Share

Bagian 4

“Coba Pak Gani atau Ibu, ingat-ingat kembali apakah pernah Nak Ria berselisih paham dengan seorang pria, yang mungkin saat itu tanpa Nak Ria sadari ada kata-kata atau kalimat kasar terucap sehingga melukai perasaan pria tersebut?” ujar haji Sujono kemudian.

“Mengapa pria, Pak Haji?” tanya Gani penasaran, dalam hati dia terbetik sebuah nama yag dicurigainya tapi masih diragukan kebenarannya.

“Karena biasanya penyakit sijundai ini hanya ditujukan kepada lawan jenis,” jawab Haji Sujono.

Setelah menarik napas panjang, secara singkat Gani menceritakan sebuah kejadian yang terjadi sebelumnya saat Juriah tiba-tiba menghilang dan ditemukan di dalam bis antar kota bersama pemuda bernama Ardi.

“Kalau begitu, kalian cari pemuda itu, mohon maaf dengan tulus kepadanya. Semoga saja Nak Ria masih bisa disembuhkan, hanya permintaan maaf dan penyesalan yang diucapkan langsung di depan orang tersebut, yang dapat meluluhkan hati dan membuatnya menghentikan ritual. Dengan berhentinya ritual maka Nak Ria bisa diselamatkan.” Tutur Haji Sujono.

“Bagaimana kalau kami gagal menemukan pemuda itu, Pak Haji?” tanya Gani.

Haji Sujono menggeleng, “Setahu saya, santet sijundai memiliki batas ritual, apabila ritual telah usai maka korban tidak akan sembuh sampai ajalnya datang.”

Merinding bulu kuduk Zubaidah mendengar keterangan Haji Sujono, “Jadi menurut Pak Haji, saat ini ritual itu belum usai?” tanyanya.

Haji Sujono menghela napas, “Saya tidak bisa memastikan, tapi menurut cerita yang pernah saya dengar, ilmu sijundai menggunakan media gasing terbuat dari tengkorak kepala manusia yang mati berdarah. Gasing tersebut dimainkan setiap malam Jum’at, sampai tali gasing yang terbuat dari kain kafan terputus. Kalau dihitung-hitung, baru tiga kali malam Jum’at sejak pertama Nak Ria mengalami gangguan. Besar harapan tali kafan tersebut belum terputus, itulah mengapa Nak Ria masih dapat kita ajak berkomunikasi secara normal.”

“Jadi kami harus temukan pemuda itu, sebelum tali gasing terputus?” tanya Gani lebih ingin memastikan.

“Kalau memang pemuda itu yang melakukannya,” jawaban Haji Sujono mengambang.

Dengan mempertimbangkan saran dari Haji Sujono ditambah sebuah keyakinan, bahwa pemuda berama Ardi itulah yang membuat hidup Juriah tidak tenang. Maka berangkatlah Gani beserta anak istri menuju Kota Padang, sayangnya mereka tidak tahu ke mana alamat yang hendak dituju?

Juriah yang ketika tidak sedang kumat, terlihat normal dan dapat berkomunikasi dengan benar pun tidak mengetahui alamat sang kekasih di Kota Padang. Beruntung Gani memiliki sahabat yang menetap di kota tersebut, namanya Hasibuan-seorang pendidik yang memiliki yayasan sendiri.

Hasibuan adalah senior Gani saat dirinya menempuh pendidikan pascasarjana di kota pendidikan, pria itu memiliki seorang anak dari pernikahan sebelumnya. Istri pertama Hasibuan meninggal saat putra mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas, tidak lama setelah istrinya wafat Hasibuan menikah kembali dengan seorang dosen muda yang mengajar di yayasan miliknya. Wanita itu bernama Ratna.

Hasibuan dan Ratna menyambut kedatangan Gani sekeluarga dengan hangat, kepada sahabatnya itu Gani menceritakan semua permasalahan yang tengah menimpa keluarganya.

“Sebenarnya aku tidak terlalu percaya dengan hal-hal yang berbau kelenik, tapi memang tak dapat dipungkiri di Nusantara ini hal-hal seperti itu masih sangat dekat dengan masyarakat. Kemajuan tehknologi dan informasi, tidak menjadikan hal yang berbau mistis tergerus.” Ujar hasibuan memberikan opininya.

“Awalnya aku juga tidak berpikir sampai sejauh itu, Bang. Tapi melihat segala kejanggalan dan keganjilan yang terjadi, mau tidak mau aku putuskan untuk mengikuti saran dari ulama di kampung kami, sebagai upaya menjemput kesembuhan untuk Juriah,” tuang Gani perihal apa yang dirasakannya.

Hasibuan mengangguk paham, “Jadi apa rencanamu sekarang setelah sampai di Kota Padang ini?” tanyanya kepada Gani.

“Kami hendak mencari tempat tinggal Bang, rumah sewa tidak perlu besar asal nyaman, sebagai tempat pulang dan beristirahat sembari mencari orang yang hendak kami temukan,” jelas Gani tentang rencananya.

“Kalau begitu, tinggal saja di rumah sebelah asrama,” tawar Ratna-istri Hasibuan yang hampir dua puluh tahun lebih muda dari pria itu.

“Ya betul, kau dan keluargamu bisa tinggal di rumahku yang satu komplek dengan asrama mahasiswa dan kampus, tidak besar tapi cukup untuk ditempati satu keluarga, ada dua kamar, ruang tamu dan dapur, juga kamar mandi.” Jelas Hasibuan.

Gani menerima tawaran tersebut, sebenarnya niat awal Gani hendak menyewa tapi Hasibuan mempersilahkan mereka tinggal secara gratis sampai urusan selesai. Hasibuan juga berjanji akan membantu Gani melacak keberadaan pemuda yang dicari.

Rumah yang ditempati Gani dan keluarga, bersebelahan dengan asrama mahasiswi dan gedung yayasan keperawatan milik Hasibuan. Sebentar saja Juriah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, bertemu teman baru serta sebuah harapan akan bertemu kembali dengan Ardi membuat Juriah terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya.

Gani dan Zubaidah pun telah pasrah, apabila menerima Ardi sebagai menantu adalah syarat untuk kesembuhan Juriah, maka mereka akan menerima pemuda itu dengan tangan terbuka.

“Ma, Ria ngobrol dengan Maya di teras ya,” pamit Juriah kepada mamanya, beberapa hari menetap di sini Juriah telah mendapatkan seorang kawan bernama Maya. Gadis itu mahasiswi di yayasan pendidikan milik Hasibuan, dan menetap di asrama putri bersama puluhan mahasiswi lainnya.

“Iya jangan lama-lama sudah pukul sembilan ini,” jawab Zubaidah.

“Sebentar saja, Ma.” Jawab Juriah, punggung gadis itu lenyap di balik pintu.

Setengah jam kemudian, mata Zubaidah yang telah terpejam karena tak kuasa menahan kantuk kembali menyalang ketika telinganya mendengar pintu utama dibuka. Tampak Juriah melangkah masuk, rupanya gadis itu telah kembali saat Zubaidah melirik jam yang menempel di dinding, terlihat jarum pendek menu juk ke angka sembilan lewat sepuluh, itu artiinya hanya sepuluh menit Juriah berada di teras.

“Kunci saja pintunya Nak, papamu bawa kunci cadangan,” ujar Zubaidah kepada anaknya. Gani sedang pergi bersama Hasibuan.

Juriah tidak menjawab, tapi dia menuruti perintah sang mama untuk mengunci pintu, terdengar bunyi ceklek sebanyak dua kali pertanda pintu telah terkunci. Zubaidah bangkit dari sofa tempatnya berbaring, wanita itu masuk kekamar setelah memastikan Juriah anaknya juga telah masuk ke dalam kamar.

Waktu terus berlalu, detik demi detik terlewati dalam kesunyian. Zubaidah terlelap dalam buaian mimpi indah, tentang cerahnya masa depan apabila putri tersayang bisa kembali hidup dengan normal.

Begitu pun dengan para penghuni asrama putri, para mahasiswi itu tengah memeluk mimpi indah tentang masa depan yang gemilang. Tanpa seorang pun menyadari bahwa di dalam toilet asrama, ada seorang gadis yang menangis sendiri, kedinginan, dan ketakutan.

Gadis itu adalah Juriah, saat tadi dirinya berpamitan kepada sang mama untuk mengobrol di teras, dia melihat Maya temannya yang tinggal di asrama putri berjalan menuju toilet.

“Mau ke mana, May?” tanya Juriah menyapa.

“Temani aku pipis yuk,” ajak Maya.

Maka Juriah dengan polosnya mengikuti gadis itu, sampai di toilet Maya langsung masuk ke salah satu bilik khusus buang air. Juriah setia menunggu, dalam menunggu itu dia pun merasa kebelet hendak buang air kecil. Juriah masuk ke bilik di sebelah bilik yang dimasuki Maya, setelah dia selesai dengan hajatnya pintu bilik tak dapat dibuka.

Juriah memutar-mutar handle pintu berkali-kali tetap saja pintu tidak biasa terbuka, dia menggedor-gedor berulang kali dan memanggil-manggil nama Maya berharap gadis itu mendengar panggilannya. Namun, tidak seorangpun yang datang menolong termasuk Maya yang tadi ditemaninya.

"Maya tolongin aku!" teriaknya sekencang yang dia bisa, hasilnya nihil orang dipanggil sama sekali tidak datang.

Hampir satu jam Juriah berusaha, dan usahanya sia-sia belaka. Kini di tengah malam yang terus naik, gadis itu hanya bisa menangis di sudut ruang sempit itu. Satu hal yang masih disyukurinya, lampu tetap menyala dan dia berharap lampu itu tidak padam sampai pagi tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status