PDA 39."Apa benar yang dikatakan Aluna?" tanya Harris seraya menatap tajam pada putranya.Ia benar-benar malu atas apa yang terjadi pada Abian. Harris memang terkenal keras bagi anaknya, tapi ia tak pernah mempermainkan perasaan wanita yang dicintainya. Bertahun-tahun Diana sakit-sakitan, tapi itu tak menjadi alasan untuknya berpaling ke lain hati.Kesetiannya ia jaga. Karena pernikahan bukan hanya tentang selalu bahagia, tapi juga luka dan kesedihan yang harus dijalani bersama, seperti janji mereka saat akad dulu, saat Diana masih sehat sempurna.Abian terdiam. Ia tahu keadaan sudah tak bisa dibalik bagaimana pun caranya. Aluna memang sudah menyiapkan waktu untuk meledakkan bom dalam rumah tangganya. Seperti yang pernah ia katakan, Abian merakit bomnya, dan remot kontrolnya ada pada Aluna."Iya." Akhirnya Abian jujur pada mereka semua.Semua orang menatap Abian bersamaan, seperti sebuah panah yang menusuk dan menyisakan rasa sakit tak berkesudahan. Tatapan menghakimi dan menyalahka
PDA 40."Aku akan siapkan mobil, Pa!" ucap Abian tak peduli meski papa melarangnya menyentuh mama.Harris sedang menghukumnya, tak perlu merasa kasihan setelah membuat semua kerusakan dalam keluarga. Abian pasti tahu jika mamanya paling tidak bisa banyak pikiran atau tertekan perasaan, tapi hari ini ia malah menjadi penyebab yang membuat Diana drop.Harris menggeleng, dan kembali menghentikan Abian.Abian berhenti. Ia berdiri dengan kaku dan putus asa ketika semua orang pergi membawa Diana ke rumah sakit..Dalam perjalanan, Aluna terus menggerakkan jemarinya dengan gelisah. Ia memang sudah berpikir ini akan terjadi, karena Diana mengalami sesak parah. Jauh-jauh hari ia merasa telah siap dengan semua rencana. Namun, hari ini melihat Diana drop, ia merasa sangat bersalah."Tenangkan dirimu, Aluna." Renata menggenggam tangan putrinya.Sementara Farhan duduk di depan bersama sopir yang mengendarai mobil. Ia tak kalah gelisah dari Aluna. Papa merasa bersalah atas yang terjadi pada putrin
PDA 41.Diana masih dalam keadaan kritis. Ia belum sadarkan diri hingga sehari setelah kejadian kemarin. Alat-alat medis masih terpasang lengkap di tubuhnya. Hal itu membuat Harris begitu cemas menunggu kesadarannya istrinya pulih.Mama dan papa Aluna juga sering menjenguk. Ikut menguatkan Harris atas apa yang menimpa dirinya. Mereka sepakat, tak akan ada permusuhan dalam keluarga, juga dalam bisnis mereka, meskipun badai telah memporak-porandakan hati mereka.Orangtua Aluna belum memberitahu keputusan Aluna pada Harris, mereka menunggu waktu yang tepat.Aluna bolak balik ke rumah sakit untuk melihat kondisi mertuanya. Pagi ia berangkat kerja seperti biasa, saat jam istirahat ia menjenguk Diana, dan saat pulang kerja ia juga menyempatkan diri. Ia menanti kesadaran dan kesembuhan mama mertuanya.Aluna kembali melihat ponsel di tangannya, pesan-pesan yang ia kirimkan untuk Abian sama sekali tak dibalasnya. Pagi tadi, ia bertanya pada sekretaris Abian, dan katanya lelaki itu tidak masuk
PDA Aluna Season 2Bab 1.1 tahun kemudianOsaka, 2023Aluna menggeliat di atas kasurnya, perlahan ia membuka mata dan tampak sinar matahari mulai memasuki celah-celah kamarnya.Sedang dalam masa haid membuatnya tertidur hingga pagi.Gadis itu duduk di atas kasurnya, sedikit meregangkan otot tubuhnya, lalu mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut yang beberapa hari lalu ia beli bersama seseorang.Aluna berjalan ke arah jendela dan menyibak tirai yang menutupi jendela dan membukanya, hingga cahaya matahari bebas masuk menerangi kamarnya. Mengantarkan semangat pagi untuknya.Sejenak gadis itu menghirup udara segar dengan perlahan. Ia berdiri di dekat jendela sambil menatap bunga sakura yang sedang bermekaran di depan perumahan yang ia tinggali.Aluna masih ingat, setahun lalu saat ia tiba di Osaka juga sedang musim sakura. Tepat setahun sudah ia melarikan diri dari kehidupannya yang begitu pilu di Jakarta.Gadis itu berjalan ke arah nakas dekat kasur untuk mengecek ponselnya.Perg
Bab 2“Jadi kamu lari ke Jepang?” tanya Hafiz setelah cukup resah menunggu jam kerjanya usai.Ia baru bisa bernapas lega saat keluar dari restoran dan melihat Aluna masih ada di sana. Kini ia dan Aluna duduk berdua, masih di dekat restoran tempatnya bekerja.Aluna menangis dan menceritakan semuanya pada Hafiz. Cerita tentang bagaimana ia diduakan, juga bagaimana ia diperlakukan oleh Abian dan Haura. Semua alasannya berada di Jepang saat ini.Hafiz yang mendengar itu ikut terluka. Dia mencintai tapi tak bisa memiliki. Abian bisa memiliki tapi tak mencintai.Cinta tak harus memiliki. Hafiz pernah begitu terluka berada di posisi ini, lalu bagaimana kini rasanya saat tahu gadis yang ia cintai, dikhianati oleh suaminya sendiri.Tak ada kata lain selain menyakitkan.Hafiz ikut lemah mendengar cerita cinta pertamanya.“Aku nggak merasa sedang lari, Hafiz! Tapi, aku merasa sedang dibuang oleh mereka dengan caranya,” kata Aluna sambil membersihkan hidungnya dengan tisu.Hafiz menatap Aluna. Ia
Bab 3“Abian …,” lirih Aluna menatap wajah itu. Wajah lelaki yang telah membuat luka terbesar dalam hidupnya.Abian terpaku sejenak saat melihat Aluna, penampilannya sangat berubah, tapi tak sampai membuatnya pangling terlalu lama. Ia sangat mengenali garis wajah Aluna meski kini ia mengenakan abaya dan hijab warna hitam.Sejak saat itu, Aluna sangat menyukai abaya warna hitam. Ia hanya merasa warna itu menarik dan cocok untuknya yang sedang berkabung.Berkabung dalam luka yang tertancap dalam di hatinya.Aluna segera meninggalkan tempat itu, ia berjalan cepat untuk keluar lewat pintu satu lagi, karena jika ia keluar dari pintu di depannya, tubuhnya pasti bertabrakan dengan Abian.“Sebentar ya, Mas,” kata Abian pada rekan kerja yang mengobrol dengannya tadi.“Aluna …,”“Aluna tunggu …,” panggil Abian.Ia membalikkan badan dan menyusul langkah Aluna ke luar.Semakin Abian mengejar, semakin Aluna mempercepat langkahnya. Hingga Aluna menyeberangi jalan dan berjalan di pinggir dengan lang
Bab 4“Ke mana adek gue brengsek?!” teriak Kayren sesaat setelah ia turun dari mobilnya, menuju Abian.Tanpa aba-aba, ia menghadiahi sebuah pukulan di wajah Abian yang juga baru memasuki halaman rumahnya, selepas pulang dari rumah sakit.Hal itu membuat Sisil yang ikut bersamanya meringis ngeri. Pertemuan amarah dua orang lelaki dewasa, tak bisa ia bayangkan akan sehancur apa. Namun, tak bisa ia cegah saat Kayren bergerak cepat, setengah berlari saat mengambil ancang-ancang menghajar Abian.Abian yang tak siap dengan pukulan itu, tubuhnya terhuyung. Seketika rasa nyeri berdenyut di pipinya.“Lo apain adek gue, hah?” teriak Kayren tepat di wajah Abian.Kayren Althaf Hussein, abang Aluna yang mendapat informasi tentang keadaan keluarganya di Jakarta, langsung pulang untuk memastikan kekacauan itu.Abian benar-benar diam tak berkutik. Ia juga berada di posisi yang sangat sulit. Saat itu, ia juga baru mendapatkan informasi bahwa Aluna lari dari rumah, entah ke mana.“Jawab!” bentaknya lag
Bab 5Aluna pulang dengan hati yang gusar. Ada yang mendadak terasa hampa, sedih yang berulang dalam hidupnya.Mengetahui kondisi mama yang lumpuh membuatnya lemas, lalu ditambah dengan mama mertua dan Haura yang sudah berpulang. Ia benar-benar meninggalkan semua cerita yang ada di Jakarta.Hingga saat ia tahu kabar itu semua, hatinya terasa cukup terpukul.Aluna pikir di sana baik-baik saja. Ia dulunya memang meninggalkan mama dalam keadaan lumpuh, tapi ia pikir mama pasti kuat dan akan sembuh sebagaimana mestinya.Aluna antara tega dan tak tega. Satu sisi ia memang masih sadar bahwa itu orangtuanya, tapi kelakuan mereka yang membuat Aluna tak bisa bertahan di sana.Ia tak bisa bertahan untuk membiarkan orang-orang terdekatnya menghancurkan hidupnya lebih jauh lagi.Yang paling membingungkan adalah ketika ia tahu bahwa Haura sudah tiada. Rasanya terlalu tiba-tiba, karena ia pikir setelah ia pergi, Abian dan Haura hidup bahagia bersama keluarganya.Tiba di rumah, Haura langsung masuk