Share

Bab 3

Malam Pertama Izzah dan Alif

Pukul sepuluh malam, Izzah masuk terlebih dahulu ke kamarnya, yang kini telah diubah menjadi kamar pengantin. Aneka hiasan dengan lampu temaram dan bunga mawar yang berserak rapi, sesungguhnya menimbulkan suasana yang romantis bagi pasangan pengantin baru yang tengah di mabuk cinta. Namun berbeda dengan apa yang kini di rasakan Izzah, justru dia sedikit risih dengan semua itu.

Gegas dia membersihkan diri kemudian melaksanakan salat isya, tanpa menunggu imam barunya yang masih menemani keluarganya di luar itu. Setelah itu, dia segera membaringkan tubuhnya di ranjang.  Pikirannya kini tengah berkecamuk, bertolak belakang antara hati dan pikirannya.

Hatinya mengingingkan dia untuk menolak malam pertama ini, namun pikirannya berkata meski bagaimanapun keadaanya, Alif kini telah secara sah menjadi imamnya, yang tentunya sangat berhak mendapatkan jatah malam pertama ini darinya.

Baru saja dia ingin memejamkan mata, pria yang baru saja menghalalkannya itu, telah masuk dan mengunci pintu. Gegas Izzah duduk dan memakai hijabnya. 

Sementara Alif, sama sekali tak menoleh pada Izzah. Apa yang dirasakan Izzah, juga dirasakan olehnya. Perasaan kikuk dan tak enak karena berada di dalam kamar dengan seorang gadis cantik, meski kini telah sah menjadi istrinya.

Setelah membersihkan diri, Alif kemudian duduk di sofa panjang yang ada di dalam kamar itu, dia segera memejamkan mata tanpa menoleh sedikitpun pada Izzah yang tetap duduk di pinggir ranjang.

Izzah merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini, sampai kapan mereka akan terus diam satu-sama lain seperti ini. Dan bukankah pernikahan ini harusnya menjadi pernikahan pertama dan terakhir untuknya, jadi untuk saat ini, Izzah akan berusaha mencairkan suasana.

"Mas, apa kamu sudah makan?" ujar Izzah lirih.

Ada sedikit desir yang tak bisa dipungkiri oleh Alif, tatkala mendengar ucapan Izzah itu. Dia juga tak menyangka, bahwa gadis yang kelihatannya kalem itu, ternyata berani mengajaknya bicara duluan.

"Aku sudah makan tadi," jawab Alif singkat tanpa menoleh pada Izzah.

Mendengar jawaban dari suaminya itu, membuat Izzah bingung harus bertanya apa lagi untuk mencairkan suasana. Beberapa saat keduanya kembali terdiam. Hingga kemudian Izzah memantapkan hatinya, untuk menawarkan diri pada suaminya itu. Bukankah jika seorang istri menawarkan atau meminta duluan akan mendapat pahala yang besar?

"Mas apa malam ini kamu tak menginginkanku?" tanya Izzah yang kini telah berdiri di samping Alif.

Seharusnya sebagai seorang pria yang normal, Alif tentu akan langsung mengiyakan tawaran gadis secantik istrinya itu. Namun dia tak ingin melakukan hal itu tanpa didasari oleh rasa cinta, sesungguhnya dia juga tahu, bahwa Izza juga terpaksa menjalankan pernikahan ini.

"Duduklah di sini, tenang saja aku tak akan melakukan hal itu hingga kita berdua benar-benar merasakan cinta, saat itulah kita baru akan melaksanakan malam pertama ini," ucap Alif tanpa memandang wajah Izzah.

Demi mendengar ucapan suaminya itu, Izzah langsung tersenyum lega, "terima kasih atas pengertiannya Mas. Aku tahu saat ini kita sama-sama terjebak dalam perjodohan ini. Namun aku memberi kebebasan padamu, jika sekarang kamu ingin kita mengakhiri semua ini," ucap Izzah.

"Tidak, aku bukan lelaki pengecut, yang lari sebelum berperang, yang pasti juga aku akan menjalankan amanat dari Bapakku dan Papamu. Sudah sekarang kamu tidur saja Dek, aku tak janji tak akan mengganggumu," ujar Alif.

Izzah terdiam beberapa saat, memang dia suka dengan sikap Alif yang menghargainya. Namun jika besok Papanya melihat ada kecanggungan darinya dan Alif, pasti beliau akan kecewa, mengingat Papanya juga sangat ingin segera memiliki cucu. Sebuah ide terlintas dibenaknya, dan segera diungkapkan pada Alif.

"Mas, aku boleh meminta satu hal padamu?" tanya Izzah.

"Ya, katakan saja, jika aku bisa, maka akan kukabulkan, dan begitu juga sebaliknya."

"Aku ingin saat di depan orang lain, kita terlihat mesra seperti suami istri yang telah menikah umumnya. Agar orang tua kita, terutama Papaku, menjadi yakin kita bahagia dengan perjodohan ini. Bagaimana ?" tanya Izzah.

"Oke aku setuju dengan hal itu. Tapi apa kamu nggak marah jika mungkin nanti di depan orang-orang kamu kugandeng atau kupeluk?" ucap Alif yang kini telah menoleh kepada istrinya itu.

"Emmm...nggak apa-apa deh, Mas. Toh kita ini kan pasangan halal. Untuk awal anggap saja kita ini teman dekat atau sahabat," ucap Izzah sambil tersenyum.

"Oke-oke siap Dek. Semoga semua berjalan sesuai rencana kita. Ya sudah sana kamu pindah, aku ngantuk banget nih!" ujar Alif yang mulai tak canggung lagi.

"Iya...iya, pakai ngusir segala! Ingat loh ya, kamu nggak boleh macam-macam dulu!," ucap Izzah sambil mulai berbaring di kamar.

"Hemmm...aku itu laki-laki baik-baik nggak gampang tergoda oleh wanita. Ya sudah jangan ngajak ngomong lagi, ngantuk nih aku!" Alif kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Izzah tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Dia senang ternyata Alif orangnya baik dan sopan, jauh dari perkiraannya kemarin. Hal ini tentunya akan membuat Izzah menjadi lebih nyaman menjalani kehidupan kedepannya itu.

Sementara itu, disebuah rumah kecil yang kotor, Bu Citra dan anak-anaknya kini mulai mengemasi pakaian mereka. Dengan percaya diri, mereka yakin bahwa mulai besok Izzah akan mengajaknya pindah kerumah bak istana itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Risnawati
bagus jalan ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status