Share

42. Pikiran yang Membuncahkan

Sontak Nayra berdiri. Ia menyingkir, kemudian menggeleng pasrah. Ekspresinya langsung membeku.

"Maaf, Bu. Bukan begitu. Saya benar-benar tidak senga—"

"Pergi kamu! Jangan ke sini lagi! Aku tidak sudi melihat wajahmu!" bentak Rianty sambil mengacungkan telunjuknya kaku. Rahangnya sudah tampak mengeras.

Rianty lalu mengalihkan perhatiannya kepada Aldo yang masih terbaring lemah. Ia langsung menuntun langkahnya mendekat dan menggeser posisi Nayra.

"Do… ayo cepat sadar, Do." Beberapa kali Rianty menepuk lengan Aldo yang terbenam selang infus.

Tak ada jawaban. Aldo memang belum sadarkan diri. Rianty semakin gelisah dan sesekali berdecak kesal. Ia lalu melihat Nayra yang belum juga beranjak dari tempatnya.

"Tunggu apa lagi?! Cepat pergi!" murkanya dengan mata melotot.

Arvin yang berada di antara mereka merasa tak enak. Rianty kemari bukan karena ketidaksengajaan. Arvinlah yang mengabari wanita itu jika Aldo jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit ini. Lalu ia memutuskan untuk menggandeng tan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status