Share

Permintaan Dokter Ibrahim

Aku kembali duduk dengan resah, menunggu paramedis juga dokter keluar dan memberi kabar baik tentang Kanaya. Pun dengan Dokter Ibrahim yang mulai tampak gelisah. Ekor mataku terus saja meliriknya, yang sedang berkomat-kamit merapalkan doa serta memegang tasbih digital ditangan kanannya.

Lampu indikator padam, pertanda tindakan di ruang operasi sudah selesai, dan pasien akan segera dipindahkan ke ruang pemulihan. Tanpa terasa sekitar satu jam aku menunggu dengan rasa cemas dan tidak henti-hentinya merapalkan doa yang kubisa.

Hati ini kian mencelos melihat tubuh Kanaya tergolek lemah dengan selang oksigen di hidung juga kabel elektroda di bagian dada dan ditutup kain oleh perawat.

“Setelah ini pakaikan dia hijab, Dok. Dia tidak terbiasa membuka aurat!” perintah pria dengan gelar spesialis dokter kejiwaan itu dengan mata sudah dipenuhi kaca-kaca.

“Baik, Pak!” suster menyahut seraya mendorong brankar masuk ke dalam ruangan intensive care unit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arifrahman
gimana mau bersama nay,dilan, sedang kamu kukuh dengan keyakinan mu,kalau cinta ya harus rela berkorban,,ikuti Kanaya..masak 13 THN hanya mandang saja.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status