Share

kupu-kupu Malam

Ima menggunakan baju pendek berwarna hitam di atas lutut. Sejak tinggal di Malaysia aku semakin mahir mengenal perempuan.

Ima hanya menjual diri padaku. Dia tak menerima panggilan lain. Apakah aku peduli? Tidak. Dia hanya wanita malam yang aku sewa.

“Sebab Abang banyak duit?” tanyaku padanya. Ima tersenyum lebar dan tertawa dengan penuh godaan.

“Pertame, iye, tapi lama-lama tak. Nikah kita, Bang? Abang orang pertama bagi Ima.” Dia benar-benar takluk dalam rayuanku rupanya. Padahal di awal aku yang butuh tubuhnya.

Aku tidak suka pembicaraan seperti ini. Bagiku Nora adalah istri yang tidak akan tergantikan sama sekali. Nora itu suci, Ima murahan.

“Bang.” Ima memanggilku ketika aku ingin keluar dari rumahnya.

“Sesuai janji Ima, tak ade pernikahan. Satu kali kau layani Abang, kau dapat duit. That’s all.”

“Tunggu, Bang, dengar dulu. Tapi Ima hamil, Bang. Ini anak Abang.”

“Sesuai perjanjian, tak boleh main perasaan, tak boleh ada anak. Kalau pun ade, itu anak kau. Secara hukum Islam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status