Gabriel Kusuma Damian--pria tampan berusia 27 tahun bertemu kembali dengan mantan kekasih yang masih ia cintai--Paramitha Indira. Menghabiskan satu malam bersama di sebuah hotel yang sengaja Damian lakukan karena terlalu merindukan wanita itu. Kabar mencengangkan kembali Indi dengar. Ia dan Damian dan dijodohkan oleh orang tua mereka setelah tahu Indi telah berpisah dengan kekasihnya--Rangga. Akankah Indi menerima perjodohan tersebut?
View MoreManda terdiam sesaat. Hanya menatap Indi dengan pikiran kembali ke masa lalu. Mengingat apa yang belum pernah Damian beri tahu kepadanya.“Elo udah nanya detail, ke Damian? Soalnya kami nggak boleh cerita apa pun ke elo, Ndi. Biar dia aja yang cerita semuanya.”Indi menggeleng pelan. “Hanya kisah cinta kami yang dulu sama-sama bucin. Udah, itu doang. Kami … pernah tidur bareng?”Manda tertawa sembari meringis menatap Indi yang bisa-bisanya bertanya hal itu kepadanya. “Mana gue tahu, Indi. Elo sama Damian tuh go public, tapi nggak tahu gaya pacarannya kayak gimana. Yang gue tahu, kalian sering pergi nonton, belanja, makan bareng, bahkan liburan bareng tapi nggak pernah nginep. Kayaknya nggak ada waktu buat tidur bareng apalagi sampai bercinta. Gue nggak yakin kalau itu. Elo tanya aja ke Damian.”Indi menggeleng pelan. “Nggak berani, gue. Terlalu sensitive dan takutnya malah ke mana-mana. Dan gue ingat, di malam pertama kami, dia sempat nanya ke gue. Siapa yang udah ambil kesucian gue.
Satu minggu berlalu.Damian sudah diperbolehkan pulang ke rumah setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan perawatan selama satu minggu lamanya.“Damian. Rumah itu, beneran rumah yang dikasih papa kamu atau hanya bohongan saja?” tanya Indi kala teringat bila mereka akan pulang ke rumah.“Sebenarnya bukan. Jangankan beliin rumah, uang buat beli rokok dia aja minta ke aku. So … mau pindah atau tetap di sana? Tapi, aku udah beli rumahnya dan tinggal ditempati saja.”Indi menghela napas panjang kemudian menatap Damian lekat. “Rumah yang kamu beli itu, buat anak kita kelak aja, Damian.”Damian menganggukkan kepalanya. Menuruti perintah sang istri. “Baiklah. Kalau memang tetap ingin tinggal di rumah lama kita.”Indi mengulas senyumnya. Mereka tidak jadi pindah karena ia baru tahu bila rumah tersebut bukanlah rumah pemberian Dipta.Sesampainya di rumah, ia mengerutkan keningnya kala melihat Bi Inah ada di sana.“Aku yang minta dia kerja di sini.”“Ooh!” Indi pun kembali melangkahkan kakin
Waktu sudah menunjuk angka sembilan malam. Ayu sudah pulang ke rumahnya dan tidak ada lagi yang berkunjung di hari itu karena semuanya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Tok tok tok!“Permisi! Waktunya minum obat.” Seorang perawat datang sembari membawa obat dan juga segelas air minum.“Tunggu!” Indi menahan perawat itu yang hendak memberikan obat tersebut kepada Damian.“Kenapa, Bu?” tanya perawat tersebut.“Kenapa bukan Dokter Ryan yang memberikan obat ini kepada suami saya? Kalau obatnya palsu, Anda mau saya bunuh sekarang juga?” Indi sangat sensitive bila sudah melihat obat-obatan.“Saya telepon Dokter Ryan dulu!” Indi menghubungi Dokter Ryan untuk mengonfirmasi obat yang dibawa oleh perawat itu.“Halo, Dok. Dokter di mana? Kok yang bawakan obat untuk Damian malah perawat, bukan Dokter? Dokter tahu kan, saya nggak percaya sama semuanya kecuali Dokter Ryan. Kalau nanti mereka kasih obat yang aneh-aneh, memangnya Dokter mau tanggung jawab?” Indi tampak memarahi Dokter
Indi mengembuskan napasnya kemudian membuka amlpop tersebut dan mengeluarkan surat tersebut di dalamnya.‘Untuk anakku satu-satunya yang paling cantik dan baik hati.’Indi tersenyum lirih melihat ucapan pembuka yang begitu manis. Ia kemudian melanjutkan bacaannya dan ingin tahu apa yang telah disembunyikan oleh Wijaya darinya.‘Indi. Sebelumnya Papa mau meminta maaf dan juga mau berterima kasih kepada kamu, Nak. Yang pertama, Papa mau berterima kasih terlebih dahulu karena kamu telah kembali kepada Damian yang telah lama menunggu kamu bahkan sempat hampir putus asa setelah dia dinikahkan dengan Rachel.‘Perlu kamu ketahui. Damian jauh lebih dulu mengenal dan juga mencintai kamu, Sayang. Lebih dari siapa pun pria yang telah menjadi kekasih kamu. Damian adalah orang pertama yang sudah membuat kamu jatuh cinta yang saat itu tidak pernah mau mengenal cinta karena sikap arrogant kamu kepada pria.‘Di setiap saat ketika kamu tidak ada di rumah, Damian sering mendatangi rumah Papa untuk mena
“Ngapain lagi si Dipta gila itu!” Indi bergegas menghampiri keduanya dengan langkah lebarnya.“Gara-gara kamu, anakku membenciku! Karena kamu, aku harus merelakan rumah tanggaku hancur, Dipta!” pekik Ayu dengan tatapan mata yang begitu tajam.Indi terdiam mematung mendengarkan semua ucapan mamanya itu.Dipta yang mendengarnya lantas tertawa campah. “Memang itu tujuanku, Ayu. Merusak rumah tangga orang! Lihat saja! Aku juga akan menghancurkan rumah tangga anakmu dengan Damian. Membuatnya sengsara karena sudah berani menghalangi semua rencanaku!”Ayu menghela napas jengah kemudian menatap tajam wajah Dipta lagi. “Kamu tahu, kalau bukan karena kecelakaan itu, mereka sudah menikah sejak Indi lulus sekolah dulu. Tapi, karena ulah orang yang mungkin masih ada di sekitaran kamu atau bahkan kamu sendiri yang telah melakukannya, Indi dan Damian harus berpisah untuk sementara waktu.“Tapi, apakah mereka menyerah? Bahkan Tuhan telah menetapkan mereka tetap bersama dan setelah tujuh tahun Damian
Mata Indi menatap dengan keterkejutannya. Tamparan keras itu tidak berasa baginya dibanding dengan pengakuan yang cukup membuatnya tercengang bukan main.“Gilak lo, ya!” Hanya itu yang bisa Indi ucapkan.Dipta tersenyum miring lalu menatap Indi dengan tatapan lekatnya. “Maria membawa anak itu di rumah sakit. Ibunya meninggal dunia setelah melahirkan dia. Darahku tidak mengalir di tubuh Damian dan untuk aku menyayanginya!”Dipta kembali melangkahkan kakinya menghampiri Indi. “Kamu, orang pertama yang akan aku musnahkan, Indi. Karena kamu, aku sulit mencapai pada suatu yang harus aku ambil dari Damian. Karena kamu, semuanya harus diundur sementara anakku, Daniel … akan tiba ke Indonesia dua bulan lagi.“Dia akan menagih janjiku dan aku belum bisa mengambilnya karena kamu, Indi! Karena kamu yang sudah menghalangi semuanya! Cepat atau lambat kamu akan musnah. Kalau tidak musnah, setidaknya kamu dan Damian berpisah!”Dipta enyah begitu saja setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan dar
"Gue dengerin." Hanya itu yang Indi katakan kepada Rangga sembari memakan bubur ayam yang masih tersisa banyak.Rangga kemudian menghela napas panjang seraya menatap Indi. "Aku pernah mendengar kamu berbicara kepada Damian tentang kehamilan. Kamu ... lagi hamil?"Indi lantas terdiam mendengar ucapan Rangga, ia pun mengingat-ingat kala dirinya berbicara seperti itu kepada suaminya lalu menatap Rangga seraya menghela napasnya dengan pelan."Emangnya kenapa, kalau gue hamil? Damian udah jadi suami gue dan wajar aja kalau gue hamil. Aneh, pertanyaan elo, Rangga!""Bukan itu maksud aku, Indi. Aku tahu kalau Damian bermasalah, kondisinya tidak bisa memberi kamu anak dalam waktu dekat. Untuk itu, aku mau me—""Dari mana elo tahu kalau Damian bermasalah?" tanya Indi dengan mata menatap nanar wajah Rangga. "Jangan harap gue akan melepas dia meski semua orang tahu kalau dia bermasalah, Rangga!"Rangga menggelengkan kepalanya pelan. "Dengarkan aku dan jangan pernah memotong sedikit pun ucapanku!
“Heuh? Cinta pertama?” Damian balik bertanya.Indi menganggukkan kepalanya. “Cinta pertama kamu, siapa? Aku atau bukan?”Damian mengusapi tangan Indi lalu menganggukkan kepalanya. “Iya. Kamu adalah cinta pertama dan semoga yang terakhir. Pun dengan kamu. Kamu pernah bilang waktu itu kalau aku adalah orang yang pertama kali yang berani mengatakan cinta ke kamu. Aku bahagia, karena kamu pun adalah perempuan pertama yang aku cintai.”Indi mengulas senyumnya. Rasa bahagia itu tidak bisa terkendali lagi sebab setiap ucapan yang Damian ucapkan itu terlalu manis. Indi yang tengah jatuh cinta kembali kepada Damian lantas berbunga-bunga. Ia kemudian memeluk Damian dengan erat.“Cepat sembuh, Damian. Aku pengen ke tempat pertama kali kita jadi pacar dulu.”Damian menganggukkan kepalanya sembari mencium sisian wajah sang istri. “Iya, Sayang. Kita akan ke sana setelah aku sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula.”Indi mengulas senyumnya dalam pelukan itu. “Dan aku menemukan cinta pertamaku. K
“Heuh?” Indi tampak bingung.Damian menganggukkan kepalanya dengan pelan kemudian menarik tangan istrinya itu sembari menatapnya penuh.“Terima kasih, sudah peduli padaku dan mau mencari orang yang sudah membuatku seperti ini. Kamu tidak perlu mencarinya karena orang itu sudah dipecat dari rumah sakit dan juga sudah dipenjara. Hanya saja, bukti kuat dalang dari itu semua tidak ada. Pengadilan minta bukti nyata dan itu sangat bersih.”“Siapa, orang yang telah melakukan itu, Damian?” tanya Indi ingin tahu.Damian menatap Indi lekat. “Mamanya Rachel.”Indi tersenyum campah. Dugaannya tidak pernah meleset dan benar saja, orang tersebut adalah Nindy.“Mama, yang sudah memergoki dokter itu tengah memasukan cairan aneh. Akhirnya dia disidang dan ditetapkan sebagai tersangka setelah dokter lainnya memeriksa cairan apa yang telah dimasukan ke dalam cairan infusan aku,” tutur Damian menjelaskan.Indi geleng-geleng kepala karena tidak menyangka. Benar-benar terkejut dengan ulah Nindy yang bisa-b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.