Share

3. how could?

๐™ณ๐š„๐š‚๐™บ๐™พ๐™ต๐™ด๐šˆ๐™ด ๐™ฟ๐š๐™ด๐š‚๐™ด๐™ฝ๐šƒ๐™ธ๐™ฝ๐™ถ

ใ€๏ผก๏ผฆ๏ผด๏ผฅ๏ผฒ๏ผฆ๏ผก๏ผฌ๏ผฌใ€‘

 โ€œApa kau yakin baik-baik saja, Kaline?โ€

Sang Raja yang berdiri duduk di ujung kursi meja makan yang teramat panjang itu bersuara, ia terdengar seperti seorang pemimpin layaknya seorang raja. Suaranya terkesan tegas nan absolut meski Kaline tahu kalau Sang Raja berbicara sebagai seorang ayah, bukan pemimpin kerajaan kepadanya.

Kaline mengangguk. โ€œSaya baik-baik saja, Ayah. Tidak perlu khawatir tentangku. Saya minta maaf telah membuat Anda khawatir.โ€ Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, menatap daging panggang yang tersuguh di atas meja jati berwarna cokelat tanpa minat.

Kaline bisa mendengar dengan jelas Sang Ratu membuang napasnya dengan kasar dari ujung meja satunya. โ€œBagaimana bisa kami tidak khawatir, lady-in-waiting yang selalu bersamamu berkata sebaliknya. Ia mengatakan kau tampak sangat kesakitan dan melupakan segalanya,โ€ ucap Ratu dengan suara getir.

โ€œSaya baik-baik saja sekarang, Ibu.โ€ Bibir Kaline terangkat, membentuk senyuman kecil guna meyakinkan keduanya.

โ€œIngatlah, Kaline. Kau satu-satunya penerus kerajaan ini. Jangan membahayakan dirimu secara terus menerus. Jika tidak ka-โ€œ

Suara dentingan pisau dan garpu mengenai piring porselen terdengar sangat nyaring, memotong ucapan Ratu dengan sepihak. โ€œSudah kukatakan untuk tidak membawa masalah kerajaan dalam waktu makan, Ratuku. Kita bertiga di sini sebagai keluarga.โ€ Meski suara berat Raja terdengar sangat ringan dan tenang, Kaline merasa sesak yang teramat. Bahkan hanya dengan perkataannya, Kaline tahu kalau Raja adalah sosok yang berbahaya.

Ratu menundukkan kepalanya, melepaskan pisau dan garpu yang ada di tangannya dengan tenang. โ€œMaafkan saya, Yang Mulia.โ€

Mata abu-abu Raja yang meski terlihat sudah renta, masih saja mengeluarkan aura mencekam itu kini beralih paa Kaline, membuatnya tercekat untuk beberapa saat. โ€œJika kau merasa baik-baik saja, datanglah ke pertemuan antar kerajaan saat matahari terbenam. Kami akan membuat keputusan besar, dan aku ingin kau turut andil di dalamnya.โ€

***

      

2 orang penjaga yang mengenakan baju zirah lengkap bersama pedang panjang yang menyangkut di pinggang mereka itu membukakan dua bilah pintu ganda dari jati dengan ukiran singaโ€”lambang kerajaan Eargardโ€”di atasnya mempersilakan Kaline beserta Narin yang selalu setia berjalan di belakangnya.

Ruangan pertemuan itu tampak amat besar dengan meja bundar beserta kursi-kursi yang berjajar mengelilinginya. Jika dikira-kira, ruangan ini bisa memuat 100 orang dan masih bisa bertambah mengingat masih banyak ruang kosong yang ada di dalamnya.

Raja dan Ratu Eargard duduk di sebuah kursi dengan bentuk yang paling rumit di antara semuanya. Bantalannya berwarna merah terang, sedangkan sangganya berwarna emas. Tentu tidak ada maksud lain selain mengingatkan siapa yang berkuasa di sini.

โ€œYang Mulia.โ€ Kaline menundukkan badannya serta kepalanya dalam-dalam. Raja yang menggunakan mahkota berat di atas kepalanya beserta jubah panjang kini tampak lebih berbahaya daripada apapun.

โ€œSilakan duduk di kursimu, Putri.โ€

Narin melangkah terlebih dahulu, menarik kursi serupa seperti milik Raja dan Ratu namun lebih kecil. Selepas memastikan Kaline duduk dengan nyaman, ia lantas pergi ke pojok ruangan, berkumpul bersama lady-in-waiting lainnya yang tampak berdiri siaga.

Kaline memperhatikan kursi-kursi kosong di sekelilingnya gelisah, jauh berbeda dengan pemimpin kerajaan yang berada di sampingnya yang tampak tenang.

Seorang petugas yang mengenakan baju zirah berjalan dengan gagah, menghampiri kursi mereka lalu menunduk dengan hormat. โ€œPerwakilan dari Kerajaan Lyvora telah tiba, Yang Mulia.โ€

Raja mengangguk sekilas. โ€œPersilakan mereka masuk.โ€

Tak lama kemudian, pintu ganda itu kembali terbuka, menampilkan 5 orang pria dengan baju seragam berwarna hijau tua masuk, mengikuti jalur karpet merah yang terbentang di lantai.

Mata abu-abu Kaline mengerjap beberapa saat, memastikan penglihatannya tidak salah. Kelima pria dari Kerajaan Lyvora itu mengeluarkan percikan api saat sepatu hitam mengkilap yang mereka kenakan menyentuh lantai.

โ€œYang Mulia, perkenalkan saya Albert utusan Raja Alvinka V.โ€ Seorang pria yang tampak paling tua di antara mereka memperkenalkan diri, tak lupa menundukkan punggungnya.

โ€œMengejutkan saat mengetahui Rajamu tidak turut hadir, Albert,โ€ komentar Raja dengan nada datar, namun semua orang di dalam ruangan ini tahu pasti, kalau ia sedang menyindir secara tersirat.

Albert tersenyum sungkan, menampilan kerutan yang memenuhi wajahnya, tampak serasi dengan rambut yang sudah memutih. โ€œAwalnya Raja Alvinka V akan hadir, Yang Mulia. Namun ada permasalahan di kota yang membuatnya berhalangan,โ€ jawabnya.

Raja mengangguk pelan lalu mengayunkan tangannya, memberi aba-aba Albert beserta 4 orang yang berdiri di belakangnya untuk duduk.

Jemari Raja mengetuk-ngetuk meja jati dengan pelan, menjadi satu-satunya suara yang mengusir hening namun membuat atmosfer di dalam ruangan semakin mencekam.

Tak berselang lama, petugas yang sama kembali menghampiri. โ€œRaja Varine X dari Elavrine dan 4 perwakilannya sudah tiba, Yang Mulia.โ€

Setelah diberi izin masuk, pintu ganda itu kembali terbuka, seorang pria yang mengenakan mahkota bertahtakan berlian beserta jubah besar berwarna biru bersama ... empat ekor serigala yang mengikutinya dari belakang.

โ€œSetelah sekian lama, senang akhirnya bisa bertemu denganmu lagi, El.โ€ Pria itu sama sekali tak menunduk, bahkan dengan berani menyebut sang Raja tanpa pangkat.

โ€œMenjadi setengah hewan bukan berarti kau bisa melupakan adab sebagai tamu, Raja Varine X.โ€ Tidak seperti Raja dari Kerajaan Elavrine itu, Raja Elโ€”pemimpin Eargardโ€”membalas sapaan dengan dingin.

Raja Varine X tertawa hambar, lalu memberi aba-aba pada 4 ekor serigala di belakangnya. Dalam sekejap, serigala itu berubah menjadi 4 pria gagah yang mengenakan seragam serupa.

Kaline terlihat semakin gelisah. Dunia ini benar-benar gila. Dia baru saja melihat serigala yang berubah menjadi manusia di depan mata, persis seperti film Twilight. Bedanya, ia tidak merasa para manusia serigala itu keren layaknya di layar kaca. Mereka mengerikan. Bertemu dengan dua kelompok yang bisa berubah menjadi hewan dan memercikkan api benar-benar tidak masuk akal.

Matanya melirik ke arah Ratu yang sedari tadi duduk dengan tenang, tampak tak terganggu dengan kenyataan bahwa tamu-tamu mereka jelas bukan manusia biasa. Begitupun Raja dan para lady-in-waiting yang menunggu di pojok ruangan.

โ€œYang Mulia, bukankah kita sudah lama menunggu? Tidak ada tanda-tanda kehadiran bangsa Voalire. Haruskah kita mulai sekarang?โ€ Albert berdiri, mengucapkan setiap patah katanya dengan hati-hati.

โ€œDia benar,โ€ timpal Raja Varine X. โ€œSeharusnya kau tahu vampir sialan itu tidak pernah serius dengan ucapannya. Mereka pasti mengolok-olok kita.โ€

Raja El hendak membuka mulut, namun petugas yang sama kembali datang membuat suasana kembali kondusif. โ€œPangeran Sirius Cliftone Alorine dari Kerajaan Voalire telah tiba, Yang Mulia.โ€

Raja mengangguk. โ€œSuruh dia masuk.โ€

Pintu kembali terbuka, selaras dengan udara yang tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Lilin-lilin yang menggantung meredup, membuat ruangan menjadi remang-remang. Seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya melangkah masuk dengan tenang. Tidak seperti kerajaan lainnya, pria itu dengan percaya diri berjalan sendirian di atas karpet merah yang membentang.

โ€œTerima kasih telah mengizinkan saya menginjak tanahmu, Yang Mulia Raja Nathan El Gard,โ€ ucapnya datar, masih enggan membuka jubah yang turut menutupi bagian kepalanya, membuat wajah pria itu sukar untuk dilihat.

Meski wajahnya tertutup jubah, Kaline masih bisa melihat sedikit kulit pucat serta bibirnya yang semerah darah. Dua gigi taring tampak begitu jelas tatkala ia berbicara. Raja Varine X benar, pria ini adalah vampir.

โ€œKau membuat kami menunggu, Pangeran.โ€

Ia melepas penutup kepalanya, memperlihatkan rambut hitam legam beserta mata merah menyalanya, menatap Raja Varine X beserta rombongannya dengan tajam. โ€œMohon maaf, Yang Mulia. Para serigala sedikit mengganggu perjalanan saya.โ€ Mata menyalanya itu melirik meja di mana perwakilan Kerajaan Elvarine sekilas. 

Raja El mengangguk. โ€œAku tidak punya banyak waktu. Duduklah, Pangeran.โ€ 

Pangeran itu mengangguk singkat lalu berjalan menuju kursi yang paling jauh, membuatnya seperti bayang-bayang yang sukar dilihat jika saja kulitnya tidak terlalu pucat atau mata merahnya itu tidak menyala-nyala.

Kaline menghembuskan napasnya. Meski udara di dalam ruangan teramat dingin. Pelipisnya tidak henti mengeluarkan keringat. Tanpa perlu dilihat dengan jelas, ia bisa merasakan mata merah tajam Pangeran dari Voalire itu tak luput darinya meski Raja El tengah berbicara dengan lantang.

โ€œPangeran Cliftone dari Voalire, apa kau mendengarku?โ€ suara instruksi Raja El yang terdengar teramat absolut dan berwibawa terdengar begitu lantang, membuat semua pandangan menatap ke arah Pangeran yang hampir saja dilupakan kehadirannya.

Untuk pertama kalinya, ia tersenyum menampilkan dua gigi taring dengan terang-terangan. โ€œTentu saja, Yang Mulia.โ€

โ€œApa yang akan kau berikan pada kerajaan ini jika kau memenangkan turnamen?โ€

Kaline mengerutkan dahinya bingung. Mereka tidak pernah membahas turnamen sebelumnya, Sepanjang pertemuan, Raja El dan perwakilan kerajaan lainnya hanya membahas tentang hubungan timbal balik antar kerajaan beserta mekanisme politik.

Pangeran Clifton berdiri, membuat wajah putihnya terlihat dengan jelas untuk yang pertama kalinya. โ€œBukankah pemberian terbesar dari pernikahan adalah cinta, Yang Mulia?โ€ mata merah menyalanya melirik ke arah Kaline, membuat gadis itu terpanjat kaget. โ€œSaya akan dengan senang hati memberikan cinta saya pada Putri Ralenia Kaline Gard sepanjang kehidupan abadi saya.โ€

Kaline terpaku. Mata abu-abunya menatap Pangeran Clifton dengan kosong. Bukan, bukan karena perkataannya barusan tapi wajahnya. Kaline amat familiar dengan wajah itu. Cal. Benar namanya Cal. Mereka sudah saling kenal dari kecilโ€”di kehidupan gadis itu sebelumnyaโ€”meski begitu, Kaline sama sekali tak mengenalnya selain nama pria itu karena ia sangat tertutup.

Bagaimana bisa dia ada di sini sebagai seorang pangeran?

ยปโ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€“โœ„

๐™ ๐™ช๐™ฃ๐™Ÿ๐™ช๐™ฃ๐™œ๐™ž ๐™„๐™ฃ๐™จ๐™ฉ๐™–๐™œ๐™ง๐™–๐™ข @๐™™๐™ช๐™จ๐™ ๐™ค๐™›๐™š๐™ฎ๐™š ๐™ช๐™ฃ๐™ฉ๐™ช๐™  ๐™ข๐™š๐™ก๐™ž๐™๐™–๐™ฉ ๐™™๐™š๐™ฉ๐™–๐™ž๐™ก ๐™˜๐™š๐™ง๐™ž๐™ฉ๐™–

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
apakah salah satu fisik Theo juga ada di sini jd pangeran?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status