Share

183. Kebencian yang Kembali Muncul

Fea merasa ada sentuhan di tangannya. Dia membuka mata dan mengangkat wajahnya. Arfen memandang padanya dengan wajah sedikit pucat.

"Hei, Sayang ... Sudah bangun?" Fea menegakkan badan.

"Mau minum." Arfen terbangun dan merasa haus. 

Fea mengambil gelas, menuang dengan air dan memberi Arfen minum. Bocah itu meneguk isi gelas hingga setengah. Fea memegang dahi Arfen, sudah tidak sepanas semalam. 

"Perut kamu masih sakit?" tanya Fea.

"Sedikit. Aku mau es krim, Mama," kata Arfen.

"Tidak bisa, Sayang. Arfen harus sembuh dulu, baru bisa makan es krim." Fea mengusap rambut dan kening Arfen lembut.

"Kalau susu?" tanya Arfen.

"Belum bisa juga." Fea menggeleng.

"Aku mau sembuh, Mama." Mata Arfen berkaca-kaca.

"Tentu, Arfen akan segera sembuh. Ini sudah tidak panas, sakit perut tinggal sedikit. Pasti segera sembuh. Ya?" Fea tersenyum.

Arfen mengangguk. Lalu dia bertanya, "Aku ga sekolah juga?"

Fea men

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status