Share

Calon Iparku Adalah Ayah Anakku
Calon Iparku Adalah Ayah Anakku
Author: Rayi kri

Bab 1: Hancur

“Kau mengatakan untuk bersikap sopan? Betapa lucunya!” Gin dengan ceria mengangkat dagu Raya menggunakan ujung jarinya.

Gadis ini baru ditandatangani oleh perusahaan hiburan kelas dua yang biasa memberi Gin semacam 'upeti' demi mendapatkan keuntungan.

Terlihat kecil, murni, polos dan rapuh. Sangat cantik dan menarik.

Inilah mengapa Gin menyukai calon bintang ataupun bintang kecil. Mereka kebanyakan masih murni dan menyegarkan. Sangat enak dilihat.

Raya cepat-cepat mundur. Menjauh dari sentuhan Gin yang membuat nalurinya diserbu oleh rasa takut. Dia ingin berlari, cepat pergi menjauh dari tempat ini.

“Tolong jangan sentuh aku.” Bisik Raya. Gugup, kesal dan sedikit gemetar.

“Aku sudah membelimu. Bagaimana mungkin aku tidak menyentuhmu?” gumam Gin penuh godaan.

Raya ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel dengan pintu. Tubuhnya gemetaran. Bagaimanapun dia mengepalkan tangannya ingin meredakan getaran tubuhnya, itu tak berhasil. Raya takut. Sangat takut dengan apa yang didengarnya.

Kebahagiaannya akan menjadi aktris muda mulai retak. Didalam hatinya dia masih memiliki harapan jika kebahagiaannya tidak boleh hancur.

Dia tidak rela. Dia baru saja menandatangi kontrak. Dia seharusnya datang kesini untuk mendapatkan satu peran dalam sebuah drama. Bukannya pelecehan!

“Tuan muda, kau tak bisa memaksaku! Ini adalah kriminal!” Jerit Raya. Matanya nyalang penuh amarah karena ketidakrelaannya.

Tapi seharusnya dia tahu ini sejak awal. Prilaku Soni sangat gamblang. Pria itu membawanya menemui sponsor yang bisa memberinya dukungan sumber daya. Tidak ada pertemuan sponsor dan artis yang murni.

Soni menjualnya!

fakta ini seolah menghancurkan harapan dalam ilusi Raya, menamparnya dengan kenyataan yang menyakitkan.

Gin memiringkan kepalanya. Matanya berkilat-kilat penuh lelucon saat menggosok bibirnya yang berdarah karena digigit Raya saat dia mencium gadis itu. Dia tersenyum menggoda dan berkata, “Kriminal itu jika ketahuan. Jika tidak, ini hanya disebut bersenang-senang.”

Raya menggelengkan kepalanya samar. Dia pikir jenis orang kebal hukum seperti Gin hanya akan ditemuinya di novel atau film. Ternyata dia langsung menemuinya dihari pertama menandatangani kontrak!

Seberapa besar rasa beruntung Raya bertemu Soni di awal, sebesar itu juga penyesalan Raya telah jatuh ke dalam bujuk rayu kata-kata manis Soni.

Pria itu jelas berjanji memberinya pekerjaan dengan cepat. Tapi kecepatan jenis ini sama sekali bukan yang diinginkan Raya. Dia ingin bekerja dengan bersih. Bukannya menjual tubuhnya demi peran dalam sebuah drama.

Raya tidak bisa menerima ini!

“Aku tidak menginginkan peran itu. Tuan muda, aku tidak akan mengambil peran itu. Tolong biarkan aku pergi.” Ucap Raya sengit, penuh amarah tapi juga bercampur rasa takut.

“Apa kau pikir aku membelimu hanya dengan peran itu?” Gin tertawa jenaka. Dia menggeleng tak berdaya melihat ketidaktahuan Raya, “peran itu hanya tambahan. Harga utama tentu saja dimiliki oleh bosmu. Omong-omong aku membelimu dengan harga mahal, jadi kau tidak perlu merasa rendah diri.”

Raya tercengang. Mulutnya terbuka tapi tak tahu harus berkata apa. Dia marah. Sangat marah. Terlalu marah hingga sulit menemukan kalimat untuk diucapkan yang bisa mewakili kemarahannya.

Pada akhirnya dia hanya ingin pergi dari tempat busuk yang didiami oleh bajingan menakutkan yang sekarang berdiri dan tersenyum didepannya.

“Tuan muda, biarkan aku....”

Sebelum Raya selesai bicara, tubuhnya sudah ditarik dan jatuh ke pelukan Gin Lagi. Kali ini, pria itu memegangnya dengan kuat.

“Lepaskan! Lepaskan aku!!” jerit Raya memberontak saat Gin mencium lehernya dan berusaha melucuti pakaiannya.

“Sistem kedap suara kamar ini sangat bagus. Jangan membuang tenaga,” ucap Gin dengan nada tak sabar.

“Aku mohon! Tuan, jangan perlakukan aku seperti ini! Aku mohon hentikan!” tangis histeris Raya memenuhi ruangan saat gadis itu berusaha mempertahankan pakaiannya yang akan dirobek Gin.

Raya merasa akan gila karena terlalu marah dan takut. Tubuhnya sudah gemetaran hebat. Membuatnya kesulitan mempertahankan cengkeramannya pada pakaiannya yang ditarik paksa oleh Gin.

Plak!

Suara tamparan bergema dipendengaran Raya. Tubuhnya membeku merasakan sakit yang menjalar dari pipi ke seluruh tubuhnya. Terutama hatinya.

Sudut bibir Raya berdarah karena kuatnya tamparan yang dilayangkan Gin. Raya merasa pikirannya kosong dan pandangannya menjadi gelap sesaat.

Entah bagaimana dalam keheningan beberapa detik itu, Raya tiba-tiba teringat ucapan Linda Mei saat mereka bertemu didepan perusahaan beberapa waktu lalu. Wanita itu berharap kebahagiaannya saat menandatangani kontrak bertahan selama beberapa hari.

Sayangnya, ini bahkan belum lewat sehari dan dia kehilangan rasa bahagianya.

Kebahagiaannya yang semula retak kini telah hancur berkeping-keping.

Disaat Raya mematung, suara Gin terdengar.

“Bukankah manajermu mengatakan agar kau patuh melayaniku? Konsekuensi menjadi tidak patuh benar-benar tidak baik,” ucap Gin dengan nada mencemooh. Tak lupa tangannya merobek pakaian Raya hingga memamerkan tubuh gadis itu.

“Lepaskan! Kau bajingan! Kau penjahat! Lepaskan!” Raung Raya saat pikirannya kembali bekerja. Amarahnya menyerbu kepalanya hingga terasa akan meledak.

Sayangnya, semakin Raya memberontak, semakin banyak luka yang didapat. Bahkan jika dia berhasil melayangkan satu atau dua pukulan dan gigitan, tenaganya sama sekali tidak sebanding dengan Gin. Tubuhnya masih berhasil dilemparkan ke kasur dan ditindih oleh Gin.

Disisi lain, kekeraskepalaan Raya dan pemberontakannya justru memancing amarah Gin. Dia ingin membuat gadis dibawahnya menangis hingga pingsan. Menikmati kesenangan dari jeritan pilu dan air matanya.

“Aaaaaaarrrgghhh!!!” Raya menjerit panjang kesakitan ketika Gin merampas paksa kehormatannya tanpa pemanasan apapun. Tubuhnya seperti terbelah dan menyemburkan darah. Kukunya melesak masuk ke lengan Gin akibat dari menahan rasa sakit tubuh dan hatinya.

Selanjutnya Gin menyiksanya sepanjang hari dan malam tanpa pengaman. Sama sekali tidak memikirkan akibat yang akan ditanggung Raya dimasa depan. Yah, bagi Gin selama dia senang, hal-hal lain berada diluar pertimbangannya. Bahkan pria itu masih melakukannya saat Raya jatuh pingsan.

Ketika dirinya diambang sadar dan tak sadar, Raya tiba-tiba ingat senyum meyakinkan dan percaya diri Soni ketika pria itu mengatakan akan membuatnya terkenal dalam satu tahun.

Raya merasa dirinya sangat konyol saat memuji Soni yang bersiap membawanya ke sponsor yang akan memberinya sebuah peran.

Semua mimpinya dihancurkan menjadi debu bahkan ketika itu masih sebatas mimpi dan angan-angan.

Raya sangat marah, ingin mencekik Soni sampai mati. Ingin menendang tuan muda yang saat ini berada diatasnya sampai mati. Dia bahkan merasa ingin mati. Berharap kematian bisa membuatnya berpikir bahwa ini hanyalah mimpi buruk.

Sayangnya mimpi buruk ini terlalu nyata.

Hari berikutnya Raya terbangun dengan tubuh babak belur. Dia menatap langit-langit kamar hotel. Diam-diam bulir air mata bergulir disudut matanya dan jatuh ke bantal.

Tidak ada Gin di ruangan itu. Mungkin pria itu sudah merasa puas dan pergi. Raya tak bisa peduli. Dia hanya merasa dunianya runtuh saat ini. Seolah tanpa harapan.

_

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status