Share

48. Enam Pengawal Raja

“Oh, jadi kini Raja kalian ingin menahanku?” seru Aruna sembari terus waspada. Sampai detik ini ia belum memasang kuda-kuda. Reaksi dari keenam pengawal raja berikutnya akan bertindak sebagai pemantik.

“Maaf, Gusti Pangeran. Mohon untuk kembali ke dalam! Sungguh kami tak ingin melukai Gusti,” ucap Pitaka seolah pemuda yang ia panggil pangeran adalah orang lemah yang perlawanannya tak berarti.

“Tutup mulutmu!”

Amarah Aruna sudah tiba pada batasnya. Teriakannya seraya mengacungkan ujung toya dianggap sebagai pertanda, bahwa pertarungan akan pecah tak lama lagi. Senggurat merah dan jingga tiba-tiba muncul entah dari mana. Otot-otot di lengan dan kaki pemuda itu kini sudah dibaluri api.

Keenam Pengawal Raja segera memasang kuda-kuda. Satu persatu mereka mencabut dan menghunuskan senjata. Pendekar setangguh apa pun akan berpikir beberapa kali sebelum melawan putra Ksatria Cundhamani yang tersohor. Meski beranggapan Aruna tak akan lebih hebat dari ayahandanya, tetap saja kekuatan api yang d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status