Share

Bab 23. Ruang Tunggu Menjadi Saksi

Dua hari Aida dirawat di rumah sakit. Setelah dokter memastikan kondisinya cukup stabil, maka Aida pun diperbolehkan pulang.

“Alhamdulillah, akhirnya Mbak bisa pulang,” ujar Rumi.

“Iya, Rum. Aku bosan di sini,” balas Aida sambil mengerucutkan bibir.

Rumi terkekeh pelan.

“Yang penting Mbak dan dedeknya baik-baik saja,” ujarnya.

“Iya, bener. Aku sudah takut banget bakal kehilangan dia sebelum sempat menggendongnya,” ucap Aida dengan wajah yang berubah sendu.

“Apa yang terjadi pada Mbak, itu sudah menjadi ketetapan Allah. Mungkin Allah pengin Mbak fokus sama kehamilan ini. Seperti yang dibilang dokter tadi, Mbak harus bahagia biar dedek bayinya ikut bahagia. Kalau kemarin aku sempat bikin Mbak sedih, aku minta maaf, ya, Mbak,” kata Rumi.

Niat Rumi untuk menghibur Aida nyatanya malah membuat wanita itu menjadi murung. Percakapannya terakhir kali dengan Kenan terasa sangat mengganggu pikiran setiap kali dia mengingatnya.

Ketika itu, Kenan tersenyum kecut. Lalu dia kembali berkata, “Aku but
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status