Share

3 Tahun

Ekspresi wajah dari sang ratu segera berubah saat ternyata suaminya langsung menanyakan perihal bayi yang sedang digendongnya untuk membuka percakapan. Kaisar Tian Lei lupa mengatakan kata-kata yang seharusnya dia katakan untuk menyambut kedatangan dari istri dan juga anaknya itu.

"Tentu saja bayiku! Memangnya kamu tidak melihat aku sedang menggendongnya?" Ratu Hiza Ming langsung menjawab pertanyaan dari suaminya dengan nada yang sedikit ngegas karena dia ingin memutuskan secara sepihak mengakui bayi itu sebagai anaknya.

"Eh..? Sejak kapan istriku ini hamil? Mengapa aku tidak mengetahuinya?" Kaisar Tian Lei langsung cemberut dengan cara bicara permaisurinya itu. Dia segera mengetahui apa yang diinginkan olehnya.

"Tidak perlu seolah bodoh dan bertanya-tanya seperti itu kepadaku! Aku secara tidak sengaja menemukan bayi ini terjatuh dari atas langit dan aku tertarik untuk mengangkatnya menjadi putraku!" kata Ratu Hiza Ming.

"Apaa! Terjatuh dari langit?" Kaisar Tian Lei terkejut.

"Benar! Sekarang yang aku inginkan adalah kamu mengakui dia juga sebagai putramu! Jika tidak mau, maka.." Ratu Hiza Ming mengatakannya dengan ketus dan dengan segera di potongboleh Kaisar Tian Lei karena takut istrinya akan memberikan sesuatu yang merepotkan. Terlebih, dirinya juga tiba-tiba saja sudah tertarik dengan bayi itu saat melihatnya dan sudah cukup lama menginginkan putra atau anak lain selain putra semata wayangnya, Tian Zhao.

"Baiklah-baiklah.. Tidak perlu mengatakan apapun lagi. Aku setuju!" Kaisar Tian Lei berkata dengan nada pasrah.

"Terima kasih suamiku! Kamu memang suami yang sangat pengertian sekali!" ekspresi buruk dari Permaisuri Hiza Ming langsung berubah seketika itu juga saat mendapatkan persetujuan dari suaminya, seolah-olah apa yang sebelumnya dia perlihatkan kepada sang suami tidak pernah ada sama sekali. Sungguh wanita memang sulit di tebak!

"Terima kasih ayah!" pangeran Tian Zhao berkata demikian karena dirinya juga sangat menyukai dan senang memiliki adik, terlebih itu adalah bergender laki-laki.

"Hoo..? Sepertinya kamu juga cukup bersemangat putraku?" Kaisar Tian Lei bertanya keheranan.

"Tentu saja ayah! Aku sudah cukup lama menginginkan seorang adik kecil laki-laki, namun ayah dan ibu tidak segera membuatkannya!" celoteh pangeran Tian Zhao asal.

Plakk!

"Aduh! mengapa kamu memukulku, ayah?" protes pangeran Tian Zhao kepada ayahnya yang tiba-tiba memukul kepala belakangnya.

"Cih! Ayah dan ibumu itu sudah berusaha semaksimal mungkin! Namun kami belumlah diberikan sebuah keberhasilan. Dalam pelajaran dasar, seharusnya kamu telah mengetahui bahwa semakin tinggi kultivasi seseorang maka semakin sulit pula memiliki keturunan!" ucap Kaisar Tian Lei menasehati anaknya.

"Sudah-sudah! Jangan ributkan suatu hal yang tidak berguna seperti ini!" Ratu Hiza Ming menengah-nengahi perdebatan ayah dan anak itu.

"Oiya Suamiku, aku memberikan nama kepada bayi ini Tian Lin. Bagaimana menurutmu?" lanjutnya bertanya.

"Tian Lin?" Kaisar Tian Lei mengulangi nama sang bayi sembari mengangkat satu alisnya.

"Benar! Tian Lin!" angguk Ratu Hiza Ming.

"Hmm.. Itu nama yang sangat bagus dan berwibawa. Sangat cocok dengan kebagusan wajah dan kewibawaan yang terpancar dari aura yang dikeluarkan tubuh bayi kita ini!" ujar Kaisar Tian Lei sembari tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

***

Waktu teruslah berlalu. Tidak terasa sudah tiga tahun semenjak pangeran Tian Zhao dan Ratu Hiza Ming menemukan seorang bayi kecil di tengah hutan yang terjatuh dari atas langit dalam kondisi keluar dari dalam telur emas kebiruan bermotif Yin dan Yang.

Tian Lin saat ini sedang duduk bersama dengan sang ibu atau Ratu dari kekaisaran Tian, Hiza Ming. Tian Lin kecil benar-benar terlihat berbeda dari umumnya anak-anak yang ada di kekaisaran. Dia selalu memberikan kejutan kepada ayah dan ibunya serta bahkan kepada kakak laki-lakinya.

Tian Lin kecil sudah dapat berjalan pada saat umurnya berkisar barulah 5 bulan saja. Sedangkan untuk berbicaranya, dia sudah menjadi pembicara yang fasih sejak umur 1,5 tahun. Sikap yang diperlihatkan oleh Tian Lin kecil juga seperti orang yang telah dewasa.

Tian Lin kecil tidak pernah mengeluh sedikitpun kepada ibunya saat mendapatkan kesulitan atau apapun itu. Dia tidak pernah menangis layaknya anak kecil ketika dirinya terjatuh atau terluka karena sesuatu. Dia juga tidak mau bermain dengan anak-anak bangsawan lain. Dia lebih suka berada di perpustakaan untuk membaca buku-buku yang ada di sana.

Awalnya hal seperti itu cukup membingungkan sekaligus kekhawatiran tersendiri bagi Kaisar Tian Lei dan juga permaisuri Hiza Ming. Namun lama kelamaan mereka pun mulai terbiasa dengan berbagai macam kejutan yang diberikan oleh Tian Lin kecil karena nyatanya memang tidak ada efek berbahaya apapun, terlebih mengenai mentalnya.

"Putraku, bagaimana bisa kamu membuat sebuah pedang dengan menggunakan kayu ini?" tanya permaisuri Hiza Ming kepada Tian Lin kecil sembari memegangi sebuah pedang kayu yang telah dibuat dengan rajin. Selain itu, pedang kayu yang ada di tangannya ini cukuplah tajam dan dapat menggores kulit sehingga menimbulkan luka jika tanpa sengaja terkena bilahnya.

"Ibu, itu karena aku sering mengobrol dengan kakak Zhao dan membaca beberapa buku di perpustakaan istana mengenai tata cara membuat kerajinan tangan. Lalu aku buatlah saja sebuah pedang kayu!" jawab Tian Lin kecil dengan ekspresi polosnya.

"Hufth.. Mengapa kamu memilih untuk membuat pedang? Mengapa tidak membuat yang lain saja?" tanya Ratu hizaming dengan penasaran sekaligus merasa sedikit khawatir dengan putranya itu.

"Ibu.. Kata kakak Zhao, sebagai seorang laki-laki, aku harus mulai membiasakan diri dengan sesuatu yang bernama pedang! Maka aku buat saja sebuah pedang dari kayu sebagai kerajinan tangan pertamaku!" jawab Tian Lin kecil dengan penuh kebanggaan.

"Oh..? Jadi kakakmu itu yang telah mengajarimu tentang pengetahuan-pengetahuan seperti itu?" tanya Ratu Hiza Ming dengan ekspresi wajah yang sedikit cemberut.

'Ternyata ini ulah Zhao'er! Huh! Awas saja kau Zhao'er, telah mengajari adikmu sesuatu hal yang berbahaya saat umurnya masihlah terlalu kecil!' batinnya.

"Benar! Tapi aku juga sependapat dengannya ibu! Laki-laki itu haruslah kuat dan tidak boleh lemah! Karena tugas laki-laki nanti adalah melindungi wanitanya!" jawab Tian Lin kecil dengan wajah polos namun terdapat sorot mata penuh tekat yang dapat dilihat.

Ratu Hiza Ming membuka mulutnya lebar-lebar saat mendengarkan penuturan dari putranya yang masih berumur 3 tahun itu. Dia sungguh sangat tidak menyangka bahwa anak kecil itu sudah dapat berbicara seolah-olah dia sudah dewasa.

'Sial! Zhao'er benar-benar keterlauan sekali! Dia bahkan sudah mengajari adiknya hal-hal aneh! Cih! Awas saja nanti kalau ketemu, aku pasti akan memberikan hukuman berat!' batin Ratu Hiza Ming dengan marah namun mencoba semaksimal mungkin untuk tidak dapat ia perlihatkan menggunakan ekspresi wajah.

"Nak, kamu itu masih kecil! Tidak sepantasnya kamu mengatakan itu di saat umurmu barulah 3 tahun! Lebih baik kamu teruslah belajar dan membaca beberapa sejarah mengenai Alam Menengah ini agar pengetahuanmu semakin luas daripada membicarakan hal seperti itu!" Ratu Hiza Ming memberikan sebuah nasehat untuk putra paling tampannya.

"Baik ibu! Lin kecil ibu ini pasti tidak akan mengengecewakan ibu dan akan semakin giat belajar dan membaca!" ucap Tian Lin kecil dengan penuh keyakinan.

Ratu Hiza Ming tersenyum lalu mengelus lembut ujung kepala dari putranya itu. Namun wajahnya menjadi penuh kekhawatiran saat secara tiba-tiba putranya terjatuh menjerit kesakitan.

"Aakh.. Ibu.. Kepalaku sakiit!" Tian Lin kecil sampai mengguling-gulingkan tubuhnya di atas tanah.

"Nak! Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ratu Hiza Ming sembari buru-buru berjongkok lalu memeriksa kondisi putranya dengan penuh kekhawatiran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status