Seorang pelayan yang masuk ke dalam membawa sebuah nampan berisi makanan yang Esther yakin berisi sarapan. Tetapi jumlahnya yang lumayan banyak seperti disiapkan bukan hanya untuk Gaara seorang.“Letakan saja di meja,” kata Gaara pada pelayannya dan orang itu langsung melakukan apa yang Gaara perintahkan, lalu undur diri.Begitu si pelayan hendak pergi, Esther mengambil kesempatan itu untuk ikut pamit pula. Tetapi Gaara dengan refleksnya yang bagus langsung menangkap tangannya sehingga Esther telah terjebak. “Mau kemana?”“Aku rasa aku mau pulang saja.”“Isi dulu perutmu, baru kau kuizinkan pulang.”“Aku tidak lapar, lagipula—” kata-kata Esther terhenti lantaran suara yang keluar dari perutnya jauh lebih nyaring. Esther menutup matanya dan memandang pada Gaara yang kala itu sudah menaikan alisnya.“Sarapan dulu,” katanya dan nada bicaranya yang otoriter tersebut sudah jelas tidak bisa lagi Esther bantah. Lagipula dia tidak bisa beralasan lagi karena perutnya yang keroncongan tidak bis
Hal pertama yang Nelsy sadari begitu dia terjaga adalah fakta bahwa dia saat ini berada sebuah ruangan yang bukan miliknya. Rasa pegal dan kaku diseluruh badan menyusul setelah itu, terutama di bagian lehernya. Butuh waktu sepersekian detik hingga dia bisa memanggil seluruh ingatan di kepala, terutama untuk kejadian yang baru saja dia alami semalam.Nelsy merenggangkan seluruh tubuhnya seperti seekor kucing sebelum mulai berdiri dari sofa yang dia tempati semalaman sambil menguap lebar. Aksi yang dia lakukan setelah itu adalah mendekati ranjang yang tidak jauh dari posisinya. Disana sudah terbaring seorang pria yang adalah sang pemilik kamar ini sekaligus orang yang sudah menduduki posisi paling menyebalkan bagi Nelsy.Vinson.Nelsy menghela napas, tanpa sadar jemarinya menyingkirkan rambut yang menutupi wajah dahi sang pemuda. Sejujurnya jika dilihat diposisi ini, Vinson sangat polos dan terlihat seperti pria baik yang bijaksana, dia nampak jauh lebih mudah dicintai dengan tampangnya
“Hey!” seru Esther kencang melawan deru hujan disekitar mereka. Sebab Gaara tiba-tiba saja terbangun dan menarik Esther ke dalam pelukannya.Sebelum Esther bisa mengucapkan apa-apa lagi, Gaara mendorong Esther hingga punggung gadis itu menempel ke mobil, kemudian tanpa ba bi bu pria itu langsung melumat bibir Esther secara serampangan.“!” Esther terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi diantara mereka berdua. Tubuhnya membeku, tetapi tanpa sadar gadis itu mengerang ketika lidah Gaara bergerak membuka bibirnya. Tindakan pria itu membuat Esther dapat mengecap rasa alkohol beserta rasa dari makanan yang mereka makan.Mula-mula memang Esther terlalu terkejut untuk bisa menghentikan Gaara, tetapi beberapa saat kemudian dia sudah tidak peduli lagi soal benar dan salah. Gelombang gairah yang memabukan terlalu membutakan buatnya, menerpa hingga dia tidak bisa berpikir secara rasional.‘Sial, oh Tuhan … ciuman pertamaku’ sisi dalam pikirannya berteriak. Tidak pernah terbayangkan sediki
Gaara terbangun dalam kondisi kepala serasa mau pecah. Pemuda itu mengerang seraya menahan rasa sakit yang menusuk di kepala. Sambil menggertakan gigi, Gaara turun dari ranjang dan menyadari secara misterius dia telah mengenakan piyama. Dia sudah tidak ingat lagi apa yang dia kenakan semalam, dan peduli setan siapa yang mengganti pakaiannya.Dengan malas-malasan Gaara menyeret langkahnya menuju ke bawah, berharap dapat menemukan aspirin untuk mengurangi rasa sakit yang makin menjadi-jadi. Rasa kesal kian menjadi-jadi ketika dia tidak menemukan siapapun yang dapat dia suruh untuk mengambilkannya benda itu.“Kemana para bedebah itu berada saat aku membutuhkan mereka?” rutuk Gaara masih menyeret langkahnya yang gontai sepanjang jalan.Ketika dia memasuki dapur, seluruh kekesalannya sirna seketika berganti dengan kebingungan tatkala mendapati sosok seorang gadis yang tidak dia kenal. Perempuan itu sedang memunggunginya, sehingga Gaara tidak bisa melihat bagaimana wajahnya. Hanya saja berk
Satu jam kemudian, Esther benar-benar lelah secara batin. Jika saja dia dirumahnya sendiri dia mungkin sudah melakukan apa saja untuk menyalurkan rasa frustasi berlebih yang kini sedang dia rasakan. Gaara Maxwell, benar-benar tidak bercanda ketika dia bilang bahwa pengetahuannya di bidang kuliner adalah nol besar.Mulai dari hal sesederhana memecahkan telur saja, pria itu malah berakhir meremukannya tanpa ampun. Esther sebelumnya juga yakin mewanti-wanti lelaki itu memasukan dua sendok baking soda ke dalam adonan mereka. Tetapi yang terjadi dia malah memasukan baking soda tersebut sesuka hatinya. Seakan belum cukup atas kekacauan yang dia buat, sekarang Gaara malah memprotes bentuk dari kue yang harus mereka buat.“Temanya kan paskah, Gaara. Jadi tentu saja kita harus membuat bentuk kelinci agar sesuai dengan tema,” jelas Esther lemah. Dia sudah kehilangan banyak tenaga untuk membereskan setiap kekacauan yang Gaara buat selama proses memasak.“Kau pasti bercanda, memangnya kau percaya
Teriakan yang begitu familiar segera saja langsung mengagetkan mereka berdua. Gaara langsung tersentak ke belakang, sementara Esther langsung mengambil kesempatan untuk menutupi dadanya dan beranjak turun dari meja dapur untuk menjauhkan dirinya dari si tuan mdua. Rasa kaget bercampur malu menjadi satu dalam diri Esther. Dia sangat takut Stella bisa melihat bekas mulut Gaara yang mengulum dadanya tadi.Esther melirik ke arah Gaara, ekspresi pria itu bisa dibilang terlihat geram lantaran kesenangannya harus diganggu secara paksa oleh seseorang. Dia melempar pandangan tajam ke arah asistennya yang sudah berdiri tidak jauh dari mereka.“Tunggu dulu, jangan marah padaku begitu. Tuan Gaara. Aku sengaja berteriak karena jika tidak, kau mungkin tidak akan menyadari bahwa temanmu sejak tadi sudah menunggu di depan dapur,” tutur Stella santai.Lalu seakan diberi aba-aba orang yang dimaksud teman oleh Stella muncul dari balik badannya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada dia memasang sen
Seorang gadis dengan rambut brunette-nya berada dalam posisi duduk di sebrangnya. Kedua kakinya yang jenjang tersilang, mengekspos keindahannya. Sementara tangan kirinya sibuk mengetikan sesuatu pada ponselnya dengan tangan kanan yang memegang sebuah rokok. Sesekali gadis itu menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara dengan santai. Sesekali dia juga melemparkan senyuman menggoda ke arahnya.Nara menghembuskan napas jengkel, sejujurnya dia juga sangat ingin merokok sekarang tetapi dia masih punya otak untuk tidak melakukan hal itu di dalam ruangan. Hal yang lebih buruk baginya adalah berada dalam situasi menunggu dengan hanya berdua saja dengan gadis itu disana. Entah kebetulan atau bagaimana tetapi yang pasti Nara bisa menebak bahwa perempuan itu punya urusan yang sama dengannya.“Siapa namamu?” tiba-tiba saja perempuan itu mengajaknya bicara, sepertinya dia sudah bosan dengan ponselnya dan memilih fokus dengan dunia nyata.Nara hanya melirik sebentar sebelum akhirnya mem
Esther menemukan dua orang sedang bercumbu mesra di atas tempat tidur. Vinson (orang yang paling tidak ingin dilihatnya) sibuk melumat bibir seorang mahasiswi yang beberapa saat lalu baru saja masuk ke kelas bersamaan dengan Nara. Sebelah tangan Vinson menahan kepala gadis itu, sementara tangannya yang lain berada di dalam roknya. Ciuman itu tampak penuh gairah dan hasrat sehingga mereka nyaris tidak menyadari keberadaan Esther yang berdiri shock disana seperti orang bodoh.Esther yang menyadari bahwa mereka belum tahu keberadaannya langsung mengambil seribu langkah hendak pergi sebelum akhirnya dia mendengar suara Vinson dari balik bahunya. “Lihat siapa yang mengintip kita, apa kau menginginkannya juga Esther?”Sadar bahwa pria itu tidak akan melepaskannya, pada akhirnya meski masih dalam kondisi kaget bercampur malu Esther menghadap pria itu dan memandang nyalang kepadanya. “Bukannya kau berpacaran dengan Nelsy?” balas gadis itu.Sebetulnya itu bukan urusannya, hanya saja dia kesal