Share

164. Pargoy bagian B.

"E-eh, Bu Usman! Jangan diangkat, biarkan ibu mertuaku belajar untuk mengangkatnya." Sontak aku memekik saat melihat bu Usman hendak mengusap logo gagang telepon yang sedang meloncat-loncat itu. Bu Usman sontak menghentikan jarinya sebelum mengenai layar HP lalu menatap ke arahku.

"Sini!" Aku segera meraih ponsel ibu dari genggaman Bu Usman lalu menyodorkan pada ibu.

"Usap keatas tanda gagang telepon yang loncat-loncat itu, Bu!" titahku dengan sedikit suara yang meninggi. Aku takut keburu mati panggilannya.

Ibu segera mengusapnya ke atas dengan telunjuknya dan muncul wajah mas Rahman, suamiku tercinta.

"Assalamualaikum, Ibu," sapanya dengan tersenyum pada ibunya.

"Rahman," panggilnya. Terlihat gurat kerinduan di binar matanya memandang suamiku. Kata emak, mau sedewasa apapun seorang anak, tapi dimata ibunya dia adalah tetap anak kecil. Perihal menyayangi, maka hanya seorang ibu-lah pemilik cinta yang tulus tanpa syarat.

"Ibu, sehat-kan?" tanya suamiku. Ibu yang duduk dihadapanku s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status