Share

163. Pargoy bagian A.

Aku terkejut melihat apa yang keduanya lakukan. Bayangkan saja, di usia mereka yang sudah senja masih bisa berlaku layaknya anak tujuh belas tahun, bahkan Aisyah yang usianya masih muda saja, tak pernah melakukan hal seperti itu.

Untung saja nampan yang ada di tanganku tak terlepas meski aku shock dengan apa yang barusan aku lihat.

Astaghfirullah haladzim, Astaghfirullah, Astaghfirullah. Aku coba menenangkan diri dengan melafalkan istighfar beberapa kali.

"Sini! Mala, ikutan," ucap ibu dengan tetap bergoyang, tak ada rasa malu atau apapun di raut wajahnya padahal aku merapalkan istighfar dengan suara yang keras.

"Anggap aja senam, biar kita keringetan," sahut bu Usman. What, senam? Hahaha, pintar ngelesnya sungguh luar biasa.

Aku bingung bagaimana caranya untuk mencegah ibu dan bu Usman, akhirnya aku putuskan menelpon Ria, tapi ponselnya mati. Ria pasti sedang bekerja di jam seperti ini. Aku coba menekan nomor mas Rahman, cuma berdering lalu mati pula.

Akhirnya aku buka video dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status