Share

Di Atas Angin

TAK ada pedang, maka Kridapala kini musti menyerang dengan tangan kosong. Dengan diri sepenuhnya dikuasai amarah membara, bekas bekel Panjalu itu mengerahkan tenaga dalam ketika mengirim pukulan.

Suara menderu dahsyat mengiringi datangnya serangan Kridapala. Kepalan tangan lelaki paruh baya itu seolah berubah menjadi sebongkah batu besar yang gerakannya menimbulkan gemuruh ribut.

"Remuk dadamu!" bentak Kridapala manakala tinjunya tinggal sejengkal lagi mengenai sasaran.

Tumanggala bukannya sengaja berdiam diri dan rela dadanya kena hantam. Ia tadi tengah mengamati rakit gedebog pisang. Entah sejak kapan benda tersebut sudah berada agak jauh dari sampan.

Dyah Wedasri masih berada di atas rakit sederhana itu. Tampak tengah duduk dengan kedua kaki terlipat di depan tubuh. Sementara kedua belah telapak tangan bersiap menutupi wajah.

Beruntung saat itu mereka berada di satu bagian sungai yang lurus lagi dalam airnya. Tak ada batu-batu besar yang bertonjolan pada permukaan, sehingga Tumangg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status