Share

6

Lucifer perlahan memasuki menara tersebut dengan susah payah. Sudah sangat jelas anak itu kehabisan tenaganya dan terlihat lemah. Namun kedua bersaudara itu tampak panik dan kebingungan. Baru hendak melangkah ke dalam menara, Taya dengan cepat menaikkan tangan kanannya dan berteriak, “Havir, Move!” gadis itu berseru dan memejamkan matanya. Dalam sekejap menara itu menghilang meninggalkan Lucifer yang siap menghantam tanah.

“Sial,” umpatnya yang berakhir kehilangan kesadaran di udara. Sebuah tangan besar menangkap tubuh Lucifer yang melemas. Udara dingin malam itu tentunya tak dapat dirasakan oleh Lucifer yang tertidur lelap dalam pelukkan hangat pria yang menangkapnya. Jubah hitamnya yang panjang nan mewah tampak menawan membalut badan tinggi besarnya yang menopang ketampanan dari wajah seorang penyihir agung. Derry masih mempertahankan posisinya di udara dengan Lucifer digendongannya. Matanya menatap lurus tepat pada sapi yang sudah tak mampu berdiri, namun hewan itu sepertinya belum menyerah untuk berusaha. Bahkan sapi itu tak bersuara sama sekali. Seolah tak ingin menunjukkan kesedihannya atau rasa sakitnya. Atau mungkin sapi itu memang tidak tau bagaimana caranya menangis atau mengeluh. Derry akan menolongnya jika saja sapi itu menunjukkan bahwa dirinya lemah dan berhenti berusaha. Wajah datarnya membuat siapapun yang melihatnya akan bertanya-tanya tentang rasa peduli pria itu.

“Hylle,” gumam Derry pelan, lalu ia menghilang.

Menara suci milik penyihir agung muncul di tengah-tengah kota Boras, dimana para warga sedang berkumpul dan saling berdebat tentang situasi saat ini. Hadirnya penyihir agung tentu mengalihkan perhatian mereka dengan cepat. Perdebatan hingga gosip menyenangkan seolah tak berarti karena kehadiran Derry.

“Guardian, memberi salam kepada penyihir agung Gillenhart!” seru salah seorang guardian memberi salam yang diikuti oleh guardian lain. Salam kehormatan kepada pellindung Zois, salam dengan telapak tangan kanan menempel pada dada kiri seorang guardian.

“Itu hanya menara, pemiliknya harus keluar baru memberi salam,” ketus Sasha yang tak ikut memberi salam. Tak lama pintu menara terbuka, Derry muncul disana dengan sebuah kertas gulung berwarna putih dengan tinta hitam yang menghiasnya. 

“Salam para guardian,” sapa Derry melakukan gerakan yang sama dengan para guardian yang lainnya. Barulah Sasha memberikan salamnya kepada Derry. Pria itu tersenyum melihat gadis kecil itu memasang wajah masamnya saat memberi salam. Namun bukan itu yang harus ia utamakan sekarang. Derry membuka kertas yang ia bawa dan membacakan isinya yang berisikan sebuah ramalan tentang datangnya malapetaka yang akan merebut Zois dari guardian dan hada. itu adalah ramalan lama yang juga mengatakan tentang lahirnya penyelamat dari bangsa guardian yang akan melindungi Zois. Tidak ada satupun orang di planet Zois yang tak mengenal ramalan itu. tapi mereka tidak tau kapan ramalan itu akan terjadi, dan siapa anak dalam ramalan itu. Meski para hada dan guardian kelas tinggi sudah bersiap dengan berbagai penelitian yang mereka lakukan selama ini, tentunya kehadiran anak pelindung itu adalah yang terpenting. Berbagai ekspedisi ke berbagai planet di semesta lain telah dilakukan untuk mengumpulkan informasi tempat berlindung jika ada kemungkinan Zois tak bisa diselamatkan. Namun ekspedisi terhenti karena ketua ekspedisi menghilang tanpa kabar saat ekspedisi terakhirnya di Bumi. Dominiq yang memimpin ekspedisi disebut-sebut sebagai pahlawan yang berhianat karena menghilang begitu saja. Tak hanya Dominiq, para peri hada yang memiliki ikatan dengannya pun juga ikut menghilang di Bumi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status