Aluna menolak dijodohkan dengan Abian oleh orangtuanya. Keduanya tak setuju untuk menikah dengan orang yang tak dicintai. Orangtua mereka terus membujuk dan melakukan apa pun agar mereka menikah. Sementara Aluna dan Abian tetap keras kepala. Namun, keduanya terpaksa menikah karena suatu hal yang terjadi antara keduanya. Abian begitu membenci semua yang terjadi, begitu pun Aluna. Mereka hidup dalam rumah tangga yang tak tahu arahnya akan ke mana. Serumah, tapi tak saling mencintai. Hingga akhirnya, Aluna lambat laun bisa menerima takdirnya sebagai pasangan dari Abian, meskipun lelaki itu tidak bisa menerimanya. Aluna belajar mencintai dan menerima. Namun, jiwanya terhantam saat ia menemukan sebuah foto pernikahan, dan surat yang menyatakan bahwa Abian telah menikah dengan perempuan lain. Menyakitkan saat Aluna membaca tanggal yang tertera. Perempuan itu lebih dulu dinikahi Abian secara siri dibandingkan Aluna. Akankah rumah tangga Aluna dan Abian utuh, atau runtuh menyeluruh?
View MoreBab 4“Ke mana adek gue brengsek?!” teriak Kayren sesaat setelah ia turun dari mobilnya, menuju Abian.Tanpa aba-aba, ia menghadiahi sebuah pukulan di wajah Abian yang juga baru memasuki halaman rumahnya, selepas pulang dari rumah sakit.Hal itu membuat Sisil yang ikut bersamanya meringis ngeri. Pertemuan amarah dua orang lelaki dewasa, tak bisa ia bayangkan akan sehancur apa. Namun, tak bisa ia cegah saat Kayren bergerak cepat, setengah berlari saat mengambil ancang-ancang menghajar Abian.Abian yang tak siap dengan pukulan itu, tubuhnya terhuyung. Seketika rasa nyeri berdenyut di pipinya.“Lo apain adek gue, hah?” teriak Kayren tepat di wajah Abian.Kayren Althaf Hussein, abang Aluna yang mendapat informasi tentang keadaan keluarganya di Jakarta, langsung pulang untuk memastikan kekacauan itu.Abian benar-benar diam tak berkutik. Ia juga berada di posisi yang sangat sulit. Saat itu, ia juga baru mendapatkan informasi bahwa Aluna lari dari rumah, entah ke mana.“Jawab!” bentaknya lag
Bab 3“Abian …,” lirih Aluna menatap wajah itu. Wajah lelaki yang telah membuat luka terbesar dalam hidupnya.Abian terpaku sejenak saat melihat Aluna, penampilannya sangat berubah, tapi tak sampai membuatnya pangling terlalu lama. Ia sangat mengenali garis wajah Aluna meski kini ia mengenakan abaya dan hijab warna hitam.Sejak saat itu, Aluna sangat menyukai abaya warna hitam. Ia hanya merasa warna itu menarik dan cocok untuknya yang sedang berkabung.Berkabung dalam luka yang tertancap dalam di hatinya.Aluna segera meninggalkan tempat itu, ia berjalan cepat untuk keluar lewat pintu satu lagi, karena jika ia keluar dari pintu di depannya, tubuhnya pasti bertabrakan dengan Abian.“Sebentar ya, Mas,” kata Abian pada rekan kerja yang mengobrol dengannya tadi.“Aluna …,”“Aluna tunggu …,” panggil Abian.Ia membalikkan badan dan menyusul langkah Aluna ke luar.Semakin Abian mengejar, semakin Aluna mempercepat langkahnya. Hingga Aluna menyeberangi jalan dan berjalan di pinggir dengan lang
Bab 2“Jadi kamu lari ke Jepang?” tanya Hafiz setelah cukup resah menunggu jam kerjanya usai.Ia baru bisa bernapas lega saat keluar dari restoran dan melihat Aluna masih ada di sana. Kini ia dan Aluna duduk berdua, masih di dekat restoran tempatnya bekerja.Aluna menangis dan menceritakan semuanya pada Hafiz. Cerita tentang bagaimana ia diduakan, juga bagaimana ia diperlakukan oleh Abian dan Haura. Semua alasannya berada di Jepang saat ini.Hafiz yang mendengar itu ikut terluka. Dia mencintai tapi tak bisa memiliki. Abian bisa memiliki tapi tak mencintai.Cinta tak harus memiliki. Hafiz pernah begitu terluka berada di posisi ini, lalu bagaimana kini rasanya saat tahu gadis yang ia cintai, dikhianati oleh suaminya sendiri.Tak ada kata lain selain menyakitkan.Hafiz ikut lemah mendengar cerita cinta pertamanya.“Aku nggak merasa sedang lari, Hafiz! Tapi, aku merasa sedang dibuang oleh mereka dengan caranya,” kata Aluna sambil membersihkan hidungnya dengan tisu.Hafiz menatap Aluna. Ia
PDA Aluna Season 2Bab 1.1 tahun kemudianOsaka, 2023Aluna menggeliat di atas kasurnya, perlahan ia membuka mata dan tampak sinar matahari mulai memasuki celah-celah kamarnya.Sedang dalam masa haid membuatnya tertidur hingga pagi.Gadis itu duduk di atas kasurnya, sedikit meregangkan otot tubuhnya, lalu mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut yang beberapa hari lalu ia beli bersama seseorang.Aluna berjalan ke arah jendela dan menyibak tirai yang menutupi jendela dan membukanya, hingga cahaya matahari bebas masuk menerangi kamarnya. Mengantarkan semangat pagi untuknya.Sejenak gadis itu menghirup udara segar dengan perlahan. Ia berdiri di dekat jendela sambil menatap bunga sakura yang sedang bermekaran di depan perumahan yang ia tinggali.Aluna masih ingat, setahun lalu saat ia tiba di Osaka juga sedang musim sakura. Tepat setahun sudah ia melarikan diri dari kehidupannya yang begitu pilu di Jakarta.Gadis itu berjalan ke arah nakas dekat kasur untuk mengecek ponselnya.Perg
PDA 41.Diana masih dalam keadaan kritis. Ia belum sadarkan diri hingga sehari setelah kejadian kemarin. Alat-alat medis masih terpasang lengkap di tubuhnya. Hal itu membuat Harris begitu cemas menunggu kesadarannya istrinya pulih.Mama dan papa Aluna juga sering menjenguk. Ikut menguatkan Harris atas apa yang menimpa dirinya. Mereka sepakat, tak akan ada permusuhan dalam keluarga, juga dalam bisnis mereka, meskipun badai telah memporak-porandakan hati mereka.Orangtua Aluna belum memberitahu keputusan Aluna pada Harris, mereka menunggu waktu yang tepat.Aluna bolak balik ke rumah sakit untuk melihat kondisi mertuanya. Pagi ia berangkat kerja seperti biasa, saat jam istirahat ia menjenguk Diana, dan saat pulang kerja ia juga menyempatkan diri. Ia menanti kesadaran dan kesembuhan mama mertuanya.Aluna kembali melihat ponsel di tangannya, pesan-pesan yang ia kirimkan untuk Abian sama sekali tak dibalasnya. Pagi tadi, ia bertanya pada sekretaris Abian, dan katanya lelaki itu tidak masuk
PDA 40."Aku akan siapkan mobil, Pa!" ucap Abian tak peduli meski papa melarangnya menyentuh mama.Harris sedang menghukumnya, tak perlu merasa kasihan setelah membuat semua kerusakan dalam keluarga. Abian pasti tahu jika mamanya paling tidak bisa banyak pikiran atau tertekan perasaan, tapi hari ini ia malah menjadi penyebab yang membuat Diana drop.Harris menggeleng, dan kembali menghentikan Abian.Abian berhenti. Ia berdiri dengan kaku dan putus asa ketika semua orang pergi membawa Diana ke rumah sakit..Dalam perjalanan, Aluna terus menggerakkan jemarinya dengan gelisah. Ia memang sudah berpikir ini akan terjadi, karena Diana mengalami sesak parah. Jauh-jauh hari ia merasa telah siap dengan semua rencana. Namun, hari ini melihat Diana drop, ia merasa sangat bersalah."Tenangkan dirimu, Aluna." Renata menggenggam tangan putrinya.Sementara Farhan duduk di depan bersama sopir yang mengendarai mobil. Ia tak kalah gelisah dari Aluna. Papa merasa bersalah atas yang terjadi pada putrin
PDA 39."Apa benar yang dikatakan Aluna?" tanya Harris seraya menatap tajam pada putranya.Ia benar-benar malu atas apa yang terjadi pada Abian. Harris memang terkenal keras bagi anaknya, tapi ia tak pernah mempermainkan perasaan wanita yang dicintainya. Bertahun-tahun Diana sakit-sakitan, tapi itu tak menjadi alasan untuknya berpaling ke lain hati.Kesetiannya ia jaga. Karena pernikahan bukan hanya tentang selalu bahagia, tapi juga luka dan kesedihan yang harus dijalani bersama, seperti janji mereka saat akad dulu, saat Diana masih sehat sempurna.Abian terdiam. Ia tahu keadaan sudah tak bisa dibalik bagaimana pun caranya. Aluna memang sudah menyiapkan waktu untuk meledakkan bom dalam rumah tangganya. Seperti yang pernah ia katakan, Abian merakit bomnya, dan remot kontrolnya ada pada Aluna."Iya." Akhirnya Abian jujur pada mereka semua.Semua orang menatap Abian bersamaan, seperti sebuah panah yang menusuk dan menyisakan rasa sakit tak berkesudahan. Tatapan menghakimi dan menyalahka
PDA 38."Selamat datang, Abian!" Aluna menatap lurus pada Abian yang tercekat saat melihat Haura ada bersama Aluna.Abian sama sekali tak terpikirkan rencana Aluna. Pun biasanya ketika pergi, Haura selalu meminta izin padanya. Entah ke mana pun, sedekat apa pun kepergiannya, Haura tetap izin.Mungkin Haura berpikir, ia pergi dengan orang yang tepat hingga tak perlu meminta izin. Atau Aluna yang bilang sudah meminta izin pada Abian untuk kepergiannya.Sorot mata Haura pada Abian seolah meminta tolong untuk segera lepas dari susasana yang perlahan terasa begitu mencekam.Abian masih diri dengan jantung yang berdebar. Suasana sudah terbayang kacau dan ia tak bisa mengelak."Silakan duduk, Ma, Pa!" pinta Aluna pada kedua orangtuanya dengan lembut.Farhan dan Renata duduk di samping sofa yang diduduki Aluna dan Haura. Semua mata tertuju pada Aluna, karena merasa ada yang salah. Ia bilang ada acara makan malam bersama, tapi tak terlihat persiapan apa pun di rumah itu."Duduk, Abian!" perin
PDA 37."Lama tidak bertemu, Haura!" sapa Aluna. Ia kemudian memeluknya seolah mereka begitu dekat.Beberapa detik Haura tak berkedip melihat Aluna. Gadis itu terkejut melihat kedatangannya yang entah bermaksud apa.Untuk pertama kali Aluna bersikap begitu tenang di depannya. Tak mengeluarkan makian dan sindiran pedas yang kerap melukai hati Haura."Kenapa diam, kek nggak suka aja aku di sini!" keluh Aluna seraya tersenyum menatap Haura.Haura menggelengkan kepala, alisnya masih terangkat menandakan bingung. Namun, setelah itu ia mencoba untuk menormalkan ekspresinya. "Hei, aku nggak disuruh duduk gitu?" tanya Aluna yang masih berdiri dan basa-basi. Tadinya ia memang sudah duduk, tapi saat melihat Haura datang dari kamarnya, ia bangun khas menyambut nyonya rumah."Haa …," Haura masih tampak bengong. "Duduklah, Aluna." Haura mempersilakan. Ia sungguh tak bisa menebak maksud Aluna ke rumahnya, karena itu untuk pertama kalinya ia berkunjung.Namun, alainay terlihat tenang, tidak mengge
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.