Ketika calon ayah mertua berganti status menjadi suamiku. Dan calon ibu mertua berganti status menjadi maduku, disaat itu kutahu bahwa Bermadu itu adalah hal yang sangat mengerikan.
View MoreSatu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem
Ambulans yang membawa Puteri sampai dilobi rumah sakit bersamaan dengan sampainya Akbar ditempat itu. Pihak rumah sakit yang sudah standby menunggu istri dari bos besar mereka, segera menyambut kedatangan ambulansPintu belakang mobil ambulans segera dibuka, terlihat Puteri yang tengah terpejam.Dua orang perawat laki- laki langsung menurunkan brankar ambulans tersebut."Ruhi....?" Panggil Akbar cemas.Sedangkan Yani juga mengikuti kemana Puteri dibawa tim medis. Ruang persalinan dilantai empat sudah disiapkan sejak tadi, dokter Mira yang sudah standbye menunggu kedatangan Puteri, istri dari atasannya itu segera menyambut dan memeriksa kondisi wanita hamil tersebut."Dokter, saya tidak mau operasi," ucap Puteri lemah."Kita akan usahakan yang terbaik ya Bu...kalau tidak memungkinkan untuk normal terpaksa harus operasi juga, karena kondisi ibu tidak begitu sehat." Ucap dokter Mira. Sedangkan Akbar yang ada disamping Puteri hanya diam mendengarkan dua orang wanita itu berbicara.Selang
"Ruhi...?" Panggil Akbar dengan suara yang cukup kuat. Buru- buru ia menghampiri sang istri yang sedang tertidur pulas di dalam bathtub.Tanpa berfikir panjang, Akbar segera mengangkat Puteri yang tanpa memakai pakaian sehelai pun dan membawanya masuk kedalam kamar tidur, meletakkan dengan lembut dan membungkus tubuh sang istri dengan handuk berukuran besar.Puteri yang merasa tubuhnya terangkat dan tidak merasakan dinginnya air lagi, segera membuka matanya."Ada apa? Kenapa?" Tanya Puteri heran melihat Akbar yang kalang kabut dengan ekspresi wajah yang cemas."Sayang....?" Kamu mau buat mas kena serangan jantung, hhhmmmm...? kenapa kamu tidur dikamar mandi didalam bethup lagi...!" Tanya Akbar lembut namun tegas.Puteri hanya mendesah, sedikit kesal. Perlahan Puteri bangkit, dan berniat untuk mengambil pakaiannya."Mau kemana?" tanya Akbar lagi dengan rasa sabar dan sayangnya."Mau pakai baju," jawab Puteri datar, sedikitpun tidak ada lagi sifat manja yang Puteri tunjukkan kepada Akba
"aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du
"Ruhi...!"sapa Akbar lembut saat ia telah berada disamping sang istri.Mendengar suara suaminya memanggil, buru- buru Puteri menghapus air matanya, dan menoleh keasal suara. Tanpa berkata, Puteri tersenyum manis kepada Akbar."Maafkan aku sayang" ucap Akbar dalam hati."Kenapa tadi enggak ajak mas kalau mau jalan? Hhhhmmm...?" Tanya Akbar lembut dan langsung mendudukkan bokongnya disamping istrinya."Perginya gak direncanakan mas..!" Jawab Puteri datar, dan membuang pandangannya lurus kedepan."Kenapa menangis, hhhmmmm?" Tanya Akbar lagi, dengan merangkul pundak sang istri."Teringat sama bunda..." Jawab Puteri sekenanya.Degg...jantung Akbar berdegup mendengar jawaban Puteri yang dia anggap bohong. Namun Akbar hanya mendesah pelan."Engkau menyembunyikan sakit hatimu padaku sayang, sedangkan aku tidak pernah menyembunyikan apapun terhadapmu, walaupun itu menyakitkanmu. Apa engkau akan menganggapku asing lagi seperti saat awal kita menikah?" tanya Akbar pada dirinya sendiri.Hening...
Sudah satu bulan lamanya Nova berada di negara Brunai Darussalam. Dan selama itu juga Akbar uring- uringan, kebanyakan malas dan malas.Didepan Puteri istri keduanya ia selalu tampak biasa saja, walau banyak sering diam dan menghabiskan waktu dengan tidur, dengan alasan capek.Baik dirumah sakit ataupun diperusahaan, vidio call dengan sang istri pertama tidak pernah terlewatkan kecuali pada saat ia meeting atau sedang diluar ruangan. Seperti saat ini, disela kesibukannya memeriksa berkas- berkas laporan tentang perusahaan, ponselnya selalu aktif dengan vidio call bersama sang istri.Bekerja sambil vidio call itu yang Akbar lakukan setiap harinya. Sementara Puteri sudah tidak lagi datang ke apotik nya semenjak kehamilannya memasuki bulan ke 6.Kegalauan, tidak bersemangat dan vidio call dari pagi sampai sore yang dilakukan Akbar semua Puteri ketahui. Namun menjadi cuek dan pura- pura tidak tahu itu mungkin jalan terbaik.Rasa sakit yang dirasa Nova sebenarnya terjadi juga pada hati dan
kenapa Nova telepon kamu semalam sayang?" tanya Akbar saat Puteri sedang memasangkan dasi dilehernya. "Mas sudah tau keinginannya kok nanya lagi?" Omel Puteri.Pagi ini moodnya sungguh tidak baik-baik saja.Semua dikarenakan Akbar yang selalu menyalurkan hasratnya, seperti manusia tidak kenal capek."Aahhh...sayang" desah Akbar dengan menjilat daun telinga istrinya."Gak usah jorok lah mas...? Aku lagi marah ini..!" Omel Puteri lagi."Kita memang terbuat dari yang jorok sayang. Mau marah kok bilang- bilang." Canda Akbar, semakin mengganggu Puteri dengan mencumbu payudara istrinya yang semakin membengkak."Mas gak bisa jauh dari kalian." Ucapnya srius, setelah puas dengan cumbuannya."Kasian juga istrinya mas Rizal, dia lagi ngidam berat." Jawab Puteri sekenanya."Apa...mas Rizal...?" tanya Akbar tidak senang."Iya...!" Jawab Puteri seperti tidak bersalah." Mas Rizal. Mas nya anak- anakku kelak." Sambung Puteri lagi.Akbar tidak jadi untuk berkomentar. Hanya memandang istrinya yang ak
Menjelang magrib pasangan suami istri beda usia yang terpaut jauh itu baru sampai dikediaman rumah minimalis mereka. Keduanya segera masuk kedalam kamar dan membersihkan tubuh mereka masing- masing tak ada drama percintaan karena azan magrib sudah mulai menggema."Uuhhhffff..." desah Puteri saat akan berdiri dari duduknya, setelah mereka selesai melaksanakan solat magrib berjamaah. Akbar yang melihat istrinya kesusahan untuk berdiri segera membantunya. Membukakan mukena yang masih terpasang dan melipatnya."Perutku kram mas" adu Puteri setengah meringis.Tanpa menjawab Akbar memapah istrinya untuk berbaring ditempat tidur. Menyibakkan daster sang istri dan mulai mengurut perut buncit dan pinggangnya."Sring seperti ini Ruhi...?" tanya nya."Iya mas," jawab Puteri sambil memejamkan mata."Mungkin anak kita rindu sama papahnya nih? dia pengen dijenguk sayang.." ucap Akbar sambil bercanda."Itu maumu...mas." jawab Puteri asal"Tangannya yang benar lah mas, jangan ngerayap- ngerayap." Uca
Kini usia kehamilan Puteri telah memasuki bulan ke tujuh, drama dipagi hari yang sering terjadi karena ulah Akbar sudah tidak pernah terjadi.Hari yang semula tertekan dan tersiksa, lama- lama menjadi terbiasa untuk belajar menerima dan ikhlas. Walaupun sampai saat ini Bu Nova masih enggan untuk melihat atau bertemu dengan madunya.Suara getaran ponsel terdengar lirih dikamar Bu Nova."Ponselnya ma..!" Ucap pak Akbar."Iya...nanggung ini." Jawab Bu Nova yang sedang memakaikan dasi sang suami.Mendengar ucapan nanggung, pak Akbar kembali memeluk erat pinggang bidadari surganya."Ma..." Panggil Akbar yang menatap lekat wajah sang istri yang sudah mulai cerah kembali."Hhhhmmmm..." Jawab Nova malas."Makasih ya..." Ucap Akbar dengan mencium ubun-ubun dan dahi istrinya sekilas.Tanpa menunggu jawaban sang istri, ia melanjutkan dengan melumat bibir Nova dengan lembut dan penuh cinta. Nova hanya bisa mengikuti ritme keinginan sang suami.Dalam lubuk hati Nova, sebenarnya keikhlasan untuk su
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.