Share

Kematian Dua Bersaudara

Aku membelikan keripik ubi dan menawarkan padanya. Tak disangka Sahrul mau mengambil bahkan memakannya. Hanya saja, hati kecilku bertanya. Apakah aku tega? Dia sudah cukup menderita selama ini.

“Duit, Andi, duit, bini kau sakit.” Terngiang-ngiang lagi kata emakku.

“Sahrul, saye minta maaf, ye, dengan kesalahan saye selama ini.” Aku menjabat tangan Sahrul. Mungkin kalau benar kata emak, aku akan bertemu untuk terakhir kali dengan iparku.

Tak sampai di situ saja, bahkan aku mengajaknya minum kopi di kedai jiran kami. Sebenarnya aku juga sayang duit, tapi semua butuh modal. Tidak apalah dua gelas kopi sebagai pelepas dendam di antara kami. Sahrul cukup senang mendapat teman bicara.

Dia bercerita bahwa sesalnya begitu mendalam saat mengkhianati Zulaikha bahkan melepaskan istri pertamanya. Tak pernah lagi aku dengar kabar mantan istrinya itu. Mungkin sudah bahagia dengan keluarga barunya.

“Aku juga, Andi, jage adik aku baik-baik, ye. Aku tak dah tak sanggup, badan pun tak sehat juge.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status