Bukan Nikah Kontrak

Bukan Nikah Kontrak

By:  Rachita Olenka  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
452views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dipecat dari pekerjaan, rumah disita bank Semesta karena utang sang mantan kekasih, minta bantuan orang terdekat justru dihina, membuat Marina merasakan sakit yang teramat sangat. Karena tak tahan dia sampai pingsan di jalan dan ditolong oleh seorang pria yang akhirnya memberinya sebuah kontrak dan kesempatan untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Namun, apa jadinya ketika dia malah terpaksa harus menikah dengan pria itu? Apakah Marina berhasil membereskan masalah-masalahnya yang ternyata ada sangkut pautnya dengan pria penolongnya tersebut? Image Source : Pexel Edited on Canva by Almerdian Dian

View More
Bukan Nikah Kontrak Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
14 Chapters
Semua Musibah
Dunia Marina telah runtuh hari itu.Kertas putih di tangannya terhempas turun. Surat Pemutusan Hubungan Kerja, begitu yang tertulis di kop surat. Perusahaan garmen tempatnya bekerja terancam bangkrut hingga melakukan pengurangan karyawanya secara besar-besaran. Bahu Marina naik turun meratapi nasib. “Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang?” Dia tafakur cukup lama di trotoar jalan, tak peduli orang-orang akan memandangnya aneh. Ponsel di tas selempangnya berdering. Kesedihannya seketika sirna, matanya berbinar begitu melihat nama yang tertera di layar. “Halo, sayang. Kamu ke mana aja selama seminggu ini kok ngak ngehubungin aku? Aku kangen loh. Tahu ngak, hari ini tuh aku rasanya capek banget. Tempat kerjaku lagi pengurangan karyawan, aku yang rajin malah kena imbasnya.” Marina memberondong seseorang di seberang telepon itu, seakan tak tersedia kesempatan lagi untuknya bicara setelah ini.Nyatanya memang benar begitu.[“Maafkan aku, Marina. Tetapi kita enggak bisa bersa
Read more
Kontrak Penyelamat
Tuk! Sebuah map berwarna merah mendarat mulus ke atas meja tepat di depan Marina. “Itu kontrak,” jawab pria berjas hitam, sebelum Marina sempat bertanya apa isi map merah itu. “Kontrak apa?” tanyanya bingung. Bahkan ketika dia bangun pagi ini, rasanya semua membingungkan. “Kontrak penyelamat,” ujarnya cepat. “Bisa dibilang begitu. Karena ini akan menyelamatkanmu dan juga menyelamatkanku.” Marina tercenung. Sampul map merah itu ditatapnya lama. Mendengar kata menyelamatkan pikirannya langsung tertuju pada masalah yang sedang dihadapinya. Tetapi tunggu! Dia ‘kan belum menceritakan masalahnya pada pria berjas hitam itu. Sontak Marina mengangkat kepalanya. “Aku tahu kamu pasti punya masalah. Kalau tidak mana mungkin kamu coba bunuh diri dengan berusaha menabrakkan diri ke depan mobilku, ya ‘kan?” tembaknya langsung. Kepala Marina menggeleng cepat. “Bukan begitu kejadiannya.” Dia sampai tercekat ludahnya sendiri. “Sebenarnya tadi malam itu ...” “Oh iya aku lupa sesuatu,” potong
Read more
Aku Setuju
Malam sebelum kontrak penyelamat diajukan. “Pokoknya kakek mau kamu yang mewarisi harta keluarga kita. Kamu cucuku, Marco. Kamulah sang penerus.”Pria berwajah blasteran Jerman tersebut hanya bisa mengusap wajah. Dia mau bahkan sangat mau menjadi ahli waris. Namun, yang membuatnya tak mudah adalah syarat untuk mendapatkan hak tersebut. “Jangan merengut begitu, Marco. Turuti saja apa kata kakek. Lusa begitu kakek dan nenek pulang, rapat pemegang saham dilakukan dan kamu sudah harus siap.”Pria itu mengangguk malas. Pembicaraan ini bukan yang pertama. Kakeknya, meskipun berada di luar negeri masih menyempatkan waktu menghubungi secara teleconference hanya untuk memperingatkan dirinya.“Ngangguk-ngangguk aja bisamu. Cari pacar sana! Masakan dengan wajah tampanmu tidak ada satu pun wanita yang tertarik?”“Siapa yang bilang?” ujarnya tak terima. “Yang mau ke Marco itu banyak. Bejibun. Akunya aja yang belum mau. Lagi pula Marco masih muda, masih waktunya senang-senang.”Pria paruh
Read more
Hampir Ketemu Nathan
Selama perjalanan pulang, beberapa kali Marina sempat menolehkan kepala ke arah kursi kemudi. Marco jadi membisu sejak telepon yang diterimanya, yang mana itu malah membuat Marina penasaran banyak hal termasuk soal si ‘tikus kecil’.Di tengah-tengah perjalanan, Marco harus menginjak rem dengan cepat setelah sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. “Sialan!” umpat Marco sambil memukul kemudi mobil. “Bosan hidup rupanya.” Marina yang berada di sebelahnya hanya bisa melongo karena tak paham akan situasinya. Marina hanya tahu kalau pintu mobil yang menghalangi mereka tiba-tiba terbuka dan seorang pria turun dari sana.“Ternyata kita bertemu di sini ‘tikus kecil’.”Marina menoleh. “Tikus kecil?” cicitnya.“Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana. Aku akan turun dan membasmi hama penggangu itu.” Marco coba bersikap santai, malah, masih sempat tebar pesona kepada Marina. Namun begitu pintu dibuka, senyum itu turun dan berganti menjadi kebengisan tiada tara.Marina turut pe
Read more
Kontrak Naik Level
[“Kami sudah berhasil menemukannya, bos!”]Marco berdeham sebagai jawaban, ia tak perlu menjawab panjang lebar anak buahnya langsung paham arti dehaman tersebut.“Sekarang kita ke rumah dan obati kakimu.” Di kaki mulus Marina terdapat banyak baret yang mengeluarkan darah segar. “Kamu jadi abai sama diri sendiri demi pria sepertinya. Sungguh sangat disayangkan, Marina.”Kepala Marina terangkat dan menatap sinis ke arah Marco. Bukannya, marah atau takut, pria yang berdandan kasual itu justru memasang seringai mengejek. Makin manyunlah bibir Marina. Tiba di rumah, Marco mengajak masuk. Lekas memanggil para maid untuk mengambilkan kotak P3K. “Biar aku sendiri aja yang obati.”Marco mendesis. “Jangan banyak protes, jarang-jarang aku mau berbaik hati seperti ini.” Marina tetap disuruh berselenjor di sofa lalu pahanya dijadikan sebagai pengganjal kaki wanita itu. “Aku bisa sendiri kok,” ketus Marina.“Bisa diam ngak sih? Aku lagi fokus nih.” Marco tak kalah ketus. “Salah yah
Read more
Kontrak Naik Level 2
Pria yang memiliki darah Jerman dari almarhum ibunya itu sedang gusar. Kondisi hatinya terus memburuk setelah keputusan rapat tadi siang. Tampaknya 2 botol Jhonnie Walker yang punya kisaran harga 5-10 juta per botolnya itu belum mampu membuat perasaanya membaik. Ting! Sudut gelasnya berdenting setelah dijentik menggunakan jari. Mulutnya terus mendecap tengah meresapi rasa lembut dari minuman yang kaya akan aroma buah dan rempah-rempah di tangannya. “Sie mussen die dinge tun von denen sie glauben, dass sie sie nicht tun konne.” Kutipan yang sangat dia sukai. Artinya kurang lebih untuk lebih semangat dalam menyelesaikan semua masalah. “Haaah!” Tubuhnya merosot turun dan langsung mengambil posisi berselenjor di atas sofa. Gelas di tangannya dilepaskan begitu saja. Alkohol mungkin belum mampu membuat mood-nya baik tetapi paling tidak dia bisa tertidur nyenyak selama beberapa waktu ke depan. Sementara itu Marina di dalam kamarnya, maksudnya kamar tamu di rumah Marco, tampaknya menghad
Read more
Kontrak Anak
"Siapa wanita yang tadi dibawa Marco?”Sementara itu di kediaman saudara tiri Marco, kejutan yang diberikan oleh Marco membuat bincang siang mereka terasa kian berat.“I don’t know, mom,” jawab wanita cantik berambut sebahu di dekat guci besar.“Tapi dia cantik. Rambutnya yang panjang bergelombang, bibir merah merona, wah ... pakai baju saja dia seindah itu apalagi tidak.”“Hei, Reza!” seru dua wanita di dekatnya itu bersamaan.“Yah ... ternyata adikku sudah besar.”“Stop nonton film biru atau otongmu mama bikin impoten.” Bila sang kakak membela, mamanya kelihatan kurang senang. Dia senang kalau melihat anaknya ketakutan sambil merapatkan kaki guna menyembunyikan senjata pusakanya.“Di mana dia dapat perempuan secepat itu? Bukannya kemarin dia masih jomlo?”“Wanita itu sudah ada bersamanya sejak dua hari lalu.”“Kamu kok bisa tahu?”“Anak buah Reza yang kasih tahu.” Pria berkulit sawo matang itu terlihat menyembunyikan sesuatu dari mama dan kakaknya. “Yah anak mama yang
Read more
TTD Kontrak
“Kenapa bisa lepas?”Sesaat setelah mendapat pesan dari anak buahnya, Marco pergi menemui mereka di rumah sakit. Tepatnya di kamar mayat. Marco yang putuskan sendiri tetap membiarkan mayatnya di autopsi terlebih dulu.“Maafkan kami, bos.”Mereka bisa saja sasaran empuk kemarahan Marco. Namun, tak akan dilakukan demi menjaga tubuhnya dari seragan darah tinggi. Bila menilik dari sisi lain masalah ini, pria yang kini terbujur di depannya, bisa membersihkan tangannya dari darah. Berarti kalau ada apa-apa, bukan dia yang akan kena getah. Sebagai bahan pertimbangan lain Marco membatalkan niat marah-marahnya.“Tetap cari tahu apakah ini suruhan si rubah licik atau ada orang lain yang ingin bermain-main denganku.”“Baik, bos. Siap, bos!”Karena urusannya sudah selesai, Marco kembali berkendara di tengah dinginnya malam kembali ke rumah. Ada yang mesti dia lakukan sebelum fajar kembali menyingsing. Hal itu adalah kontrak dengan calon istri bohongannya.Tak banyak hal yang perlu diubah,
Read more
Coyote dan Shoebill
“Marco itu memang tampan, tapi sayang perangai buruk. Emosinya setipis tisu. Gesekan sedikit saja, emosinya bisa langsung tersulut. Semoga saja tuanya tidak hipertensi kayak kakeknya.”“Jadi nyalahin aku. Aku tekanan darah tinggi bukan karena suka marah-marah loh.” Kakek Marco langsung protes. “Perasaan dari tadi aku diam saja, kenapa jadi malah kena sasaran?”“Masa sih? Kamu ‘kan mudanya kayak anak dan cucumu.”“Kalau gantengnya, harus aku akui.”Marina menghela napas panjang. Berada di dekat dua orang ini, membuatnya harus punya rasa sabar seluas semesta. Apalagi meladeni semua kerandoman yang dimiliki dua orang tua tersebut. Meski begitu perasaan Marina jauh lebih tenang. Bila membandingkan hidupnya, hanya orang tua dari papanya yang punya rasa sayang untuknya, itu pun tidak lama. Kakek nenek dari sang mama, malah tak pernah melihat wajahnya sama sekali. Perang dingin antar keluarga adalah penyebab hal tersebut terjadi.Setiap kali almarhum papanya mengajak liburan ke rumah s
Read more
Daftar Kebutuhan Cewek
“Kenapa kita ke rumah sakit? Nathan sakit? Dia sakit apa?”Pengkhianatan Nathan memang menyakiti perasaan Marina. Namun, rasa cinta itu tetap ada. Marina mencintainya tulus. Nathan harusnya bersyukur untuk hal ini, bukannya malah berkhianat.Marco melirik, dia pilih tetap diam. Memikirkan bahwa Marina akan heboh, jejeritan di depan rumah sakit, mereka akan jadi bahan tontonan, lebih baik di depan kamar mayat saja baru dijelaskan. Kalau pun nanti dia teriak-teriak, tak akan ada yang bakal terganggu kecuali mayat-mayat itu bisa hidup lagi.“Nathan sakit?” Merasa dianggurin, jaket Marco dia tarik-tarik. “Dia sakit apa, Marco?” Menatap pemilik mata kacang kastanye itu penuh harap. “Puhh!” Makin tak tega menyembunyikannya lama-lama. Satu jari telunjuknya terarah pada tulisan ruangan ‘Kamar Mayat’ di depan pintu.Begitu Marina mengikuti petunjuk Marco, seluruh tubuhnya seketika bergetar hebat. Matanya diselimuti kaca bening yang tak butuh waktu lama untuk pecah dan mengalirkan rasa
Read more
DMCA.com Protection Status