Pras meringkuk tertidur di kursi depan kamar Ayu, ibu Ayu membiarkan menantunya dalam keadaan seperti itu, walaupun dirinya masih ada rasa kasihan pada menantunya ini, tapi rasa sebal masih juga menggelayuti nya."Ah, biar kau kedinginan, rasakan! itu kelakuanmu sendiri," ucapnya parau saat melihat Pras. Lalu ibunya pun masuk ke dalam kamar lagi.Dalam rumah besar nan mewah di sudut kata, jauh dari rumah sakit tersebut, telah terjadi sebuah peristiwa yang panas.Tika masih duduk di atas lelaki macho dan berbadan kekar tersebut."Masih mau lanjut kan? tanggung nih, satu goyangan lagi." Setelah berkata demikian, pantat Tika pun mulai bergoyang pelan, posisi duduk di sofa empuk itu membuat nyaman di lelaki yang sudah memegangi belakang pantat Tika."Kau memang hot, edan! ini sudah gol ke dua, ah .... rasanya kliyer-kliyer hemp," desah si lelaki sambil memejamkan matanya, menikmati goyangan Tika bak penari gemulai. Goyangan ulegan itu adalah andalan Tika. "Siap ...."Tak lama wanita berpi
Plak! Tamparan keras mendarat pada pipi kanan Pras, wajahnya memerah. Tika sudah marah, atas kata-kata ' akhiri saja hubungan ini'.Pasalnya kini Tika sudah dipecat dari pekerjaannya, hutangnya semakin tak bisa terbayarkan, hutang karena hobinya belanja on line dan kartu kreditnya yang sudah limit, walaupun dirinya dibelikan rumah oleh Pras, Ternyata rumah dan tanah tersebutpun dalam masalah. Semakin kalaplah Tika."Aku sudah rela memuaskan Bapak tanpa minta bayaran, Pak. Aku pikir akan hidup nyaman dengan tinggal di rumah mewah, tapi nyatanya kena tipu juga, rumah dalam masalah bank malah kau beli!" Tika sudah tak ada sopan santunnya lagi dalam berbicara."Memang aku tahu, kalau rumah itu ternyata masih bersangkutan dengan Bank! aku yang rugi bukan kau! kau hanya pemuas nafsuku tak lebih, dan karena masanya sudah berakhir, makanya aku sudahi saja semuanya."Tangan kanan Tika sudah akan menampar Pras kembali, tapi kali ini, Pras menahan tangan tersebut dan mendorongnya dengan kasar."
Kali ini sungguh sangat keterlaluan, wanita sundal yang Ayu maksud justru kini berada di rumahnya! dia menuntut pertanggung jawaban dari suami Ayu atas perbuatannya hingga dirinya hamil. Kenekadan Tika kali ini sudah diluar kendalinya, karena tuntutan ekonomi dan tumpulnya otaknya, dirinya terpaksa masuk dalam lingkaran yang seharusnya tak dilaluinya."Aku akan tes kehamilanmu apa benar itu anak dari suami aku!" Ayu dengan tenang dan tegas menghadapi wanita di depannya.Tika agak ngepet juga, saat dirinya meminta sejumlah uang untuk keperluan si jabang bayi."Baik aku akan ikuti kemauanmu, bila memang Pras tak mau mempertanggung jawabkan keteledorannya, aku menuntut biaya untuk bayi yang ada dalam kandunganku, memang benar dia adalah anak Mas Pras," ucap Tika dengan suara yang bergetar."Bila terbukti salah, kau akan aku tuntut mencemarkan nama baik suamiku, dan penjara adalah taruhamu. Kau masih mau lanjutkan masalah ini?!"Degh! Tika menelan Salivanya, busyet! nih orang memang tak m
Sejak peristiwa kematian Tika, tak ada lagi penganggu dalam rumah tangga Ayu. Hanya ada luka yang tak bisa disembuhkan, Ayu benar-benar tak mau didekati oleh suaminya. Ada yang tak bisa Ayu jelaskan pada Pras mengapa dirinya tak mau melayani Pras."Maafkan aku Mas, aku tahu, kalau aku salah, sebagai seorang istri tapi aku tak mau melayani dirimu Mas, Bolehkah aku mohon, agar Mas Pras mau memeriksa kan diri ke psikiater?""Apa! kau!"Prasetyo nampak kaget atas kalimat barusan dari Ayu. Ada rasa tersinggung pada jiwa Pras."Dengar ya, aku tahu, akulah yang bersalah. aku terlalu bodoh kala itu. tak menyadari kau begitu sangat terluka Ayu. maaf." Setelah berkata demikian Pras pergi meninggalkan Ayu dalam kamarnya sendirian. Pras mempunyai kamar tersendiri. Sedangkan kamar ibu berdekatan dengan Ayu, baby sitter pun tidur dalam kamar si kembar.Ayu tertunduk, feellingnya, Prasetyo akan langsung setuju untuk memeriksakan diri, tapi nyatanya, dia malah malah dan beberapa hari Pras tak bertegu
"Hai sayang," sapa Desi pada dua baby gemoy kiara dan Kinara. Mereka tertawa riang menyambut wanita yang semakin cantik dan bersinar. Di sampingnya Tegar sudah mencium satu persatu adiknya."Hem, wangi .... pipi adek wangi semua." Tegar menjawil pipi kedua adiknya bergantian.Santi tertawa dan menggendong salah satu baby twins."Tante, aku juga mau gendong.""Hust, tante aja lah, Tegar ajak main Dede Kinara aja, tapi jangan digendong ya, nanti jatuh bareng, kasihan adeknya," jelas Santi pada tegar.Ayu dan Desi tersenyum pada mereka. Sengaja Desi berkunjung ke rumah Ayu dan membawa tegar. Ibu yang mendengar ada Tegar, langsung keluar dari kamar, masih menggenakan mukenanya, berjalan cepat sambil memanggil "Tegar, cucuku datang."Desi tersenyum geli melihat ibu Rita begitu heboh, tiga cucunya berkumpul sungguh ramai rumahnya kali ini.Sementara Pras sedang tidak ada di rumah, dirinya memaksa juga pergi ke kantornya, walaupun masih terlihat lemah.Wajah Desi terlihat cerah dan berkata p
Ayu menatap layar komputer di depannya. Kali ini pekerjaannya hanya mengecek semua data beberapa tahun yang lalu. Bahkan beberapa pembelian yang tidak untuk keperluan kantor pun terdata .Ayu tak menceritakan pada Desi. Dirinya kini paham seperti apa suaminya. Bahkan cara kerjanya termasuk tak beres."Macam ini kah? yang katanya pernah lulusan komputer dan menjadi andalan papinya Desi dulu? kocar-kacir dalam membuat laporan neraca." Ayu hanya geleng-geleng kepala saja.Semua karyawannya dikumpulkan, bukan meeting tapi Ayu ingin tahu setiap keahlian karyawan suaminya ini. Merekrut keahlian bagus-bagus, tapi kinerja kurang falid."Saya minta, atas nama suami saya. mohon dengan amat sangat. bila masih mau bekerja di sini, kerahkan kemampuan dan skil kalian agar perusahaan maju dan menghasilkan." "Maaf Bu, saya Sarjana Tehnik , tapi mengapa aku ditempatkan di bagian finansial?"Ayu mengangguk mengerti dan meminta Bu Indira untuk mengatur skil karyawannya sesuai yang dibutuhkan perusahaan
Singgih menatap wajah Ayu, kali ini tangannya masih menggenggam erat tangan Ayu."Kau tahu sekarang, aku dulu pernah melamarmu, tapi kau menolakku, karena kau masih ingin bebas tak mau terikat.""Lah, iya, kau melamarku setelah lulus sekolah SMA, ya jelas lah aku masih ingin sendiri, masih ingin bebas.""Lalu sekarang? apakah kau ingin ...""Ingin apa?! aku sudah bersuami dua kali lagi " jelas Ayu sambil menarik tangannya dari genggaman Singgih "Tapi aku tau kau tak bahagia.""Kata siapa?!""Jangan bohong, aku tahu dari binar matamu.""Dukun Ya?" canda Ayu sambil tersenyum.Tapi singgih tampak tak tersenyum ataupun berekspresi lainnya, ditatapnya Ayu dengan serius."Aku serius , Ayu. aku mau jadi bagian dari hidupmu, aku ... aku kini hidup sendiri, kau tahu sendiri bukan aku adalah anak tunggal dan ibu bapakku sudah meninggal. aku paling susah untuk bisa membuka hati."Ayu terdiam, apa maksudnya ini, "masih banyak wanita yang pantas untukmu, percayalah pasti jodoh akan datang padamu.
Perasaan Ayu semakin galau, dan entahlah. Perhatian pada Kiara dan Kinara pun berkurang. Dirinya lebih asyik pergi sendiri, mengunjungi tempat hiburan untuk menghilangkan suntuk yang telah menganggu pikirannya.Ibu Rita menasehati segala rupa. Tapi nyatanya, kelucuan dari anak kembarnya tak bisa mengalihkan perasaan yang terus berkecamuk. Apa lagi wajah si kembar betul-betul semakin jelas mirip dan Mas Pras. Kebencian pada suaminya ini semakin saja menjadi. kala Pras hanya bisa meminta uang dan uang saja."Aku jenuh dengan kehidupanku Mas, apa tak sebaiknya kita ..." Ayu tak berani utarakan maksud dari kata-katanya."Cerai?! aku sampai kapanpun tak akan menceraikan mu Ayu. kau pilihan Desi waktu itu, hingga Desi rela melepaskan hanya untukmu, lalu apa kah ini balasanmu?!""Tapi bukan begini yang aku inginkan Mas, Setidaknya mas tahu takaran sebagai suami dan ayah dari kembar. Apa yang sudah kau perjuangkan? kau hanya terus saja menuntut ini dn itu." Ayu menghela napasnya yang terasa s