Share

7. Menghilang Sebentar

Happy Reading

*****

Diam mematung setelah kepergian sang atasan, Ayumi menatap kartu yang berada di tangan kanannya. Bukan sekali gadis itu menginap di hotel. Namun, kali ini berbeda.

"Apa tidak masalah jika aku menggunakan kamar ini. Pastinya nama yang digunakan reservasi adalah nama Pak Yovie," gumam Ayumi. Akan tetapi semua prasangka negatif yang muncul dalam pikirannya terpaksa dia buang jauh-jauh. Rasa kantuk dan lelah lebih mendominasi.

Ayumi mengambil motor, melaju ke arah hotel yang ditunjuk atasannya tadi. Diam-diam sepasang mata mengamatinya, Yovie tidak benar-benar pergi meninggalkan sang gadis. Lelaki itu menunggu hingga Ayumi benar-benar menuruti permintaannya, menggunakan fasilitasnya.

Melihat sendiri bahwa sang gadis sudah berada di hotel, si lelaki pergi bertemu dengan seseorang untuk urusan pekerjaan.

*****

Membuka pintu kamar yang sesuai dengan nomor yang diberitahu atasannya, Ayumi mematung.

"Kenapa perasaanku tidak enak? Kamar ini terlalu besar untuk satu orang. Apa mungkin Pak Yovie akan menginap dengan istrinya? Tapi, yang aku dengar dari teman-teman kerja, istrinya tidak pernah menemani ketika beliau keluar kota untuk urusan pekerjaan," gumam Ayumi.

Inderanya mengedar ke seluruh ruangan berwarna putih. Pelan-pelan melangkahkan kaki mendekati ranjang yang berukuran cukup besar. Sebentar saja, gadis itu sudah berada di alam mimpi.

Kilau cahaya yang masuk melalui kaca karena tidak tertutup gorden sempurna membuat Ayumi menggerakkan bola mata. Selain itu, suara ketukan terdengar cukup nyaring. Gadis itu meraba tas yang berada di samping, mencari ponsel untuk melihat jam.

"Astagfirullah," pekik Ayumi ketika netranya melihat angka yang tertera di layar benda pipih tersebut.

Turun dari peraduan yang telah melenakannya, si gadis membuka pintu. Ketukan dari luar semakin kencang jika dia tidak segera membuka.

"Selamat pagi, Bu. Kami mengantar makanan sesuai pesanan yang dibuat oleh Bapak Yovie," ucap seorang lelaki berkumis dan memakai seragam batik seperti resepsionis yang dilihat Ayumi semalam.

Menyipitkan mata, gadis itu berusaha mengumpulkan kesadaran sebelum menjawab perkataan karyawan hotel. "Tapi, saya tidak memesan dan Pak Yovie tidak ada di kamar ini."

Tersenyum dan mendorong trolinya, karyawan itu berkata, "Masalah Pak Yovie tidak ada di kamar ini, saya tidak tahu. Tugas saya, hanya mengantar makanan yang dipesan beliau." Jeda sebentar sambil melihat meja yang tak jauh di depannya. "Bisa saya letakkan makanan ini di sini? Waktu saya tidak banyak, Bu. Mengetuk pintu saja tadi hampir setengah jam."

Ayumi membulatkan mata, benarkah selelap itu dia tertidur hingga membiarkan karyawan hotel menunggu begitu lama.

"Maaf, saya tidak bermaksud menambah pekerjaan Bapak," kata Ayumi penuh penyesalan, "letakkan saja di sana dan tunggu sebentar."

"Maaf, Bu. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Permisi." Langsung berbalik meninggalkan kamar Ayumi.

"Padahal saya ingin memberikan hadiah sebagai permintaan maaf."

"Kapan-kapan saja, Bu. Permisi," ucap sang karyawan sekali lagi sebelum meninggalkan si gadis sendirian.

"Baiklah, sekali lagi maaf dan terima kasih."

Menutup pintu kamar kembali, Ayumi menatap makanan yang tersaji di meja. Ada beberapa jenis makanan yang terlihat. Sepiring nasi goreng, segelas susu cokelat favoritnya, roti bakar, kentang goreng dan kudapan ringan lainnya.

"Memangnya aku bisa menghabiskan semua makanan ini. Pak Yovie aneh. Aku pasti akan kesulitan membayar semua hutang ini padanya."

Bersiap untuk membersihkan diri, ponsel Ayumi berdering sangat nyaring. "Hah, Pak Yovie menelpon." Cepat, si gadis menggulir ikon hijau telepon di ponselnya.

"Pak, kenapa pesan makanan banyak banget. Saya tidak akan mampu ...."

Perkataan Ayumi terpotong oleh suara keras Yovie.

"Aku tidak akan membiarkan dirimu berhutang, Yum. Semua fasilitas yang kamu dapatkan saat ini, gratis. Nikmati liburanmu. Aku sudah mengajukan cuti untukmu ke HRD. Jika ada waktu, turunlah dan temui aku di restoran hotel."

Ayumi terdiam ketika Yovie bisa menebak kalimat selanjutnya yang akan dikeluarkan.

"Yum," panggil sang atasan, "apa kamu masih di sana?"

"Eh, iya, Pak."

"Rupanya kamu melamun. Makanlah sarapanmu. Jika ada waktu temui aku di restoran hotel. Bisa?"

"Maaf, Pak. Sepertinya saya tidak bisa.  Saya ingin menenangkan diri. Terima kasih untuk semua yang Bapak berikan saat ini."

"Santai, Yum. Tidak perlu meminta maaf. Nikmati liburanmu. Kalau ada apa-apa hubungi aku langsung. Have a nice day," ucap Yovie sebelum mengakhiri panggilannya.

"Terima kasih." Ayumi langsung menutup telepon sepihak. Tidak mungkin membalas ucapan sang atasan rasanya tidak etis dan kurang sopan. Hubungan mereka sebatas karyawan dan atasan kenapa harus menjadi seakrab ini.

Selesai mandi, Ayumi duduk di depan hidangan yang diantar oleh karyawan hotel tadi. Sambil mencicipi makanan tersebut, jempolnya mulai berselancar membaca semua chat yang masuk. Ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari ayah serta kedua saudaranya.

Si gadis pun membalas singkat chat yang dikirimkan Fathin dan Gaza. Mengabarkan bahwa dirinya baik-baik saja dan sedang menginap di rumah salah satu teman. Tak lupa juga menuliskan kalimat agar keduanya tidak khawatir.

Untuk sang Ayah, Ayumi sengaja mengabaikan semua chat dan panggilan. Entahlah, gadis itu masih belum bisa menerima hal-hal buruk yang dilakukan Ramlan sehingga mengabaikan semuanya. Terakhir, jempolnya membuka percakapan di grup chat kantor.

Berbagai macam ucapan tertuju pada Prima. Lelaki yang semalam telah memutuskan hubungan dengannya. Jari-jari lentik Ayumi terus menggulir chat di grup tersebut hingga matanya terbelalak melihat foto yang dikirimnya oleh sang mantan.

"Inikah alasanmu, Mas? Sampai kamu tega mengusirku semalam. Mengapa ... mengapa tidak mengatakan terus terang jika sudah ada pilihan hati yang lain. Tega kamu ...."

Tangis Ayumi pecah kembali. Kian sesak tatkala mengetahui siapa perempuan yang ada di dalam foto bersama Prima.

"Pengkhianat. Kalian berdua bermain di belakangku. Sudah berapa lama semua itu terjadi?"

Tak terima dengan perlakuan si lelaki, Ayumi menghubungi Prima. Namun, semua panggilan dan chat yang dia lakukan tidak terkirim.

"Mungkinkah nomorku di blokir?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status