Share

46. Ternyata Kaya

Hingga hari ketika pertemuan itu tiba, aku memakai jurus berbagai macam alasan supaya bisa kabur.

"Aku mules, nggak bisa ketemu hari ini. Duh, kapan-kapan aja ya."

Roan langsung mengeluarkan obat diapet, diare mampet.

"Badanku rasanya nggak enak," alasanku yang lain.

Roan mendatangkan dokter.

"Kakiku sakit."

Roan membelikan kursi roda.

"Aku pingin makan cilok."

"Eh, apa?"

"Cilok."

Tak lama kemudian segerobak cilok datang.

Aku sungguh tidak ada alasan lagi, Roan menyeretku yang kaku seperti tiang listrik. Sebelumnya dia mendadaniku hingga mengucir rambutku.

"Jangan bertemu di tempat umum," kataku.

Kami berada di mobil, melihat kanan kiri, siapa tahu ada jalan untuk kabur. Aku belum siap bertemu ayah kandungku yang suka buang benih sembarangan. Hanya karena dia ayahku, bukan berarti kami harus bertemu 'kan?

Tapi Roan bilang nanti bingung nasabnya, tidak mau anak kita sampai menikah dengan sepupunya sendiri atau lebih parah dari itu. Maka asal usulku dari pihak ayah harus jela
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status