"Aku ingin kau jadi koki di rumahku selama 30 hari." Anna tersentak kaget. Entah dosa apa yang Anna lakukan di masa lalu, hingga dia harus terjebak dengan Dominic di musim dingin yang harusnya dihabiskan untuk berlibur! Akankah Anna bisa lari dari ancaman pria matang itu? Atau ... dia menyerah saja dengan semua gairah yang mendadak tercipta di antara keduanya di tengah musim dingin ini? Jangan lupa buat follow IG @amy_asya99
Lihat lebih banyakDominic berkata benar. Jika dia dan Daniella tidak saling menyukai, bagaimana mereka bisa menikah? Tentang bayi itu ... Austin masih terus memikirkannya. Kalau mereka tidak menikah, bagaimana dengan nasib anaknya nanti? "Daniella," panggil Austin lagi kepada gadis yang duduk di hadapannya sekarang. Setelah dua hari di rumah sakit, akhirnya Daniella diperbolehkan pulang dengan banyak aturan yang sudah dokter katakan pada Austin. "Kumohon jangan gugurkan bayi itu. Ini salahku." Austin masih menatap Daniella yang masih kelihatan pucat. Kondisi emosional Daniella sudah sedikit membaik, dan dia juga sudah mau bertemu dengan Austin. "Ini memang salahmu.""Ya, maka dari itu. Aku mohon jangan hukum bayi yang baru saja akan hidup. Aku akan bertanggungjawab, Daniella. Aku janji."Daniella mendongakkan kepalanya, lalu dia melihat ketulusan di mata Austin. Sebuah rasa takut kehilangan yang selama ini tidak pernah Daniella lihat. Bahkan saat Anna menolak Austin dulu, pria itu tidak sekhawat
Daniella masih berbaring membelakangi Austin yang sedang duduk di kursi di samping ranjang. Dia sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan masih belum tahu sakit apa yang sampai membuatnya pingsan tadi. Austin memang meminta dokter dan perawat yang menjaga Daniella untuk tidak mengatakan apa pun karena dia sendiri yang berbicara dengan Daniella. "Daniella.""Keluar, Austin! Harus berapa kali kukatakan padamu jika aku tidak ingin melihatmu di sini?""Kita harus bicara, Daniella. Ini sangat penting." Daniella bergeming. Namun, gadis itu tetap tidak berbalik sama sekali. Dia hanya sedikit penasaran dengan sesuatu yang Austin katakan penting tadi. "Aku sakit parah?" tanya Daniella setelah cukup lama. Nada suaranya mulai melemah, tidak sekeras tadi. Austin menggeleng cepat seolah Daniella sedang melihatnya sekarang. "Kenapa kau berpikir seperti itu?""Tidak tahu. Tiba-tiba saja hanya hal itu yang terlintas di benakku." Daniella langsung berbalik. Dia menatap Austin dengan wajah datar.
“Hamil?” Baik Dominic maupun Austin saling berpandangan, dengan tatapan mata yang mengandung banyak arti. Austin menatap Dominic dan dokter di depannya secara bergantian. Dia sangat terkejut dengan kabar yang baru saja disampaikan. Daniella hamil? Entah ini kabar gembira, atau justru kabar yang kurang menyenangkan bagi Austin. Satu yang pasti, Austin terlalu terkejut hingga dia tidak bisa mengucap sepatah kata pun, setelah mendengar jika Daniella sedang hamil. Sementara itu, Dominic terkejut bukan karena kehamilan Daniella. Yang membuatnya lebih terkejut adalah fakta bahwa Austin yang sudah menahan gadis tersebut sudah lebih dari satu bulan. Siapa pun pasti akan mengira jika gadis tersebut hamil dengan Austin. “Ya, sekali lagi selamat, Mr. Wilson. Kalau kau mau, aku bisa merekomendasikan dokter obgyn di rumah sakit ini, dan membuatkan jadwal untuk kalian.” “Aku—“ “Janjikan pertemuan sekarang juga.” Dominic menatap wanita berjubah putih itu dengan serius. Tentu saja hal terse
Setelah mendengar kabar jika Daniella masuk rumah sakit, Anna langsung meminta Dominic untuk bergegas ke kota. Mereka bahkan mengakhiri pembicaraan tentang pembuatan rumah di tengah hutan tadi. Anna benar-benar merasa khawatir karena Daniella bukan orang yang mudah sakit. Bahkan selama tinggal di Sky Crystal bersama, mungkin hanya satu atau dua kali saja dia melihat Daniella demam. Namun, sekarang tiba-tiba saja gadis itu harus dibawa ke rumah sakit? Sebenarnya, apa yang sudah terjadi? Memikirkan banyak kemungkinan yang bisa terjadi, Anna menjadi berang sendiri dengan Austin. Terutama ketika dia mengingat bagaimana Daniella menangis kemarin. "Kali ini aku benar-benar mencurigai Austin, Dom. Dia pasti tidak hanya mengurung Daniella saja. Apa mungkin Austin menyuruh Daniella bekerja terus menerus tanpa henti?" Dominic melirik ke arah istrinya yang sejak tadi mengomel, tetapi pria itu memilih untuk diam saja karena takut membuat kesimpulan yang salah. Lagi pula, mereka akan tahu
Daniella menatap tubuh polosnya dengan perasaan jijik. Setiap kali marah, Austin pasti akan langsung memaksanya melakukan hubungan badan. Jika dulu Daniella suka melakukan hal tersebut dengan Austin, sekarang keadaannya berbanding terbalik. Dia benar-benar benci dengan perbuatan Austin yang semakin hari, menurutnya semakin kejam. "Kau menangis?" tanya Austin dengan santai. Pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Bahkan rambutnya masih basah dengan handuk yang terlilit di pinggang. Kulitnya yang putih juga begitu kontras dengan Daniella. "Daniella, kau dengar aku tidak?" Austin bertanya lagi setelah tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Daniella. Sementara itu, Daniella mengusap air matanya dengan kasar, dan langsung menatap Austin dengan penuh kebencian. "Apa pedulimu?" sinis Daniella. Gadis itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, kemudian berbaring memunggungi Austin. Sekarang, dia hanya mau tidur saja. Tidak peduli jika ini kamar Austin sekali pun. M
Anna masih terus berusaha membuka dan menutup mata di waktu hampir menuju tengah malam. Dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Daniella, sebab Anna tahu bagaimana rasanya hidup dalam keadaan tertekan seperti itu. Merasakan tubuh Anna yang terus bergerak dalam dekapannya, Dominic pun membuka mata dan memerhatikan sang istri yang sedang menatap langit-langit kamar mereka. "Masih memikirkan tentang temanmu?"Anna hanya mengangguk, dan melihat sekilas ke arah Dominic. Saat itu juga dia merasakan pelukan Dominic yang semakin erat. "Tidur saja malam ini. Besok aku akan bicarakan hal ini dengan Austin. Sebelumnya, aku juga sudah berjanji padamu, bukan? Jika Austin melakukan sesuatu yang melanggar hukum, maka aku yang akan mengurusnya." Dominic menatap mata biru Anna dengan lekat. Dia tidak berbohong atau hanya sekadar memberikan kalimat penghibur pada Anna. Dominic akan menepati apa yang dia katakan. Melihat kesungguhan Dominic, mau tidak mau Anna berusaha mempercayainya, meskipun
“Dominic.” Anna memanggil nama suaminya begitu pria itu muncul. Matanya menelisik ke arah belakang Dominic, begitu juga dengan Daniella—mereka menanti kedatangan Austin yang pergi bersama dengan Dominic tadi. Namun, sepertinya pria berkulit putih itu tidak muncul sama sekali. Menyadari jika Anna seperti sedang mencari sesuatu, Dominic jadi mengerutkan keningnya. “Kau mencari apa, Sayang?” “Austin ke mana?” “Dia masih di belakang. Memangnya ada apa?” tanya Dominic lagi. Untuk apa Anna menanyakan tentang keberadaan Austin? “Austin—“ Daniella langsung mencekal tangan Anna, dan menggeleng pelan untuk mencegah gadis itu berbicara pada Dominic. Bukan apa-apa, Daniella hanya merasa sungkan saja dengan Dominic. Biar bagaimana pun, Dominic adalah bosnya juga di sini. Rasanya kurang sopan jika pria itu tahu masalahnya dengan Austin yang notabenenya adalah teman dari Dominic sendiri. “Kenapa?” Anna bertanya dengan wajah bingung karena Daniella mencegahnya. “Dominic pasti akan membantumu.
“Kau sedang menyembunyikan sesuatu, Austin?” tanya Dominic langsung tanpa basa-basi, begitu mereka sampai di luar. Dominic dan juga Austin memilih duduk di kursi taman resort yang berada tepat di depan rumah Austin. Austin tidak langsung menjawab. Pria itu justru menatap Dominic dengan keheranan karena tidak tahu mengapa temannya bisa bertanya seperti itu. “Aku tidak mengerti dengan maksudmu, Dom. Apa aku terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu?” “Ya, apa kau lupa jika kau tidak pandai berbohong?” Dominic berbalik—melirik dengan tajam ke arah Austin untuk mengintimidasi pria berkulit putih itu. Benar saja, Austin langsung terlihat gelisah begitu mendapatkan tatapan tajam dari Dominic. “A-aku tidak sedang berbohong.” “Kau menyembunyikan gadis itu, bukan? Atau kau—“ Dominic sengaja tidak melanjutkan perkataannya. Dia ingin melihat reaksi Austin seperti apa. “Menyembunyikan? Apa kau pikir dia barang yang bisa disembunyikan?” tanya Austin lagi. Dia tahu gadis yang dimaksud o
Daniella bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, sedangkan matahari masih bersinar di luar. Seperti itulah matahari di musim panas. Tubuh gadis itu sudah sedikit baikan dan panasnya juga sudah turun. Daniella segera beranjak ketika mendengar ketukan pintu dari luar. Hari ini dia harus berterima kasih kepada Austin karena sudah merawatnya dengan baik. Begitu Daniella membukakan pintu, sudah ada Austin yang berdiri dengan membawa nampan berisi semangkuk sup yang masih mengepulkan asap putih. "Ini makan malammu."Daniella menerima makanan yang Austin berikan. Pria itu terlihat seperti kelelahan karena harus bekerja dan merawat Daniella dalam satu waktu. "Terima kasih, Austin. Maaf karena hari ini aku sudah merepotkanmu."Austin hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah masam. "Lain kali jaga kesehatanmu."Mendengar nasihat yang diberikan Austin, Daniella merasa sedikit senang karena pria itu ternyata cukup perhatian. Namun, ternyata Austin belum selesai dengan kali
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.