"Om tampan, Om tampan bilang kita mau jalan-jalan."
Semuanya terdiam memastikan apa yang Reza katakan dalam tidurnya.Suara parau itu terdengar memanggil-manggil nama Aland dengan sebutan Om tampan.Semuanya terperangah, bagaimana bisa Reza sampai terbawa mimpi dengan janji Aland yang belum di penuhi."Om tampan? Bagaimana Reza bisa mengatakan itu, Kiara?" ujar Kezia, tapi Kiara hanya mengangkat bahunya.Semuanya sesaat saling pandang satu sama lain. Anak yang meringkuk terlihat damai dalam tidurnya tapi kenapa Aland yang dia sebut.Bukan ibunya atau ayahnya, atau mungkin yang lainnya."Sepertinya Reza rindu dengan Nak Aland. Dia sampai membawanya ke dalam tidurnya." Meraka melihat sendiri betapa sayangnya Reza pada direktur muda itu. Pak Susanto mulai bersuara.Tapi Kiara menepis, dia berfikir hanya kebetulan saja Reza mengigau dan memanggil namanya.Itu pun Karana janji Aland yang belum terpenuhi makMata Kezia membulat sempurna dengan mulut membuka saat melihat isi dalam amplop tersebut yang ternyata selembar kertas putih.Dadanya terasa sesak seketika bahkan tak bisa bicara, suaranya seperti tercekat sulit untuk di keluarkan."Kak, apa isinya?" Namun Kezia hanya diam. Penasaran dengan apa isinya, Kiara lalu merebut kertas itu dan membaca isinya.Degh!Sama halnya dengan Kezia, Kiara pun terkejut karena ternyata kakak iparnya itu benar-benar ..."Astaga! Jadi Mas Satya ..." Kiara terkejut."Mas Satya benar-benar menceraikan aku, Kiara. Dia mengirimkan surat cerai ini untuk aku tanda tangani!"Mata Kezia spontan berkaca-kaca, tak menyangka kalau ternyata suaminya benar-benar melayangkan gugatan cerai.Padahal dia mengira kalau Satya hanya menggertak. Sementara tinggal di rumah orang tuanya, Kezia berharap Satya sadar dan mau memperbaiki hubungannya.Tetapi ternyata harapan itu musnah seiring datangn
"Selamat pagi, Pak Aland." "Kiara, hari ini kamu berangkat? Memangnya kakimu sudah tidak sakit?" Kiara menggeleng cepat.Walau masih terasa sedikit sakit tapi dia paksakan untuk berangkat karena tugasnya dan tidak enak terhadap Sinta yang bolak-balik mengantar file untuknya."Oh iya Pak, siang nanti aku minta izin sebentar untuk ..." Aland memicingkan matanya. Kiara sendiri ragu mengatakannya pada Aland karena sudah bisa di pastikan kalau CEO itu akan melarangnya."Untuk mengantar surat cerai Kak Kezia pada Mas Satya!" Aland memutarkan bola matanya.Kiara ke tempat Satya? Apa ini tidak terdengar bodoh jika Aland membiarkannya begitu saja.Mana mungkin dia membiarkan Kiara pergi ke tempat mantannya walau tujuannya hanya untuk mengantarkan surat cerai kakaknya."Kamu ke rumah Satya? Kenapa harus kamu? Kenapa tidak minta kurir atau pos untuk mengantarnya?""So-soalnya, em ...""Aland ...!" Belum sempat Ki
Mau tidak mau Kiara masuk ke dalam mobilnya Aland."Kamu pikir aku akan membiarkan kesana sendirian?""Aku pikir Pak Aland lama pergi dengan Dista." Kiara mengatakan itu tanpa senyum sedikitpun."Kenapa? Kamu cemburu?""Hah? Cemburu? Untuk apa aku cemburu. Lagi pula Pak Aland bukan siapa-siapaku!" Sesaat mereka terdiam.Membayangkan ketika Dista memeluk Kiara enggan untuk banyak bicara, apalagi wangi gadis itu masih menempel di tubuh Aland sampai saat ini dan itu sukses membuatnya kesal.Aland tau kalau Kiara sedang kesal, maka bicara banyak terdapatnya pun rasanya percuma. Tidak akan ada habisnya.Sampai di kediaman Satya dimana rumah terlihat sepi tanpa penghuni."Pak Aland, mau ikut gurun?" Walau sudah di peringatkan berkali-kali untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan bapak tapi sepertinya lidah Kiara sudah terbiasa memanggilnya itu.Aland menggeleng, menolak untuk turun. Dia lebih memilih menung
"Sejak pertama bertemu denganmu memang aku sangat benci. Tapi seiring berjalannya waktu, aku merasakan kalau ada yang berbeda dengan hatiku. Aku sadar siapa aku ini maka dari itu aku tak berani mengatakan kalau aku nyaman denganmu." Kiara memberanikan diri untuk bicara. Mengungkapkan isi hatinya di dalam dekapan sang CEO."Benarkan?" Jawab Aland singkat."Benarkah! Apa tidak ada kata selain benarkah?" Kiara merajuk kesal. "Turunkan aku sekarang!"Dia berusaha meronta agar Aland melepaskannya tetapi pelukannya justru semakin erat sampai Kiara sulit untuk lepas."Dan kamu pikir aku akan melepaskan-mu begitu saja?" Kiara spontan mendongakkan wajahnya."Jadi apa itu artinya kamu menerima cintaku?" Tanpa ragu Kiara mengangguk bahagia.Begitu juga dengan wajah Aland yang terlihat sangat bahagia."Yesss ...huhuh ...akhirnya kamu menjadi milik'ku." Aland memutar-mutar kan Kiara begitu bahagianya."Mas Aland tu
"Selamat sore. Selamat, hari ini anda sudah bebas! Kami berharap anda tidak akan kembali ke sini lagi."Pak polisi membuka kunci jeruji besi di mana seorang pemuda berewokan berdiri setelah polisi mengatakan bebas.Sean tersenyum miring setelah menyelesaikan masa hukumannya setalah satu tahun mendekam di balik jeruji besi."Terima kasih, Pak." Dia keluar dari balik gerbang besi yang sangat kokoh di antar oleh salah satu anggota kepolisian.Sean berdiri sesaat sebelum berjalan untuk pulang, dia tersenyum dengan tatapan yang penuh arti.***"Kiara. Dari mana saja ku? Kenapa jam segini baru pulang?" "Dari ...ya dari kantor." Kiara memberi alasan pada ibunya."Aku dari kantor, ke rumah Mas Satya untuk memberikan surat cerai kakak.""Terus bagaimana reaksi Satya saat ku yang datang?" Bu Marwah penasaran."Entahlah, Bu. Apa yang ada di otak orang itu. Sepertinya pikiran dia
"Aku ke sini bukan untuk mengganggumu, mengganggu Aland, ataupun mengganggu hubungan kalian.""Tapi aku ke sini untuk meminta maaf! Aku akui aku memang salah. Aku yang sempat membuat Aland koma, dan aku juga yang merencanakan sabotase mobilnya.""Tapi aku sudah membayar lunas apa yang pernah aku lakukan. Aku cuma butuh satu dari kalian, tolong maafkan aku."Panjang lebar Sean bicara, Kiara hanya diam tanpa membalas ucapannya. Hatinya masih ragu, apakah laki-laki ini tulus dengan ucapannya untuk minta maaf, atau hanya formalitas agar bisa dekat dengannya.Di statusnya yang mantan Nara pidana membuat Kiara sulit untuk percaya. Bisa saja Sean merencanakan hal lain di otaknya."Sepulang dari sini aku akan menemui Aland, aku akan minta maaf pada sahabatku itu. Akan aku katakan kalau aku menyesal pernah menyakiti dia.""Kiara aku minta maaf. Permisi." Di saat Sean membalikkan badannya, Kiara kembali memanggilnya."Sean tunggu!
"Pagi Ayah, Ibu." Pagi harinya benar-benar sebuah kejutan untuk pak Susanto dimana kedua putrinya sudah terlihat rapi. Namun dia tidak pangling pada Kiara yang biasa terlibat rapi semenjak kerja dengan Aland. Sambil menggandeng Reza yang telah siap untuk berangkat sekolah mereka menghampiri kedua orang tuanya di meja makan."Pagi. Loh Kezia, mau kemana kamu? Jam segini sudah rapi?""Hari ini aku mau cari kerja, Yah. Dari pada jenuh di rumah.""Wah, itu bagus, Nak. Buat kegiatan kamu. Kalau Ayah masih sama kegiatan setiap hari ya itu mengantar Reza sekolah, ayok Za, apa kita berangkat sekarang?"Anak kecil itu begitu antusias berangkat ke sekolah, tidak ada malas-malasnya untuk berjumpa dengan teman-temannya di Sana.Mereka berpencar ke tujuannya masing-masing. Sama halnya dengan Kiara yang pernah merasakan susahnya mencari kerja, kini Kezia pun merasakannya.Menyusuri di sepanjang jalan raya sambil membawa surat lamaran kerja, bertarung dengan panas terik matahari.Satu persatu perus
"Gimana Kak, apa kakak sudah mendapatkan pekerjaan?"Kiara menanyakan pada Kezia karena sudah beberapa hari kakaknya mencari kerja namun sepertinya masih 0.Kiara tentu prihatin dengan keadaan kakaknya sekarang, tapi apa yang Kezia lakukan sekarang, Kiara sudah lebih dulu merasakannya."Belum, Dek. Astaga, rasanya sulit sekali untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa perusahaan sudah Kakak datangi tapi semuanya zonk." Kezia mengeluh. Sedang Kiara hanya tersenyum karena itu merupakan sisa perjuangan hidupnya."Memang begitu, Kak. Cari pekerjaan sekarang itu semakin sulit. Kita harus lebih sabar lagi. Semoga Kakak segera mendapatkan pekerjaan itu.Saat mereka sedang asiknya mengobrol, tiba-tiba ponsel Kezia berdering, dia sedikit salah tingkah saat melihat siapa namamu yang tertera di layar ponsel miliknya."Siapa, Kak?" tanya Kiara penasaran."Teman Kakak, Risa. Kamu pasti tau siapa dia? Kakak angkat telepon dulu dari dia, Ki."Kezia sengaja menjauh untuk mengangkat telepon agar Kiara tid