Nerissa digosipkan tidur dengan Presdir untuk naik jabatan. Hal itu membuatnya begitu terluka. “Menikahlah denganku. Aku akan membantu kamu membalas apa yang mereka lakukan padamu.” Nerissa begitu terkejut ketika Naven Presdir Zorion Grup menawarinya menikah untuk membalas orang yang membuat gosip itu. Namun, ternyata ada kontrak pernikahan yang harus mereka sepakati. Akankah Nerissa menerima tawaran Naven itu?
Lihat lebih banyak“Memang kenapa, Pak?” Kiki menatap Naven dari pantulan kaca yang ada di atas dasbor. Ingin tahu ada angin apa pagi-pagi atasanya itu membahas kerang itu.“Tadi Nerissa teriak karena memegang itu. Makanya aku ingin tahu.” Dengan polosnya Naven bercerita. Dia masih bingung dengan sikap sang istri yang pagi-pagi aneh sekali. Bagaimana bisa membicarakan kerang saat di kamar.Kiki menahan tawanya ketika dengan polosnya atasannya itu bercerita. Kadang Kiki merasa atasannya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai tidak tahu beberapa hal.“Sebaiknya Pak Naven nanti cari saja di internet agar lebih jelasnya.” Naven hanya melirik malas pada Kiki. Bisa-bisanya asistennya itu tidak mau memberitahu. Mobil akhirnya sampai di lobi. Mereka semua turun dan meminta petugas parkir untuk memarkirkan mobil mereka. Nerissa berjalan sedikit menjauh dari suaminya. Berjalan buru-buru lebih dulu agar tidak berjalan bersama Naven. Bayangan apa yang dipegangnya tadi masih menghiasi kepalanya. “Kamu masih mara
Nerissa yang sedang tidur nyenyak merasakan sebuah tangan yang memeluknya, tapi karena dia begitu mengantuk, alhasil dia membiarkan. Makin lama pelukan itu makin erat. Tangan kokoh itu memeluk tepat di dua gundukan kenyal miliknya. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut. Buru-buru Nerissa membuka mata. Dilihatnya ada tangan pria yang sedang memegangi gundukan kenyal miliknya. Jelas itu adalah tangan Naven. Telapak tangan yang menempel pas membuat seluruh gundukan kenyal miliknya itu masuk ke dalam tangan. Lebih membuat Nerissa terkejut. Bagaimana bisa tangan menyusup lewat bawah tubuhnya dan dia tidak merasakan apa-apa. Alhasil dua tangan Naven pas memegang dua gundukan kenyal miliknya. Ini adalah kali pertama pria memegang area tubuhnya. Jadi tentu saja itu membuatnya takut sekali. Dengan segera, Nerissa menyingkirkan tangan itu. Dengan gerakan cepat pula, dia mendorong tubuh Naven undur. “Aaaacchhh .....”Namun, alangkah terkejutnya Nerissa ketika memegangi sesuatu yang t
Nerissa langsung berbalik untuk meninggalkan Naven. Tak mau tidur satu kamar bersama Naven.Naven dengan santainya justru langsung merebahkan tubuh. Tempat tidur sekarang jauh lebih luas. Jadi tentu saja membuatnya lebih nyaman.Nerissa segera membuka pintu. Sebelum membukanya sempurna, dia sempat menoleh ke belakang untyk melihat Naven. Alangkah terkejutnya melihat Naven yang justru menguasai semua tempat tidur. Seolah senang dengan kepergian.‘Dasar egois.’Tak mau melihat Naven, Nerissa segera keluar. Tempat yang dituju adalah tempat Ana. Dengan percaya diri, Nerissa membuka pintu kamar Ana dengan perlahan.Sayangnya, pintu kamar tertutup. Tentu saja itu membuat Nerissa terkejut. Tidak biasa-biasanya Ana mengunci pintunya.Sejenak Nerissa memikirkan jika Ana pasti sudah tidur dan tidak mau diganggu. Karena itu dia mengunci pintu kamar.Di saat seperti ini, Nerissa benar-benar bingung. Dia tidak tahu harus bagaimana. Jika kembali ke kamar, artinya dia harus tidur di ranjang bersama
Pertanyaan itu pun menyadarkan Naven jika Ana tidak tahu kontrak pernikahan rahasia mereka. Jadi berpikir jika dia dan Nerissa memiliki pernikahan normal pada umumnya. “Iya, aku akan masuk.” Naven mengangguk.Naven segera mengayunkan langkah masuk ke kamar yang ditempat Nerissa. Tak lupa untuk menutup pintu kamar. Ana yang melihat Naven sudah masuk ke kamar pun segera memilih untuk masuk ke kamarnya. Sepertinya setelah ini dia harus cepat tidur. Karena besok dia harus bekerja pagi. Di dalam kamar, Naven melihat sang istri tidur dengan pulas. Tak mau mengganggu sang istri, Naven pun memilih untuk mendekat dengan perlahan. Saat di sisi tempat tidur, Naven melihat jika tempat tidur cukup kecil. Jika diisi mereka berdua, pastinya akan sempit. Naven pun melihat ke sekitar. Di kamar ini tidak ada sofa. Jadi mau tidak mau dia harus tidur di atas tempat tidur bersama Nerissa.Dengan perlahan, Naven naik ke atas tempat tidur. Dia benar-benar memastikan jika gerakannya tidak akan membangunk
Naven sudah keliling kota untuk mencari keberadaan Nerissa. Namun, tidak ditemukan keberadaan istrinya itu. Waktu menunjukan jam dua belas malam. Dia sudah tidak tahu harus mencari istrinya itu di mana lagi.Dengan segera Naven menghubungi Kiki. Asistennya itu pasti tahu harus bagaiamana mencari Nerissa di tengah malam seperti ini. “Halo.” Suara Kiki terdengar parau. Pria itu sedang nyenyak-nyenyaknya tidur sampai suara ponselnya berdering, mengganggu tidurnya.“Ki, Nerissa hilang.”“Hilang.” Suara Kiki di seberang sana terdengar begitu terkejut. “Hilang bagaimana, Pak?” tanya Kiki di seberang sana.“Sudah cepat ke sini. Aku di depan kantor. Nanti aku akan ceritakan.”“Baik, Pak.”Akhirnya Naven menunggu Kiki di depan kantor. Dia benar-benar merasa begitu bingung ke mana harus mencari istrinya itu. Sudah bingung seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Satu jam kemudian, Kiki datang ke kantor. Dia melihat Naven duduk di lobi kantor sedang menunggunya.“Pak.” Kiki menyapa Naven.“
Beberapa waktu sebelumnya …“Kamu naik mobil sendiri rupanya.”“Jangan bilang-bilang, aku sedang bertengkar dengan Pak Naven.” Nerissa berbisik, tetapi suaranya masih terdengar. Dia sengaja mengatakan itu karena tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada Harry.“Memang kenapa?” tanya Ana yang ingin tahu.“Ceritanya panjang. Lain kali saja aku akan cerita.” Nerissa tidak menjelaskan secara rinci. Dia memang hanya ingin memancing Harry saja.Lift terbuka, mereka berdua segera masuk ke lift. Mereka berdua sama-sama ke tempat parkir. Mengambil mobil mereka masing-masing.Sore ini Nerissa mengendarai mobilnya pulang. Sudah lama tidak menyetir, tentu saja itu membuatnya begitu senang. Namun, tiba-tiba kesenangan itu sirna ketika tiba-tiba saja mobilnya agak tersendat-sendat. Karena itu, dia langsung menepikan mobilnya.“Kenapa mobilku?”Nerissa mencoba menyalakan mobilnya, tapi sayangnya tidak bisa. Dia terus mencoba, tapi tetap saja tidak bisa.Ingin tahu apa yang terjadi, dia turun dari mobil
Arumi memasukkan baju ke dalam mesin cuci. Dia kesal sekali ketika harus mencuci baju milik Harry. Jika bukan karena dia dipecat dan belum punya uang, tidak mungkin dia mau disuruh seperti ini.Sejak dipecat Arumi memilih untuk tinggal di apartemen Harry karena harus berhemat. Dia pikir akan mudah mendapatkan pekerjaan, tetapi ternyata sesulit itu.Arumi adalah wanita karier. Jarang mengerjakan pekerjaan rumah, tapi saat seperti ini, dia harus melakukannya demi dapat tinggal di rumah Harry.Harry juga memanfaatkan keberadaan arumi. Dia memilih tidak melaundry baju lagi karena ada Arumi yang dapat mencucinya di rumah. Tidak memesan catering lagi, karena ada Arumi yang memasak.Suara ponsel yang terdengar, membuat Arumi yang sedang asyik dengan cuciannya segera ke ruang tamu untuk mengambil ponsel yang diletakkan di sana. Dia melihat jika Harry yang menghubungi.“Ada apa menghubungi aku?”“Aku sudah cerita bukan jika kemarin aku memancing Pak Naven. Hari ini aku melihat Nerissa dan Pak
“Kamu mau ke mana?” Naven melihat jika Nerissa berbelok ketika dia berbelok ke mobilnya.“Saya mau ke mobil saya.” Nerissa menjawab dengan entengnya.Dahi Naven berkerut dalam. Merasa bingung dengan aksi Nerissa itu. “Kenapa harus naik mobil sendiri?” tanya Naven penasaran.“Iya, karena agar Harry mengira jika kita ada masalah setelah apa yang dia lakukan kemarin.”Naven masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan istrinya itu. “Untuk apa semua itu?” tanyamya.“Dengan dia melihat kita tampak bertengkar, dia akan senang. Setelah itu saya akan buat dia kecewa karena kita tidak bertengkar.”Naven hanya bisa menggeleng heran dan mengembusankan napas kasar. Ada-ada saja ide istrinya itu. “Terserah padamu saja.” Naven malas sekali berdebat dengan istrinya pagi-pagi seperti ini.“Baiklah.” Nerissa segera mengayunkan lagi langkahnya ke mobilnya.Di saat sang istri ke mobilnya, Naven memilih ke mobilnya. Tampak Kiki sudah menunggu di sana.“Bu Nerissa mau ke mana, Pak?” tanya Kiki penasaran
Harry mengikuti Naven yang masuk ke toilet. Dia pura-pura ke toilet juga. Dia menunggu Naven yang berada di dalam bilik toilet.Naven yang selesai dari toilet segera keluar dan mencuci tangan di depan wastafel. Selang beberapa saat dia melihat Harry yang keluar dari toilet. Entah kenapa dia yakin sekali jika pria itu sengaja ke toilet.“Pak.” Harry menyapa Naven.“Sepertinya kita pernah bertemu sebelum hari ini kan?” Naven sengaja memancing Naven.Naven sadar jika dia hanya karyawan kelas bawah. Jadi pasti Naven tidak ingat jika pun bertemu di kantor. Namun, ada satu momen yang pastinya akan mengingatkan Naven.“Iya, kita bertemu di apartemen Nerissa.” Harry mencoba mengingatkan.Naven berpura-pura mengingat-ingat. “Oh … ya, aku ingat. Kita pernah bertemu. Kalau tidak salah waktu itu kamu mengantarkan tas.”“Iya, Pak.” Waktu itu saya mengantarkan tas Nerissa yang tertinggal.“Kamu sering sekali mengantarkan barang-barang Nerissa,” sindir Naven.“Nerissa adalah orang yang sangat pelupa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.