Tetangga Aneh!

Tetangga Aneh!

Oleh:  Vhie Aveiro  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
10Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan Della berubah ketika tetangga baru sebelah rumahnya datang. Sang suami serta tetangga sekitar juga mulai berubah. Apa yang sebenarnya terjadi? Mampukah Della mengungkap satu demi satu misteri yang terjadi di sekitarnya?

Lihat lebih banyak
Tetangga Aneh! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Maymey
Menarik, bikin penasaran ......... Kira-kira suaminya Della beneran selingkuh nggak, ya?
2022-01-04 15:01:36
2
user avatar
Vhie Aveiro
Amazing story by me ...
2022-01-03 17:00:06
2
10 Bab
Bab 1
                          🌱 Tok! Tok! Tok!Terdengar sebuah ketukan yang berasal dari pintu rumahku. Aku mendengkus kesal. Rasanya baru beberapa menit mataku terpejam menyambut mimpi, sudah ada saja yang mengusiknya.  Mas Tedy masih terlelap di sebelahku. Entah mengapa dia tidak terbangun mendengar suara gedoran keras di pintu rumah ini.  Aku melangkah dengan gontai menuju sumber suara. Menahan rahang yang pegal karena terus-terusan menguap menahan kantuk yang tak tertahankan. Kemudian aku menghentikan jalanku sejenak tatkala bergidik setelah melirik jam dinding yang menempel di tembok.
Baca selengkapnya
Bab 2
 Aku menelisik masuk ke kamar yang pintunya terbuka lebar. Aih, alangkah terkejutnya diriku mendapati Sita berada di sana. Ia tampak baru selesai keluar dari toilet yang ada di dalamnya. "Hei, kamu! Masuk kamar orang tanpa ijin!" bentakku pada Sita yang berdiri di depan pintu toilet. Tampak ia sedang mengelap betisnya yang basah, tanpa rasa bersalah ia meringis padaku dengan wajah innocent-nya.  "Kamu habis ngapain itu, Sit? Kok, tahu kamar ini ada toiletnya?" imbuhku sambil berkacak pinggang.   "Emm, itu aku nebak sendiri, sih. Karena aku sudah kebelet buang air kecil. Tanpa kusadari masuk dalam kamarmu yang tampak bagus ini. Lalu, aku lihat ada toilet di dalamnya, akhirnya masuk, deh."  "Ah, alasan aja kamu, Sit. Bilang aja kamu--."  Mas Tedy tiba-tiba terbangun. Ia tertegun melihatku bersama wanita super sek
Baca selengkapnya
Bab 3
Tiga buah gumpalan tissue yang sudah gepeng tertindih kasur, akhirnya aku bersihkan dengan sapu.  Beberapa diataranya terdapat noda di permukaan tissue itu. Saking jijiknya, sampai cepat-cepat kubuang dalam sampah.  Nafasku tak karuan, keringat dingin mulai mengucur deras di tengkuk.   Dalam benakku terpikir, bagaimana bisa gumpalan tissue itu bersembunyi di sana. Di tempat yang tak semestinya. Benar-benar di luar nalar.  Seketika khayalanku menerawang jauh. Bisa saja tissue itu adalah milik Sita yang dibawanya dari rumah lalu disimpan dalam kantong celana hotpants-nya. Kemudian ia memakainya untuk mengelap anggota tubuhnya yang basah oleh keringat, mengingat kamar itu tak ber-AC. Hanya kipas kecil saja yang menempel di dinding.  Atau kemungkinan lainnya yaitu .... &nbs
Baca selengkapnya
Bab 4
 Sampailah di rumah orang tuaku. Rumah masa kecilku dulu. Jarak dari rumahku ke sini tidaklah lebih dari lima kilometer, jadi bisa saja aku pulang sewaktu-waktu tanpa memberi tahu suamiku terlebih dahulu.  Dio merasa bahagia bila menginap di sini. Karena ia sangat dimanja oleh kakek dan neneknya, begitupun sebaliknya. Orang tuaku selalu menanti-nanti kehadiran cucunya untuk menginap di sini.  "Della, Tedy mana? Kok nggak ikut?" tanya ibuku tiba-tiba mengagetkan lamunanku.  "Mm, anu Bu. Mas Tedy lagi nggak enak badan. Jadi tidak ikut," jawabku kikuk. Pikiranku buntuk tak bisa mencari alasan lain lagi.  "Lho, kok, ditinggal sendiri di rumah? Harusnya kamu ada di sana kalau si Tedy sakit, Del."   Ibuku selalu mencemaskan menantunya itu, sedangkan aku sebagai anaknya hanya disuruh menurut kepada suami.
Baca selengkapnya
Bab 5
 Tak kusangka ....  Ternyata keadaan kamar itu kosong! Tak ada seorang pun di sana.   Aneh sekali!  Suara yang ditimbulkan itu ternyata hanyalah dari sebuah ponsel yang sedang memutar video 'film biru', dengan volume yang keras.   Apa maksud ini semua? Ada apa ini? Kenapa ada ponsel di kamar ini. Lalu ponsel siapa itu?  Ponsel 'Apel koyak' itu tampak familiar. Ah, seperti milik Mas Tedy? Tipe dan warnanya sama, hanya softcase-nya saja yang berbeda.   Kumatikan video, lalu mengambil ponsel itu dan menyimpannya dalam tas. Ini adalah salah satu barang bukti dari misteri yang akhir-akhir ini membuatku berpikir keras siapa dalang di balik ini semua.  Aku menyelinap dan melanjutkan penyelidikanku. Kini aku menuju kamar pribadi
Baca selengkapnya
Bab 6
 ["Halo, halo!"] Suara Mas Tedy di sana. Aku terdiam tak menjawabnya.  Lalu panggilan itu putus ditutupnya. Sial! Bagaimana ini? Aku harus bisa mengungkap ini semua.  Semakin lama, aku semakin lemas, perutku lapar dan berbunyi keroncongan. Akhirnya, kuputuskan untuk makan dahulu dengan membuat mie instan dari dapur. Setelah kenyang, aku kembali berbaring di sofa untuk memikirkan rencana apa yang mau kuperbuat.  Mengingat aku sudah berpamitan untuk menginap di rumah Ibu, jadi mau tak mau sebelum Mas Tedy pulang, aku harus segera pergi dari sini.  Kulihat dari tirai, rumah Sita gelap gulita. Hanya lampu teras yang menyala. Kira-kira dia ada di rumah atau sedang keluar bersama Mas Tedy tadi nggak ya?  Karena penasaran, akhirnya aku putuskan untuk mengintipnya. Karena jendela dapur belakang rumah Sita belum
Baca selengkapnya
Bab 7
Lalu Mas Tedy tertawa. Seketika dari arah belakang, seseorang menyiramku air hingga basah kuyup. "Aaarrgh!"  Aku terkesiap. Netraku mengerjap cepat. Rupanya ini hanyalah mimpi. Sepertinya aku menyenggol laci hingga menumpahkan gelas plastik yang berisi air, hingga jatuh mengenai kepalaku. Huh, sungguh sial. Aku harus cepat-cepat bangun dan berganti pakaian. Ketika aku bangkit, Mas Tedy sedang tidur sambil mendengkur di atas ranjang. Dengkurannya sungguh keras, membuat kegaduhan kecil yang aku buat tak terdengar olehnya. Perlahan aku bergerak melewati tubuh Mas Tedy. Tiba-tiba, dia menggeliat dan mendapati diriku berada di atas tubuhnya. Ia langsung memelukku dengan mata masih terpejam. Aku masih terdiam, menunggu suamiku benar-benar terlelap kembali. Setelah beberapa menit, aku mencoba mengangkat pelan-pelan tangannya yang menindihku.  
Baca selengkapnya
Bab 8
 Lampu rumah Sita yang terang benderang, mendadak hampir setengahnya dipadamkan. Padahal, pria itu masih bertamu di rumah Sita. Wah, benar-benar menyeramkan, apa sebenarnya yang terjadi di sana?  "Kamu lagi ngapain? Kok sampe ngintip segala kayak gitu?" tanya Mas Tedy, kepalanya ikutan nongol di bibir pintu. "Sudahlah, Mas. Nggak usah ikut-ikutan deh. Aku aja yang ngerti. Intinya sekarang kamu jelasin padaku, ponsel siapa itu dan mengapa bisa sampai di kamar belakang? Titik!" Aku mengotot sampai hampir tersengal. Setelah meneguk air putih, aku bernafas lega kembali. Pandanganku fokus terarah pada wajah Mas Tedy. Ia merunduk tatkala aku mulai melotot padanya. "Maaass! Woii! Jangan diem aja dong!" teriakku.  Mas Tedy menghela napasnya. Seakan mau bicara serius padaku.  "Begini, ini bukan seperti yang kamu bayangk
Baca selengkapnya
Bab 9
 🌱🌱🌱Sita membawa seorang pria yang tampak seumuran dengannya. Pria itu berpakaian rapi serta rambut yang klimis. Bau harum parfum keduanya menyeruak di penjuru ruangan. "Kak Della, kenalin ini suamiku. Namanya Reino." Sita menyikut pria di sebelahnya, memberi isyarat agar berjabat tangan denganku. Aku masih tak percaya bila orang tersebut adalah benar suami Sita. Aku membalas jabatan si pria itu dengan senyum kaku. Agar si Sita menyadari bahwa kelakuannya masih salah di mataku.  "Sudah, tak usah berlama-lama. Mari kita langsung makan malam saja," tawar Mas Tedy.  Anggukan serempak kedua tamuku itu sangat membuatku muak. Andai saja mereka tahu betapa menyebalkannya tetangga seperti dia, pasti mereka takkan berani menginjakkan kaki di sini.  "Ah, benar. Mari ke sebelah sini." Aku mempersilakan para tamuku menuju ke tempat
Baca selengkapnya
Bab 10
 Kenapa Mas Tedy malah minta Sita dan suaminya ikut liburan? Ada apa gerangan? "Mas, sadar gak sih, yang kamu katakan itu?" tanyaku. Mas Tedy terdiam tak menjawab. Aku merebahkan diri dalam ranjang empuk, Mas Tedy ternyata sudah lebih dulu tertidur ternyata, pantas saja aku ajak ngobrol tak menyahut.  Suara ponsel bergetar membangunkanku yang baru saja terpejam. Aku raih ponselku yang tergeletak di atas laci, tapi tak ada satupun panggilan atau notifikasi masuk.  Ponsel siapa ini yang bergetar? Ah, pasti milik Mas Tedy. Terpaksa aku menunda dulu tidur malam ini, dan mencari-cari barang yang bergetar sedari tadi.  Ponsel Mas Tedy ternyata tertindih badannya, haruskah aku mengambilnya?  Tak lama aku mematung, duduk di atas ranjang. Menunggu Mas Tedy menggeliat dan merubah posisi tidurnya.  Getaran sudah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status