"Arya, buka pintunya! Sial*n kamu ya! Berani-beraninya kamu ngambil mobil itu dari tangan adikku! Apa mau kamu hah? Mau kubikin malu?!" jerit suara seorang perempuan yang dari nada dan teriakannya, Arya tahu kalau wanita itu adalah Maya, mantan istri mudanya dulu yang datang pasti karena kesal dan tak terima, mobilnya sudah berhasil ia rebut kembali.Arya pun membalikkan tubuhnya lalu hendak berjalan mendekati daun pintu, tetapi buru-buru Bu Hasnah menahannya."Jangan, Ya. Kita nggak tahu Maya datang sama siapa? Kalau sendirian, ayo kita hadapi sama-sama. Ibu nggak takut. Tapi kalau dia datang bawa preman, kita harus cari akal supaya bisa minta tolong orang-orang, Ya. Walaupun kamu sudah berhasil mengalahkan Arif sendirian tapi belum tentu juga kamu sanggup melawan preman yang disewa Maya itu tanpa bantuan orang lain bukan?" ujar Bu Hasnah memberi pertimbangan.Arya pun manggut-manggut mendengar penuturan ibunya itu, karena bagaimana pun juga, yang sudah jelas-jelas melumpuhkan Arif
"Andre? Kamu?" Bibir Arya mendadak kelu saat mengucap nama mantan adik iparnya yang baru saja datang, diikuti sosok Mira yang berjalan cepat di belakangnya.Saat melihat sosok Maya dan tukang pukulnya sedang menganiaya sang kakak, gadis itu pun sontak berteriak marah."Lepaskan Mas Arya! Lepaskan!" seru Mira sambil memukuli tubuh Bimo, orang suruhan Maya yang tengah membetot tubuh Arya dengan keras hingga lelaki itu kesulitan bernapas."Ya! Lepaskan dia! Atau terima ini!" seru Andre sambil melayangkan tinju ke arah pelipis Bimo lalu berusaha membuka cengkeraman tukang pukul Maya itu dengan keras.Namun, ternyata cengkeraman tangan orang suruhan Maya itu lumayan kuat hingga tak mudah dilepaskan begitu saja.Sementara itu, melihat kedatangan Andre bersama Mira, sontak Bu Hasnah dan Arya pun merasa kaget, bagaimana bisa Andre datang bersama Mira. Benarkah ada sesuatu di antara mereka selama ini?Tapi tak urung mereka juga merasa lega, karena kedatangan adik Ana itu memunculkan harapan u
Laki-laki itu kemudian mendekati Maya dan sekali sentak, cengkeraman Maya di mulut Mira pun terlepas.Sama seperti algojonya, tubuh Maya pun kemudian didorong dengan keras oleh Andre hingga terjerembab di atas lantai di dekat tubuh Bimo terkapar.Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Mira begitu saja. Dicekalnya tangan Maya dengan kuat lalu diseretnya dengan paksa menuju pintu keluar. Maya yang sudah dalam keadaan tak berdaya pun terpaksa menuruti. Keluar dari rumah Bu Hasnah meski tak terima diusir paksa dari rumah itu.Begitu pun Andre yang juga mendorong tubuh Bimo hingga akhirnya lelaki itu keluar rumah juga dengan wajah meringis dan kesal."Pergi kalian, dan jangan pernah kembali lagi! Dengar itu!" seru Mira pada Maya dan Bimo yang tampak mengomel panjang pendek tak terima dipaksa meninggalkan rumah Bu Hasnah tanpa hasil apa-apa.Namun, karena sudah kalah menghadapi Andre, terpaksa keduanya pergi.Tapi sebelum pergi, Maya masih sempat melontarkan ancaman."Awas kalian ya! Aku ngg
"Bu, apa ibu benar-benar merestui Mira dan Andre menikah?" tanya Arya tak percaya saat akhirnya Andre pamit pulang, setelah mereka ngobrol beberapa saat lamanya usai lelaki muda itu membantu mereka mengusir Maya dan tukang pukulnya dari rumah mereka.Sementara Mira pamit masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.Bu Hasnah mengangguk lalu tersenyum lebar."Tentu saja ibu merestui, Ya. Kamu sadar nggak, Andre itu siapa? Adik Ana bukan? Nah, kalau Mira dan Andre menikah, bukankah hubungan kalian bisa menjadi dekat kembali dengan keluarga Pak Baskoro? Ingat kamu saat ini sedang mengincar putrinya bukan untuk jadi istrimu? Jadi, jalinlah hubungan yang baik dan dekat lagi dengan keluarga mereka, karena hanya itu satu-satunya cara supaya kalian bisa saling mengenal dengan baik dan bisa membuka peluang lebih lebar nantinya untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih tinggi.Ingat, Ya. Segala sesuatu itu harus diperjuangkan, termasuk perasaan kamu sama putri Pak Baskoro. Oh ya, omong-omon
"Nggak ah. Aku udah janjian sama Riky soalnya.""Janjian sama Riky? Janjian apa? Kok kamu bisa kontekan sama dia?" Lisa merasa penasaran.Linda pun kembali tertawa."Nggak lah. Aku cuma godain kamu aja. Serius amat. Tapi beneran, aku pengen ketemu cowok itu lagi rasanya. Jago banget ilmu bela dirinya. Moga aja entar ketemu lagi. Oh ya, soal si Arya, omong aja baik-baik kalau kamu nggak bisa jalan sama dia. Kalau kamu kasih harapan dan nggak tegas, bisa-bisa dia salah mengartikan dan terus gangguin kamu," sahut Linda dengan bijak.Lisa pun tercenung, memikirkan kebenaran pada kata-kata adiknya.Ia kemudian mengambil kembali ponselnya dan hendak menulis pesan balasan tetapi urung saat dari arah pintu kamar mereka sosok sepupu mereka, Mitha masuk dengan wajah mengernyit."Kalian lagi ngomongin apa sih? Heboh banget?" tanya Mitha sambil duduk di tepian ranjang tempat Lisa dan Linda tengah bermalas-malasan."Ini Mit, si Lisa ada yang ngajak jalan. Dia nggak mau, tapi bukannya jujur nggak m
"Kamu kenal, Nu?" Mitha membulatkan matanya saat mendengar Wisnu menyebut nama Arya dengan keras.Laki-laki yang pernah dekat dengannya beberapa bulan yang lalu itu, benarkah Arya mengenalnya?Ditanya demikian, Arya pun menghela nafasnya panjang. Bingung hendak mengakui atau tidak, jika ia memang mengenal pria itu. Mantan suami calon istrinya. Bagaimanapun masa lalu seorang Ana, harusnya bisa dijaga dengan baik agar martabat wanita itu tak direndahkan oleh keluarganya nanti.Tapi apa daya, Arya yang don Juan, tak pernah berhenti membuat ulah, menggoda para wanita yang ditemuinya, termasuk sepupunya dan sepertinya saat ini adiknyalah yang sedang digoda pria itu.Benar-benar keterlaluan.Namun, tak ada jalan selain jujur mungkin. Bagaimanapun kelak mereka pasti akan tahu kalau Arya adalah bekas suami dari calon istri yang sebentar lagi akan ia nikahi itu."Aku ... aku memang kenal dia. Dia sebenarnya adalah mantan suami ... Ana ...," jawab Wisnu pada akhirnya jujur.Mendengar jawaban
"Ya, sudah kalau begitu. Yang penting kita sudah tahu kalau laki-laki itu adalah mantan suami Ana. Jadi, kalian tolong jaga sikap di depan Ana ya. Jangan sampai kalian keceplosan ngomongin dia sebab bagaimana pun mereka dulu pernah punya hubungan suami istri dan aku rasa karena Ana juga punya anak dari Arya, sekali waktu pasti bertemu juga sebab dia adalah ayah dari putri Ana," ujar Mitha pula.Wisnu menganggukkan kepalanya mendengar perkataan sepupunya."Benar. Aku cuma kasihan sama Ana, punya mantan suami yang ... kalian tahu sendirilah. Jadi, mas mohon kalian nggak usah ngomongin Arya di depan Ana ya. Dan kamu Mitha, kamu juga nggak usah nyinggung-nyinggung soal Arya ya di depan Ana. Siapa tahu aja kan kalian keceplosan. Aku nggak tega aja lihat Ana tertekan. Soalnya aku juga kadang keceplosan ngomongin Arya di depan dia dan dia kelihatan sedih dan nggak suka," sahut Wisnu akhirnya.Mitha dan kedua adiknya pun manggut-manggut. Tentu saja mereka mengerti apa yang Ana rasakan saat ma
Arya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 23.00 WIB, sepertinya sudah cukup larut baginya untuk meneruskan niatnya jalan-jalan keliling kota.Itu sebabnya, usai menghabiskan sepiring sate Padang dan segelas wedang jahe hangat pesanannya, bergegas ia kembali menuju mobilnya dan bergerak pulang ke rumah.Ini memang kali pertama ia keluar rumah malam-malam begini setelah sebelumnya ia hampir tak pernah keluar malam lagi, akibat kecelakaan yang menimpanya kemarin, pun karena sudah tak memiliki kendaraan roda empat lagi.Namun, malam ini setelah roda empatnya kembali, ia mencoba untuk keliling kota kembali menuntaskan rasa rindunya pada hobinya dulu, mencari kuliner pinggir jalan seperti dulu.Arya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah sekian lama tak lagi memegang setir mobil, ia memang cukup kagok mengoperasikannya. Apalagi setelah mobilnya sekarang dirasanya sudah tak lagi senyaman dulu. Jadilah, ia menyetir dengan pelan karena takut terjadi hal-hal