Share

DAUN-1

            Suasana stasiun Balapan di hari Minggu sore, tampak ramai banyak manusia pulang-pergi menuju ke kota tujuan mereka. Disinilah aku duduk sendiri di kursi tunggu stasiun, menanti KRL tujuan Jogja. Dengan aroma outlet Roti O yang candu, padahal sebenarnya itu adalah aroma parfum bukan aroma yang berasal dari roti itu sendiri. Aku sedari tadi hanya sibuk menatap layar ponsel, sibuk membuka-menutup aplikasi media social yang menampilkan wajah-wajah bahagia teman-temanku usai liburan semester ganjil mereka. Liburan semester telah usai, dan kini aku harus menjalankan rutinitasku kembali sebagai salah satu mahasiswa di universitas di Jogja.

            Terdengar suara kereta dari kejauhan, aku bergegas bangkit dari kursi karena kutahu itu kereta tujuanku. Aku masuk kedalam kereta dan mencari tempat duduk paling pojok. Kuputuskan saat perjalanan aku akan tidur. Setelah kurang lebih satu jam, aku sampai di Jogja. Aku turun di stasiun dekat universitas. Segera kulangkahkan kaki menuju indekos, rumahku selama di Jogja.

***

            Langit cerah tak terlihat awan mendung sedikitpun, seakan tau bahwa hari ini adalah hari pertama semester genap. Aku telah sampai di kelas, menyimak cerita teman-temanku tentang liburan mereka. Bahkan, ada beberapa yang memberi oleh-oleh khas dari kota mereka.

            “ Yash, lo pilih tas rotan atau dream catcher?” tanya May. Namanya adalah nama bulan, tapi anak-anak sering memannggilnya Meimei, seperti nama salah satu tokoh kartun di Upin Ipin. Dia adalah teman satu jurusan sekaligus teman indekos. Kami berteman baik sejak masih menjadi mahasiswa baru. Sifatnya yang ceplas-ceplos namun perhatian membuatku nyaman berteman dengnnya.

            “ Dream catcher,” jawabku. Kemudian dia menyerahkan dream catcher kepadaku, dan langsung pergi menagih oleh-oleh dari temanku yang lain.

            Aku tidak begitu tertarik dengan oleh-oleh yang mereka bawa, toh jika ingin memberikannya  padaku pasti akan langsung memberikannya. Aku mengambil novel dari tasku dan mulai membaca. Saat aku mulai larut dengan dunia novel, tiba-tiba  tangan yang cukup kekar menutup mataku. Bahkan, dari aromanya aku sudah tau siapa orang itu. Ya, dia Arkan, kami berteman sejak SMA dan tak kusangka kita berada di jurusan dan kelas yang sama. Kami sudah cukup dekat, dia akan selalu ada saat aku butuh dia dan begitu juga sebaliknya.

            “ Lepasin deh Ar,” ujarku sambil menjauhkan tangan Arkan dari wajahku.

            “ Iya, gue lepasin. Nih, ada sesuatu buat lo,”

            “ Apa ini?” tanyaku. Kubuka plastik putih berlogo gamamart, ternyata isinya 20 kotak susu uht rasa strobery.

            “ Lo mau ngasih susu apa mau suruh gue jualan ar, banyak banget,”

            “ Jadi nggak mau nih, gue ambil lagi nih?”

            “ Mauuu kok, lumayan buat stock satu bulan. Sumpah lo emang teman yang baik tau aja rasa kesukaanku gue stroberi. Thanks ya,” pujiku sambil mengacungkan kedua jempol tanganku

            Dari pintu kelas terdengar salah satu temanku berteriak, “ woyy, pak dosen datang”.

Teman-teman panik dan segera menuju kursi mereka masing-masing. Begitu juga dengan Arkan dia segera berdiri. Namun tak kusangka, dia berjalan sambil mengacak puncak rambutku dan berkata, “ belajar yang benerr”.

***

            “ Yash, kayaknya si Arkan naksir lo deh,” kata Meimei, seusai matkul.

            “ Lo ngomong apaan sih Mei, gak mungkin Arkan naksir gue,”

            “ Mungkin aja, tuh buktinya. Dia kasih lo susu sebanyak itu, mana cuma lo doang yang dikasih”

            “ Yaelah, cuma susu, nih kalo mau,” sanggahku sembari memberi Meimei dua susu kotak. Dia menerima dengan wajah heran.

            “ Udahlah, yuk pergi hari ini ada rapat HIMA, takut telat,” ajakku ke Meimei

Kali ini adalah rapat pertama setelah liburan semester Ganjil. Sesampainya disana rungan telah dipenuhi anak-anak dari fakultas kami.  Mereka asyik mengobrol, melepas rasa rindu mereka.

“ Gimana liburan lo Yash,?” tanya Rian, dia merupakan dalah satu aktivis yang berasal dari jurusan kami. Berdasarkan rumor yang beredar, Rian merupakan calon ketua BEM. Dari auranya saja sudah terlihat dia sosok yang berwibawa.

“ Gue liburan kemarin cuma pulang ke Solo, liburan bareng keluarga,” jawabku, disertai anggukan tanda pahan dari Rian.

“ Yashna doang yang nih yang ditanya, gue nggak?” ucap Meimei, yang sedari tadi duduk disebelahku.

“ Ni baru gue mau tanya, gimana liburan lo Meimei temannya Susanti?” tanya Rian.

“ Alasan, bilang aja lo gak peduli dengan keberadaan gue,” sarkas Meimei

“ Gitu tuh, giliran ditanya gak mau jawab,”

“ Liburan kemarin gue balik Malaysia, liburan sama MAIL. PUAS?”, jawab Meimei dengan nada sedikit ngegas.

“ Ini nih yang buat gue malas nanya lo, tukang nge-gas,” sahut Rian sedikit kesal.

“ Benerkan, dari tadi gak mau nanya gue,” jawab Meimei lagi.

Dimulailah pertengkaran khas mereka. Setiap kali mereka bertemu, pasti diakhiri dengan pertengkaran. Aku pun heran seorang yang berwibawa seperti Rian, bisa-bisa nya meladeni tingkah Meimei yang kekanak-anakan.

“ Udahlah kalian berdua kaya anak kecil deh, berantem mulu,” ucapku, berusaha menengahi mereka

“ Dia noh yang mulai duluan,” jawab Meimei sambil menunjuk Rian

“ Kok lo nyalahin gue sih, orang lo duluan yang nge-gas,” sanggah Rian

“ Gue doain kalian berdua jodoh,” ucapku sambil mengadahkan tangan.

“ AAMIN,” terdengar suara Arkan mengaminkan dari kejauhan. Dia berjalan mendekat kearah kami.

“ Kalian bahas apa sih, seru banget,” tanya Arkan,

“ Nih, dua orang ini berantem mulu.” Jawabku.

“ Ati-ati jadi suka lho,” ucap Arkan,

“ Kalian berdua sama aja, gak mungkin nih orang jodoh gue,” jawab Meimei tak terima.

Rian sepertinya tak ingin melanjutkan obrolan tidak penting ini, dan mulai bertanya pada Arkan

“Gimana eksplore Hutan Malukunya, bro?” tanya Arkan

“ Takjub banget gue, hutan hujan primernya masih lebat, pohonnya tinggi, serasa hidup di dunia fantasi, meskipun lo tau ada kebakaran besar tahun kemarin. Makin bangga deh sama alam Indonesia.” jawab Arkan.

Aku yang menyimak pembicaraan mereka sedikit terkejut, kapan Arkan pergi ke Maluku? Ya, aku tahu Arkan tipikal anak yang suka dengan alam. Setahuku dia lebih menyukai pegunungan, sejak kapan dia mulai eksplore hutan. Rasa penasaran terus tumbuh di otakku, dan kuputuskan untuk bertanya padanya. Belum sempat aku membuka mulut, Meimei telah bertanya mewakiliku.

“ Loh kapan lo ke Maluku, Ar?”

“ Waktu liburan kemarin, gue sama anak MAPALA pergi kesana,” jelas Arkan

“ Kok lo gak bilang-bilang sih Ar, tau gitu titip Mutiara khas Maluku,” ucapku

“ Gue disana kan riset, bukan liburan,” jelas Arkan lagi.

Ada rasa kecewa dalam diriku. Akupun tak tau sebabnya, entah karena Arkan tak memberitahuku kepergiannya atau karena Arkan tak memberikanku oleh-oleh. Entahlah akupun bingung dengan perasaanku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status