih 25 tahun udah sukses gitu.Gak usah bohong deh kaliatan tadi kamu langsung terpesona begitu melihat Bang Romi." ledek Salman yang di hadiahi pukulan oleh Khanza.‘Terpesona darimana yang ada ku syok melihat ada monster disini,'umpat Khanza dalam hati.“Udahlah kalo memang suka bilang aja, orangnya juga udah pergi tuh. Gak usah banyak melamun,” goda Salman sambil memasukkan kue ke mulutnya.“Bisa diam gak?!” ancam Khanza sambil mengangkat sendok garpu di tangannya, membuat Salman semakin terkekeh melihat tingkah Khanza.Sore hari, Khanza pulang diantar sama Salman sampai depan gang, kemudian ia berjalan sedikit lagi menuju rumah Romi.Begitu sampai Khanza langsung heran rumah begitu sepi, tidak ada tanda-tanda Romi di dalam.Khanza berusaha membuka pintu namun hasilnya nihil. Pintu terkuci rapi sedangkan Khanza tidak di beri kunci oleh Romi.“Ini maksudnya apa ya? Dia ngunci pintu tapi nggak ngasih kunci atau nitip dimana.Sumpah ini monster
Deg! "Akh … kata-kata Ayah selalu menghantuiku," kesal Romi menjambak rambutnya pelan.Disisi lain, Khanza sedang mencari-cari lowongan pekerjaan agar ia bisa mengganti uang Romi. Ia terus di hantui ucapan Romi yang mengatakannya cewe matre."Susah banget nyari kerja," lirihnya sambil mengusap air mata yang ntah sejak kapan turun.Hingga sore hari ia tidak menemukan satu lowongan kerja yang sesuai dengannya.Saat hendak pulang tiba-tiba hujan deras turun, terpaksa Khanza duduk di halte sambil menunggu angkot lewat.Lain halnya dengan Romi yang sudah hampir setengah jam di rumah, namun belum ada tanda-tanda Khanza pulang."Gadis ini kemana sih bikin pusing aja, nanti hilang aku lagi yang kena," kesal Romi sambil mengutak-atik ponselnya."Mana nomornya juga nggak punya, bikin kesel mulu deh." lagi-lagi Romi mengumpat kemudian ia menyambar kunci mobil, lalu mengambil payung.Selama perjalanan ia celingak-celinguk melihat sekitar mencari Khanza. Hampir satu jam ia menempuh perjalanan, akh
Khanza langsung mendorong dada Romi membuat Romi langsung salah sadar."Sorry, aku kira tadi, Sopi," Deg! Seketika Khanza mematung.Yang awalnya Khanza mulai luluh, tiba-tiba ia dihempaskan begitu saja. Romi langsung turun dari ranjang lalu ia keluar meninggalkan Khanza sendiri."Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah menciumnya," gumam Romi sambil berjalan menuju pintu utama.Disisi lain, Khanza kembali menangis sekuat tenaga ia berusaha bangun dari ranjang, lalu ia berjalan ke tikar tempat biasa ia tidur."Dari awal aku udah tau jika Romi tidak menyukaiku. Tapi kenapa aku malah baper dengan ini semua ... Ini tidak adil," ucap Khanza sambil mengusap air matanya. Ia juga langsung me lap bibirnya dengan tisu basah, ia jijik dengan dirinya sendiri.Drt … Drt … Drt Ponsel Khanza bergetar, Khanza tersenyum sekilas melihat siapa yang menghubunginya.[Assalamualaikum] ucap Khanza sambil tersenyum saat melihat yang menelpon adalah Salman.[Walaikumsalam, Za tadi aku lupa ngabarin kamu kalo m
Tanpa membuang waktu Romi langsung melepas jasnya, lalu ia melompat ke dalam kolam."Ugh … ugh," Khanza terus meminum air hingga membuatnya tidak sadar diri. Romi langsung meraih Khanza membawa gadis itu naik. Salman langsung membantu Romi menaikkan Khanza."Ya Allah ... Khanza pingsan Bang," ucap Salman khawatir, tanpa menghiraukan ucapan Salman. Romi langsung mencium bibir Khanza memberinya nafas buatan.Salman kaget bukan main melihat tindakan Romi, namun ia berusaha positif thinking. Berkali-kali Romi memberi nafas buatan hasilnya nihil, Khanza hanya batuk sekali membuat Romi semakin panik."Bang kita bawa ke rumah sakit aja," usul Salman yang dibalas anggukan oleh Romi."Biar saya yang bawa kamu lanjut pesta kamu aja, kasian kalo di tinggal." jawab Romi, lalu ia mengambil jasnya kamudian ia menggendong Khanza keluar.Disisi lain Salman masih bingung dengan semua tindakan Romi. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali menepis pikiran jeleknya."Dana, Adam!" panggil Salman setengah
"Jangan bilang ini ulah kamu, buka aku mau pergi." ucap Khanza dengan kesal, tapi Romi hanya dia memperhatikan gadis itu. Merasa tidak di perdulikan Khanza mendekati Romi, lalu menatap tajam laki-laki itu."Mau kamu apa sih? Sini kuncinya, aku mau pergi." kesal Khanza berusaha mengambil kunci dari tangan Romi. Namun Romi malah mengangkat tangannya ke atas, ke belakang sehingga Khanza berputar-putar."Sini gak!" bentak Khanza, dadanya bahkan naik turun menahan emosinya, membuat Romi diam sejenak saat Khanza hendak menarik paksa kunci tersebut.Romi langsung menarik tubuh mungil itu ke ranjang.Bruk! Mereka berdua jatuh dengan posisi Khanza di atas tubuh Romi. Khanza semakin kesal ia langsung berusaha bangkit. Namun usahanya gagal saat Romi malah membalikkan posisi mereka.Khanza yang hendak memberontak langsung di tahan oleh Romi. Kedua tangannya di taruh di atas membuat gadis itu tidak bisa bergerak."Awas …," berontak Khanza, sekarang matanya malah memanas ia sangat membenci Romi. Ro
Detik kemudian ia mendengar suara tawa dari sudut. Bagitu ia menoleh ia langsung menghela nafas panjang. Kemudian ia bangkit lalu berjalan ke kamar mandi lalu melaksanakan sholat.Pukul 7.00 Romi sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ia melihat Khanza hanya sibuk dengan lap topnya, tanpa melihat ke arahnya sedikitpun.Setelah rapi, Romi langsung keluar dari kamar karena ia ada rapat penting pagi ini. Begitu sampai di halaman rumah, ia langsung keingat dengan Khanza.Tiba-tiba ia merasa tidak enak hati meninggalkan gadis itu. Khawatir gadis itu melarikan diri setelah ia berangkat ke kantor.Berulang kali Romi menarik nafas, lalu ia kembali masuk ke dalam rumah untuk menemui Khanza.Ceklek! Pintu kamar kembali terbuka membuat Khanza langsung menoleh dan bingung, apalagi melihat Romi mendekatinya.'Mau ngapain lagi ini orang." ucap Khanza dalam hati."Ikut ke kantor," ucap Romi datar namun mampu menjadi Khanza kaget."Hah?" Khanza bingung, Romi langsung memasukkan tangannya ke dalam saku
Drt … Drt … Drt Ponsel Romi bergetar, ia langsung merogoh saku celananya.[Halo] [Pak, satu jam lagi anaknya Pak Hendra datang untuk rapat sama Bapak] ucap Vina sekretaris Romi.Romi yang mendengar itu langsung melihat Khanza sekilas, lalu ia sedikit menjauh.[Oke, kalo dia datang jangan suruh ke ruangan saya ya, suruh langsung ke ruangan rapat, rapatnya disana aja,] jawab Romi.[Baik Pak] Setelah selesai, Romi langsung mendekati Khanza yang tengah asik memandang."Saya nyuruh kamu kesini ngapain?" tanya Romi membuat Khanza kaget lalu ia berbalik."Iya nanti istirahat, masa mandang aja nggak boleh. Biasanya aku nggak pernah diginiin, mau ngapain dan kemanapun biasanya di biarin aja." jawab Khanza dengan polosnya membuat Romi kembali gemas."Saya cuma nyuruh kamu istirahat bukannya ngomel-ngomel," ujar Romi datar."Iya-iya, ih ngeselin banget deh," kesal Khanza sambil menghentakkan kakinya menuju ranjang. Romi yang melihat itu langsung geleng-geleng kepala."Saya ada rapat, ingat janga
Berkali-kali Khanza menarik nafas dalam-dalam sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Sekarang ia mengerti kenapa Romi akhir-akhir ini sangat peduli padanya, ternyata untuk di jadiin taruhan."Tapi kamu mau apain Khanza kalo misalnya kamu menang?""Nggak aku apa-apain sih, palingan pacaran aja mungkin selama dua minggu. Karena bagaimanapun juga pasti Khanza bakal kecewa banget kalo dia tau aku ngajak dia pacaran karena cuma ya itu taruhan," Khanza tidak sanggup lagi mendengar ucapan karyawan itu. Ia langsung memilih masuk ke toilet perempuan lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka Romi sejahat itu padanya.Hampir setengah jam ia di kamar mandi, Khanza kembali ke ruangan Romi.Di sisi lain, Romi tengah panik karena melihat Khanza sudah tidak ada saat hendak membuka pintu. Romi langsung kaget melihat Khanza sudah di depan pintu, ia langsung menghela nafas panjang."Kamu darimana aja?" tanya Romi, lagi-lagi air mata Khanza turun membuat Romi kaget sekaligus bingung."Kamu k