Share

Rahasia Kecil Istri Lugu
Rahasia Kecil Istri Lugu
Author: VERARI

1. Kat

Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin. Gaun putih panjang melilit tubuhku yang indah. Rambutku disanggul modern dan dihiasi bunga-bunga putih kecil.

Cantik sekali!

Sayangnya, hari ini tidak secantik diriku. Sebab, aku akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal.

Aku dijodohkan ayah dengan anak teman semasa kecilnya. Janji bodoh masa lalu itu menyeretku ke dalam pernikahan yang tidak pernah aku inginkan.

Aku memang belum mau menikah dengan siapa pun meski tidak dijodohkan. Bukan karena aku tidak laku. Namun, karena aku orang penting yang masih sibuk dengan pekerjaan. Kehadiran lelaki di hidupku hanya akan menjadi batu sandungan dalam meniti karir.

Lagi pula, aku bukan perempuan yang pandai mengurus rumah. Mau jadi istri seperti apa aku? Tidak bisa masak, malas mencuci, bahkan aku tidak pernah bersih-bersih.

Karena itu, orang-orang menjuluki aku sebagai perempuan pengangguran malas yang tidak punya keahlian apa-apa, bunga desa yang hanya modal cantik saja, atau parasit dalam keluarga.

Cukup panjang, bukan? Itu pun belum semua!

Jika aku mau membuat catatan harian, pastilah satu halaman hanya dipenuhi dengan julukanku saja. Untungnya, aku yang pemalas ini terlalu malas untuk menulis.

Lalu, mengapa aku bisa bilang lelaki akan menghambat karirku?

Jawabannya nanti saja. Karena saat ini, aku sedang diseret wanita cantik menuju aula pernikahan. Yang tidak lain adalah Sabrina, istri dari adik calon suamiku.

"Selamat, ya, Kak Kat. Aku senang Kak Kat jadi bagian dari keluarga kami."

"Iya, aku juga," kataku bohong.

Aku lihat ibuku di bangku paling depan menunggu dengan wajah merah menahan tangis. Harusnya jantungku berdebar-debar atau air mata meleleh haru. Namun, aku tidak melakukannya.

Meskipun tidak menginginkan pernikahan ini, aku tidak mau dandananku luntur. Aku ingin menonjolkan kecantikan di foto pernikahan nanti. Tidak peduli bagaimana wajah pria yang akan menjadi pendamping hidupku untuk ... semoga tidak selamanya.

Tepuk tangan meriah memenuhi satu ruangan. Lengan ayahku menanti sambutan tangan.

Wajah-wajah bahagia dan alunan musik lembut mengiringi langkah. Terdengar sorak semarai ketika aku melewati mereka. Tidak jarang kudengar puji-pujian atas penampilanku yang anggun dan menawan.

Ayah menggandengku sampai ke arah pria yang hanya memamerkan punggungnya. Dengan tuksedo putih dan ujung belakang panjang bak pakaian ala pangeran.

Setelah tersisa beberapa langkah, penghulu menyuruh pria itu berbalik menyambut calon pengantin wanita, yaitu aku. Cahaya dari jendela yang terletak begitu tinggi menyinari wajah calon pengantin pria.

Silau!

Bukan karena ketampanannya dan bukan efek karena dia yang menjadi pemeran utama hari ini. Akan tetapi, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas akibat sinar matahari.

Pengantin pria mengulurkan tangan padaku. Aku pun memegang lembut tangan kokoh itu. Ketika aku berdiri di sampingnya, terlihat jelas bagaimana wajahnya.

Hmm ... lumayan. Tidak buruk juga.

Dia memiliki postur tegap dan tinggi. Aku yang memakai sepatu lima senti hanya mencapai bagian bawah hidung mancungnya. Pupil mata hijau gelap menandakan dia memiliki darah campuran.

Kalau aku penggemar blasteran, pasti aku langsung melonjak kegirangan saat ini. Sayangnya, aku tidak memiliki kriteria khusus pada lelaki. Semua pria sama saja di mataku.

Bukan aku tidak menyukai pria. Akan tetapi, aku belum begitu tertarik dengan lawan jenis meski usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun.

Sebaik apa pun wajah seorang pria, mereka tidak akan bersinar jika tidak bisa aku miliki. Tetapi, karena dia akan menjadi milikku, aku akan menilainya sebagai pria tampan.

"Silakan duduk," ucap penghulu.

Kami duduk berdampingan, kemudian mengucap ikrar pernikahan. Setelah itu, pria yang baru aku tahu namanya sebagai Alexander Arion, melingkarkan cincin di jari manisku.

Aku tersenyum lebar padanya. Tentu saja, itu hanya pura-pura. Dan sudah menjadi keahlianku berubah menjadi seperti orang lain saat bertemu banyak orang.

Alexander Arion memamerkan wajah bahagia padaku. Aku yakin seratus persen, dia pun sedang bersandiwara.

Selama dua jam, kami berdua terus berlakon di depan orang tua dan para tamu undangan. Sampai acara pernikahan berakhir.

Aku tidak pernah menyangka, tersenyum selama berjam-jam bisa membuat rahangku kesakitan. Tanganku pun pegal-pegal karena jabatan tangan yang mengantre mirip orang-orang yang minta jatah sembako di desaku. Sungguh sangat melelahkan.

"Kami sudah menyiapkan hadiah pernikahan untuk kalian," kata Arthur Arion, papa mertuaku.

"Terima kasih, Om."

"Kenapa masih panggil om, Kat? Panggil papa saja."

"Oh, iya, lupa... Maaf, Papa." Aku tersenyum malu-malu.

Mobil hitam mewah dihiasi bunga-bunga menepi di depan kami. Ibu memeluk lama dan erat sambil menepuk-nepuk punggungku.

"Kau sudah menikah. Jadi istri yang baik untuk suamimu. Jangan merepotkan keluarga Arion. Dan yang penting, semoga kau bahagia, ya, Nak."

"Iya, Bu."

Apakah aku harus menangis saat ini? Tidak perlu, bukan? Aku terlalu lelah menguras air mata yang tidak benar-benar ada.

"Tenang saja, Bu. Aku akan membahagiakan istriku lahir batin," ucap Alexander Arion.

"Titip Katminah, ya, Alex." Ayah menepuk bahu suamiku.

"Pttf." Terdengar suara seseorang menahan tawa.

Dia Alexandra Arion, saudari kembar suamiku. Alih-alih Alex, dia yang datang ke acara lamaranku seminggu lalu. Karena Alex masih sibuk membereskan pekerjaan di luar negeri.

Seperti waktu itu, Alexa terkekeh setelah mendengar namaku disebut. Bukan Kate, Katty, maupun Katherine. Hanya satu kata, Katminah.

Memangnya ada yang salah dengan namaku?

"Ayo, Istriku, kita berangkat sekarang." Alex menarikku mendekat padanya.

Kurang ajar! Baru bertemu sekali sudah berani pegang-pegang pinggang!

"Baik, Suamiku. Sampai jumpa, semuanya."

Betapa lihainya Alex berakting. Membukakan pintu mobil dan memakaikan sabuk pengaman untukku. Kemudian, melambaikan tangan penuh sukacita pada semua keluarga.

Alex mulai menginjak pedal gas. Sampai gedung pernikahan tidak lagi terlihat, wajah palsunya hilang. Dia melonggarkan dasi dan membuka kancing kemeja paling atas dengan raut kesal.

"Hei, Perempuan Desa." Nada suara Alex dingin dan tidak nyaman didengar.

"Ada apa, Pria Kota?"

Mimik wajah Alex tampak menahan tawa. Entah apa yang dipikirnya, aku tidak tahu dan tidak peduli.

"Kita mampir ke tempat temanku dulu. Mereka mengadakan pesta untuk menyelamati pernikahanku."

Ku? Kenapa bukan kita? Apa kau tadi menikah sendiri?

"Mereka tidak diundang tadi?"

"Ada. Ini pesta khusus anak muda. Ah, kau pasti tidak tahu. Nanti lihat sendiri saja."

"Kita tidak ganti baju dulu? Masa pakai seragam nikah begini."

"Seragam?" Alex tersenyum miring, sinis, dan menghina. "Pakai ini saja. Repot bolak-balik."

"Baik."

Tidak sampai seperempat jam, kami berdua sampai di Gavin Bar. Di dalam sana, kami disambut oleh sorakan dan ledakan sampanye.

"Selamat, Bung! Akhirnya laku juga."

"Sudah tidak bisa senang-senang, nih?"

Telingaku sakit, kepala pening mendengar sorak-sorai dan musik keras. Apalagi, Alex telah meninggalkanku sendirian, menambah rasa kesal di dada.

Setelah puas bertukar sapa dengan teman-temannya, Alex kembali padaku. Dia menggandeng tanganku menuju salah satu sofa yang mengelilingi meja besar.

"Di desa tidak ada yang seperti ini, kan?"

"Iya, tidak ada. Bagus sekali ternyata hidup di kota."

Alex tersenyum menghina. "Beruntung kau punya suami sepertiku. Lihat wanita-wanita itu. Mereka sudah mengantre untuk mendapatkan diriku sejak lama, tapi akhirnya malah diambil sama perempuan desa sepertimu."

Tch, banyak lagak sekali kau!

"Kau tunggu di sini dulu. Jangan ke mana-mana."

Alex berjalan menuju sofa lain yang penuh dengan para wanita. Dia melempar diri di tengah-tengah mereka.

Kedua kakinya dilipat dengan sikap arogan. Lengannya terbuka lebar dan bersandar di punggung sofa. Dua wanita dengan genitnya memeluk dan membelai manja dada sang suami yang tidak aku cinta.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Jadi tambah penasaran, siapa Kat sebenarnya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status