Share

42. Kemarahan Serena

Dengan menggunakan taksi, Leina pulang sendirian ke rumah. Sepanjang perjalanan, perasaannya tidak enak. Entah mengapa— dia seolah akan menjauh dari Arsen.

Dia mengenang sejak awal bertemu dengan Arsen. Karena hal tersebut, bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Meskipun pria itu sangat menyebalkan, tetap saja— dia begitu baik.

Tiga tahun yang lalu, ketika dia baru lulus SMA, dia mendapat kabar kematian sang ayah akibat kecelakaan mobil. Dia tak punya sanak keluarga lain, tak punya kerabat dekat.

Setelah acara pemakaman, dia tidak mau pulang ke rumah— memilih pergi ke taman kota, dan menghabiskan waktu dengan duduk di ayunan berjam-jam.

Hari sudah semakin gelap, tapi Leina masih tetap di situ, sendirian— tertunduk dan menangis. Rok yang dia pakai sebagian basah oleh air matanya sendiri. Kematian sang ayah terlalu mengejutkan.

"Papa ..." gumamnya lirih.

Tak berselang lama, ada kelompok pemuda berandalan berjumlah lima orang datang menghampiri ayunan itu.

"Hei, cantik," sapa salah satu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status