Happy Reading*****"Mana mungkin aku suka sama cewek seperti itu, Om. Ayumi itu tidak ada menarik-menariknya sama sekali," ucap sang lelaki. "Lalu, ada urusan apa kamu sampai mengikuti dia ke rumah sakit? Sejak kecil kamu sudah Om asuh, tidak pernah sekalipun ada dalam kamus hidupmu kepo sama urusan orang lain. Apalagi Ayumi itu cuma mant karyawanmu," ucap Ashwin. Dia makin tertarik mengorek isi hati keponakannya yang sudah lama menjomblo sejak sang istri meninggal ketika melahirkan putranya.Si lelaki menelan ludah susah payah. Dia memang tidak pandai berbohong apalagi di depan seseorang yang sangat disayangi dan dihormati."Semua karena Oza, Om." Menggaruk kepala yang tak gatal. Dia adalah Zakaria.Selesai meeting jam tujuh tadi, lelaki itu sengaja mengikuti Ayumi yang pergi sendirian dengan motor matic. Entah setan apa yang merasuki seorang Zakaria hingga dia bisa berbuat demikian. Ada rasa yang tidak dia pahami pada sosok gadis berjilbab itu. Antara penasaran dengan kehidupannya
Happy Reading*****"Bagaimana keadaan ayah saya, Dok?" tanya Ayumi setelah sang dokter selesai memeriksa."Untuk sementara, masa kritisnya belum lewat. Kita lihat perkembangannya sampai besok. Jika tidak ada keluhan, berarti masa kritis Bapak Ramlan lewat. Tolong jaga pikiran dan juga emosinya. Saya permisi, masih ada beberapa pasien yang harus diperiksa."Menganggukkan kepala, Ayumi menggeser posisi berdirinya. Memberi jalan pada sang dokter untuk melangkah, meninggalkan ruang perawatan Ramlan."Terima kasih, Dok. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhan Ayah.""Sama-sama. Semoga Pak Ramlan segera membaik."Sepeninggal sang dokter, ponsel si gadis berdering nyaring. Ayumi menatap layar dengan malas karena melihat nama yang tertera di kontak. "Untuk apa lagi, dia nelpon aku," gumamnya dan hal tersebut di dengar oleh Ramlan."Siapa, Nduk?""Bukan siapa-siapa, Yah.""Kenapa tidak kamu angkat? Orang menelpon pasti karena hal penting.""Pengecualian untuknya, Yah.""Maksudnya?"
Happy Reading*****"Apa yang kamu miliki hingga berani melamar Ayumi?" Ramlan menekan tombol di sebelah kiri tempatnya tidur. Sedikit menegakkan posisinya supaya bisa berbicara dan menatap Yovie dengan serius."Jika yang Ayah tanyakan adalah masalah harta, maka saya tidak memilikinya. Tapi, jika pertanyaan tadi berkaitan dengan tanggung jawab. Maka, dengan segenap jiwa raga saya akan menjaga Ayumi sebaik mungkin. Jadi, yang mana maksud pertanyaan Ayah tadi?" Sangat berani Yovie menatap lawan bicaranya meskipun tatapan mata Ayumi begitu tajam."Kenapa Anda begitu percaya diri bahwa Ayah akan setuju dengan semua ini? Kenapa pula Bapak memanggil ayah saya dengan sebutan ayah juga?" tanya Ayumi."Mengapa aku harus ragu? Statusku single dan kamu juga single. Jadi, apa yang mesti aku khawatirkan?" Si lelaki mulai menampakkan dereten giginya yang rapi dan putih. "Masalh panggilan? Sekarang ataupun kelak, panggilan itu pasti akan aku ucapkan. Lalu, apa bedanya?"Tawa Ramlan bergema, tak dapa
Happy Reading*****Dua lelaki yang baru datang tersebut saling pandang. Mereka tak lain adalah Ashwin dan Zakaria. Sementara itu, Ramlan mengerutkan kening dan Ayumi terpaksa menyeret lengan Yovie untuk segera pergi. Sang mnatan atsan menipis tangan Ayumi. Dia berbalik dan menatap lelaki yang kini tengah terbaring di ranjang. "Tahukah, jika lelaki yang ayah katakan sebagai calon suami Ayumi adalah seseorang yang selalu meremehkan dan merendahkan. Dia bahkan terang-terangan mengatakan mendekati Yumi, hanya untuk memanfaatkan. Apakah orang seperti itu masih pantas dikatakan sebagai lelaki bertanggung jawab dan bisa mengayomi?" Tatapan mata Yovie semakin tajam menatap pada semua orang di sekelingnya, termasuk gadis yang sudah bertahta di hatinya. "Jangan tertipu oleh penam[ilan luar seseorang, Yah. Padahal, hatinya sungguh busuk.""Apa yang kamu katakan Pak Yovie?" tanya Ramlan, merasa kalimat demi kalimat yang dikeluarkan mantan atasan si bungsu melantur sangat jauh. "Saya berkata
Happy Reading*****"Om bisa jelaskan, tapi tidak sekarang. Nanti, di rumah kita akan membahas semuanya," jawab Ashwin. Dia menatap sahabatnya dan mengedipkan mata. Memberikan kode agar Ramlan tidak melanjutkan apa yang dikatakan tadi."Banyak hal yang tidak bisa saya jelaskan Nak Yovie." Panggilan Ramlan pada lelaki yang sejak tadi masih betah berdiri dan memaksa untuk meminang putri mulai melunak. Sebagai orang tua dari seorang anak perempuan, Ramlan tidak mau Ayumi menjadi gunjingan lagi seperti dulu. "Tapi, Yah. Kenapa harus omnya Zakaria yang menjadi calon suami Ayumi?""Tolong, Pak," pinta Ayumi menghentikan kalimat yang akan dilontarkan sang mantan atasan. Gadis itu bahkan sampai menangkupkan kedua tangannya, benar-benar memohon pada Yovie."Kamu berhak bahagia, Yum. Setahuku, Om Ashwin memiliki seorang istri. Dulu, kamu sempat menolakku karena alasan tidak ingin menjadi pelakor dan duri di kehisupan rumah tangga orang lain. Sekarang, kenapa kamu diam ketika Ayah menjodohkanm
Happy Reading*****"Bunda kenapa bisa di sini?" tanya Ayumi. Dia berdiri, menyalami perempuan yang sudah melahirkannya.Kedua perempuan itu saling memeluk dan berciuman pipi kanan kiri. Ramlan diam untuk beberapa saat, tak dapat dipungkiri bahwa sosok perempuan berjilbab di hadapannya sangat dia rindukan. Beribu kata maaf dan kalimat untuk membujuk supaya bundanya Ayumi tidak meneruskan perceraian mereka, nyatanya tak dianggap sama sekali.Mengurai pelukannya, Juhairiyah menatap tajam pada Ashwin, lalu Ramlan secara bergantian. "Persahabatan macam apa yang telah kalian jalani sekarang?""Kamu salah paham padanya, Bun," sahut Ramlan tak mau Ashwin disalahkan."Salah paham bagaimana? Kamu tidak ingat kehancuran keluarga kita dimulai karena siapa? Bukannya sekali atau dua kali, perempuan yang menjadi istrinya berusaha menghancurkan keluarga kita." Suara Juhairiyah mulai naik satu oktaf.Tidak ada lagi penghormatan dan tutur kata lembut pada Ramlan. Selama menikah dengan lelaki tersebut
Happy Reading*****"Aku akan pergi setelah kamu memberikan tanda tangan," ucap seseorang yang ternyata adalah Hasna.Ashwin tak menggubris perkataan sang mantan istri. Dia terus melangkah menuju kamar tamu untuk menidurkan Ayumi. Ingin mengetahui siapa wanita yang dibawa sang mantan suami, Hasna mengikuti langkah Ashwin. Perlahan Ashwin menurunkan Ayumi di ranjang. Membelai puncak kepala gadis tersebut penuh kasih sayang. Lalu, lelaki itu berbisik, "Tidurlah dengan tenang. Jangan pikirkan apa pun. Om yang akan menyelesaikan semuanya.""Kenapa kamu memperlakukan Ayumi seperti itu?" Hasna sudah berdiri di belakang sang mantan suami."Kenapa? Apa aku tidak boleh memperlakukannya sebaik mungkin. Dia putri sahabatku, apa salahnya jika aku berbuat demikian." Ashwin memutar kepala menghadap sang mantan."Tapi, perlakuanmu padanya sedikit aneh. Biasanya, kamu tidak akan mau bersentuhan dengan perempuan mana pun, meskipun dia kerabat dekat apalagi pada anak-anaknya Ramlan." Hasna mengerutkan
Happy Reading*****Ashwin menggerakkan kedua bahunya. "Coba kamu tanya Zakaria. Siapa sebenarnya Wibisana dan bagaimana sepak terjang orang yang kamu cintai itu? Jangan sampai kamu menyesal karena sudah menyerahkan segalanya pada lelaki seperti dia," ucap sang pemilik rumah.Dari tempatnya berdiri, Zakaria menatap aneh tante yang sudah dianggapnya ibu. Sejak kemaatian kedua orang tuanya, papanya Oza itu sudah menganggap Ashwin dan Hasna sebagai orang tua. Ashwin adalah satu-satunya saudara dari mendiang sang ayah. Dia juga satu-satunya keluarga yang dimiliki. Tidak ada kerabat lainnya."Kenapa dengan WIbisana, Om?" Zakaria makin penasaran, pasalnya beberapa hari lalu dia sempat melihat sekilas Hasna berbocengan dengan sang sahabat. Saat itu, Oza juga melihat dan bertanya. Namun, bapak satu anak itu tak menyangka jika hubungan keduanya sampai sejauh ini. "Coba tanya pada tantemu," kata Ashwin enteng. Dia melangkah meninggalkan keduanya menuju kamar tamu. Melihat Ayumi masih terlelap