Share

Bab 24. Panik

Rumi berjalan perlahan kembali ke ruang perawatan Aida. Dia sudah mencuci muka untuk menghilangkan jejak kesedihannya. Sesampainya di depan pintu, Rumi berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam. Gadis itu kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas dengan jari, mengukir sebuah senyuman. Setelah mengembuskan napas dengan keras, dia angkat tangannya untuk mendorong pintu ruangan tersebut.

“Rumi!” seru Aida tatkala Rumi baru saja melangkahkan kakinya masuk ke ruangan. Gadis itu berjengit, terkejut sekaligus bingung mengapa Aida terlihat cemas. “Ya Allah, Rum. Kamu dari mana aja? Hanan nyariin kamu ke mana-mana, lho,” cakap Aida.

Rumi masih terlihat bingung. Dia kembali mengayunkan kaki kemudian menjawab, “Aku dari kantin, Mbak.”

Kantong kresek di tangan Rumi menjadi pusat perhatian Aida dan Rifkah. Aida lantas melememaskan bahu sambil menghela napas lega.

“Kenapa kamu nggak bilang? Kami khawatir kamu tiba-tiba ngilang begitu,” ujar Aida.

“Maaf, Mbak.” Rumi merasa bersalah.

“S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status