Share

127

“Di mana bayiku?” Itu yang pertama kali ditanyakan Tania saat ia bangun dari pengaruh obat bius.

Aku berusaha memberikan senyum terindahku padanya, meski mataku terus saja meneteskan bening yang sungguh tak dapat lagi kutahan.

“Terima kasih sudah bangun, Tania. Aku takut sekali tadi.”

Seorang perawat yang sedang mengganti botol infus Tania melirik padaku sambil tersenyum.

“Bu Tania tadi hanya dalam pengaruh obat bius, Pak,” ucap si perawat. Sepertinya ia merasa heran dengan kekhawatiranku yang mungkin menurutnya berlebihan.

Aku mengangguk. Kurasa memang tak ada seorang pun yang mampu memahami apa yang ada di dalam hatiku saat ini.

“Di mana bayiku?” Tania mengulang pertanyaannya.

“Dia di inkubator, Sayang. Dia baik-baik saja, kamu tak perlu mengkhawatirkannya. Dia hanya masih perlu berada di sana karena terlahir prematur.”

“Mas sudah melihatnya?” Tania kembali menggumam, sedikit terbata-bata.

Aku mengangguk.

“Sudah. Terima kasih sudah melahirkannya ke dunia ini.” Kucium punggung tangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status